Selesai makan malam Mas Aiman mengajakku pindah ke sofa. Membawa serta sereal dan s**u hangat sebagai cemilanku. Memang aku baru saja makan tapi perutku tidak akan kenyang jika makan satu macam menu. Setelah memastikan aku duduk dengan nyaman, dia baru duduk. Bukan di sofa sebelahku melainkan di atas karpet tebal. Memijat kakiku yang semakin hari bertambah bengkak. "Mau tanya apa?" Hmmm, Mas Aiman tidak pura-pura lupa dengan janjinya. Padahal aku tidak berharap dia akan menjawab semua pertanyaanku. Selalu dikecewakan nya membuatku malas menaruh harapan padanya. Bingung mau bertanya dari mana dulu. Semua pertanyaan yang tersusun rapi di otakku tiba-tiba menghilang. Semua itu gara-gara pijatan lembut Mas Aiman pada kedua kakiku. "Kok diam saja?" tanyanya lagi, aku masih diam. Aku menga
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari