KRIS PERGI

1086 Kata
Mata Kris melotot marah kepada Monica. “Berani sekali kau menendangku! Kau pikir aku tidak berani membalas apa yang kau lakukan kepadaku?” “Hah! Kau pikir aku peduli kalau kau marah? Tidak! Dengar, ya. Kamu itu tidak penting! Aku juga tidak takut denganmu,” jawab Monica galak. Kris masuk ke dalam mobil dan mendekat ke arah Monica, hingga wajahnya berjarak beberapa senti saja dengan wajah Monica. “Benarkah kau tidak takut, kepadaku? Kenapa bibirmu terlihat bergetar dan matamu, sepertinya mau menangis!” ejek Kris. Monica yang tadinya sedikit merasa takut, dengan kemarahan yang diperlihatkan oleh Kris menjadi geram. Didorongnya d**a Kris dan tangannya terangkat, hendak menampar wajah pria itu. Senyum mengejek terbit di bibir Kris, tangannya dengan gesit berhasil menahan tangan Monica. “Kau ini, tak nampak macam gadis yang lembut. Tingkah kau ini macam gadis bar-bar saja! Kasian kali kau dan akan ada cowok yang suka dengan gadis yang suka main kekerasan macam kau ini!” Tangan Kris yang sedang memegang tangan Monica disentak kasar oleh gadis itu, hingga terlepas. “Aku tidak memerlukan penilaian darimu! Fakta membuktikan, kalau banyak cowok yang suka kepadaku dan mereka rela menuruti permintaanku!” Kris menyunggingkkan senyum mengejek. Ia lalu duduk di jok samping Monica dan memasang sabuk pengaman. Ia memandang lurus ke depan dan tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh Monica. Monica melirik kesal kepada Kris. “Kenapa kamu ikut denganku? Aku sudah mengatakan tidak suka kepadamu!” Bentak Monica, sambil menyalakan mesin mobil. Kris melirik Monica sekilas dan kembali melihat ke depan. “Aku pun, kalau boleh memilih takkan sudi berada satu mobil, dengan gadis macam kau ini. Akan tetapi, orang tua kau memaksaku. Dan aku tidak mau membuat wajah Mami-mu menjadi sedih. Berbeda dengan kau, yang memang gadis tak punya hati,” sindir Kris. Sontak saja Monica menjadi geram dan merem mendadak, sampai Kris terdorong ke depan. Ia terselematkan sabuk pengaman yang dikenakannya dari membentur dashboard mobil. “Kau bukan lelaki sejati! Seharusnya kau menjauh dariku dan pulanglah ke kampung, tempat di mana seharusnya kau berada!” teriak Monica emosi. Kris hanya menghela napas saja dan tidak membuka mulut. Ditutupnya kedua mata, ia memilih untuk mengabaikan Monica. Tidak ada pilihan selain lanjut mengemudi, karena ternyata Kris jauh lebih keras kepala dibandingkan dirinya. Pria itu tidak terpengaruh sama sekali, dengan kemarahannya. Monica menghentikan mobilnya di parkiran sekolahnya. Hari ini ia hanya akan bertemu dengan teman-temannya saja dan bercanda, karena besok hari yang ia dan teman-temannya nantikan, yaitu hari kelulusan mereka. Turun dari mobil, dengan raut wajah jutek, karena Kris yang rerus saja mengekor dirinya. Akan tetapi ia sudah bosan menegur pria itu, karena hanya akan mendapatkan jawaban yang tidak menyenangkan. “Hai, Mon! Siapa pemuda ganteng di belakangmu itu?” tanya salah seorang teman wanita Monica. Monica menoleh ke arah Kris dan berkata, “Dia pengawalku dan jangan bilang, kalau tertarik dengan makhluk yang membosankan ini?” Teman Monica mengerucutkan bibir tidak suka dengan jawaban yang diberikan olehnya. Ia menghampiri Kris dan mengulurkan tangannya, untuk mengajak berkenalan dan Kris pun menerimanya. Secara tak terduga, Monica memukul lengan Kris ketika ia akan menerima uluran tangan dari temannya. Kris mendelikkan mata ke arah Monica. “Apa-apaan sih, kamu ini? Dasar kekanakkan!” Monica hanya mengedikkan bahu dan melenggang pergi menuju kelasnya. Sesampainya di kelas Monica langsung bergabung bersama dengan beberapa teman sekelasnya, yang berjenis kelamin laki-laki. Kris yang hanya berdiri tidak jauh menjadi kesal karenanya. ‘Untuk apa juga aku berada di sini? Mending aku ke kampus dan mulai mengurus kepindahanku ke kampus yang baru,' batin Kris. Ia pun berjalan menjauh dari kelas Monica dan mengabaikan panggilan dari teman Monica, yang meminta kepadanya agar tetap tinggal. Namun, Kris bergeming ia terus saja berjalan. Monica hanya diam di tempatnya duduk bersama dengan teman-temannya. ‘Akhirnya, pergi juga tuh orang. Sadar diri juga dia, kalau di sini bukan tempatnya dan semoga saja dia pulang ke kampungnya sekalian,’ gumam Monica. Kris sampai di pinggir jalan dan ia menjadi kebingungan sendiri. ‘Sial, kemana aku harus mencari taksi? Gara-gara gadis manja tadi membuatku menjadi seperti ini,’ omel Kris bicara sendiri. Dilihatnya beberapa pelajar, yang kebetulan melihat dirinya menyilangkan jari mereka di kening. Menganggap dirinya orang tidak waras, karena bicara sendiri. Mata Kris melotot marah kepada pelajar tersebut. Namun, ia tidak bersuara apapun juga. Dirinya berdiri di pinggir jalan menunggu ada taksi yang lewat. Selama beberapa menit menunggu tak ada jua taksi yang dilihatnya lewat. Sementara itu, untuk naik angkot sendiri. Ia tidak tahu yang mana harus dipilihnya. Akhirnya, kris memilih asal saja angkot yang lewat, karena pintu gerbang sekolah Monica telah tertutup dan lokasi di sekitar sekolah elit itu pun sudah mulai sepi. Sementara itu di kelasnya Monica merasa tidak tenang ketika bercanda dengan teman-temannya. “Kenapa, Mon dari tadi kamu terlihat gelisah? Sudah, kalau kamu memikirkan Paribanmu yang ganteng itu. Sana susul saja daripada ia menyasar dan kamu malah dimarahi kedua orang tuamu!” ucap salah seorang teman Monica. “Ah! Biar saja ia menyasar, kalau ia hilang aku malah senang. Tidak ada lagi, yang akan mengganggu ketenanganku di rumah!” sahut Monica santai. Ririn, salah seorang teman Monica, yang sejak pertama melihat Kris langsung jatuh hati, dengan wajah tampan dan maskulin Kris. Beranjak dari duduknya. “Karena kamu tidak peduli dengannya, aku saja yang menyusul. Siapa tahu ia mau menjadi pengawalku, ‘kan, keren mempunyai pengawal seganteng Kris.” Ririn pun berjalan keluar dari ruang kelas. Akan tetapi, langkahnya terhenti dengan suara Monica, yang bernada marah. “Aku tidak mengijinkan kau mendekatinya!” Monica beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas. “Aku pergi! Sampai ketemu besok malam di acara promnite!” Dengan terburu-buru Monica berjalan menuju mobilnya yang ada di parkiran. Ia langsung masuk ke dalam mobilnya dan mengemudikannya ke arah pintu gerbang. Diturunkannya kaca mobil ketika mendekati pos satpam. “Pak, saya ijin pulang! Ada kejadian darurat! Bapak lihat tidak, pemuda ganteng, dengan rambut keriting berjalan kaki? Dia itu pariban saya, yang baru datang dari kampung. Saya takut ia tersesat dan sekarang saya akan menyusulnya.” Pak satpam itu pun teringat dengan ciri-ciri pemuda itu. Ia lalu mempersilakan kepada Monica untuk menusul saudaranya. Keluar dari pintu gerbang sekolah Monica tidak melihat keberadaan Kris. ‘Waduh! Kalau bayi besar itu sampai tersesat, akan hilang uang jajanku selama satu minggu, ini!’ umpat Monica emosi. ‘Tunggu! Bukannya kalau Kris menghilang tidak akan ada lagi yang mengawasi diriku? Ah, biar saja ia tersesat sebentar. Biar ia merasakan berputar-putar di ibu kota. Toh, Kris bisa membaca, tidak mungkin ia tidak membaca atau sekalian saja ia mengaku tersesat ke kantor polisi!’ gumam Monica.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN