Melihat Dion yang tiba-tiba masuk kedalam mobil sampai berkeringatan, membuat Sandi dan Meira merasa bingung. Sedangkan Dion terus memegang d**a nya berulangkali, ia benar-benar takut ketika sosok yang berada di dalam mobil itu tiba-tiba saja menyerang dirinya.
"Dion, apa yang terjadi?" tanya Sandi kebingungan.
"Tidak apa-apa!" jawab Dion.
Saat mereka asik berbincang di dalam mobil, ketiga orang itu seketika dikejutkan dengan sebuah ketukan pintu yang berasal dari luar.
"Si—siapa?" tanya Dion dengan terbata-bata.
"Saya, Tuan."
"Saya siapa, bodoh?!" kesal Dion.
"Pak Dodi supir pribadi Anda sendiri Tuan. Kenapa Anda tidak mengenal saya?"
"Pak Dodi?"
"Benar, Tuan."
"Kenapa kamu berpakaian seperti ini?!"
"Bukankah Tuan sendiri yang menyuruh saya untuk memakai pakaian yang seperti ini?" Dion pun seketika terdiam karena apa yang dikatakan oleh supirnya, memang benar dirinya lah yang menyuruh nya untuk memakai pakaian serba tertutup. Dengan alasan supaya Meira tidak melihat ketampanan pak Dodi yang baru saja berusia 35 tahun dan sebulan yang lalu, pak Dodi sudah resmi bercerai dengan istrinya yang arti nya sekarang pak Dodi sudah berstatus jadi duda tampan.
Meira dan Sandi pun langsung menatap kesal ke arah Dion yang sedang berusaha menahan malunya.
"Emh, segera lah masuk ke dalam mobil yang berada di sana!"
Dion pun berusaha mengalihkan kesalahan nya karena tatapan kedua orang itu benar-benar membuat dirinya merasa tidak nyaman sama sekali.
"Kau hampir saja membuat kita tidur di dalam mobil ini!" bisik Sandi kesal.
"Diamlah!"
Dion jelas tidak ingin membahas kesalahannya yang baru saja ia perbuat, apa lagi ketika Meira sedang bersama dengan mereka saat ini membuat Dion tidak dapat berkata-kata selain memilih untuk tidak banyak bicara. Di dalam mobil saja, Dion tidak berani untuk menatap Meira sedikitpun padahal sebelum nya ia terus berusaha untuk mencari perhatian gadis itu. Kini sekarang semuanya berubah sejak kejadian yang telah ia perbuat barusan.
"Sialan! Kenapa aku begitu bodoh begini?!" gumam Dion dalam hatinya sambil memaki dirinya sendiri.
***
Di lain sisi, terlihat Layra sedang berusaha untuk memejam kedua bola mata cantiknya. Wajahnya sudah terlihat begitu kusam akibat terus menangis menahan penderitaan yang ia alami sejak dirinya berada di dekapan sang monster mengerikan itu. Layra sudah kebingungan dengan dirinya yang hidup sangat menyedihkan, ia sudah berulang kali mencoba untuk menerima dengan lapang d**a atas semua yang terjadi pada nya. Tapi, ia tetap saja merasa frustasi dan berpikir bahwa yang di atas sana tidak adil kepadanya.
"Sebenarnya, apa salah ku? Kenapa kehidupan ku sampai seperti ini?" Layra menangis dalam diam, bahkan air matanya sudah tidak terlihat menetes lagi akibat terlalu lama menangis, bahkan kepalanya terasa sudah sangat pusibg. Belum lagi tubuh nya terasa pegal semua dan ada beberapa luka memar terdapat di tubuh nya, akibat monster itu memperlakukan dirinya begitu kasar.
"Emh!"
Layra seketika terkejut mendengar suara itu yang ternyata monster yang ia anggap sangat menjijikkan itu. Ketika monster itu datang, Layra dengan segera memalingkan wajahnya dengan sinis. Monster akar jelas tahu ekspresi Layra yang seperti itu kepada nya namun ia tidak perduli sama sekali karena yang ia perdulikan saat ini hanyalah ingin memuaskan nafsunya.
"Meira, seandainya kamu berada di sini. Kamu pasti akan berusaha untuk melindungi ku dari monster menjijikkan ini, disini aku benar-benar sangat menderita ... aku sangat merindukan mu, Meira .... "
"Kenapa kau bersedih, hah?!"
Monster itu pun membentak Layra saking kesalnya dengan gadis itu yang dari tadi tidak menghiraukan ucapannya. Padahal ia sudah berusaha untuk berbicara dengan lembut kepada Layra, tapi melihat raut wajah Layra yang seperti itu membuat dirinya merasa sangat marah besar karena di abaikan.
"Dasar monster jelek tidak tahu diri!"
"Ya, aku memang monster jelek. Tapi, asal kau tahu kamulah yang tidak tahu diri!"
"Kenapa aku? Bukankah kamu sendiri yang tidak tahu diri sama sekali?!"
"Cih! Sudah beruntung aku membawa mu kemari."
"Beruntung? Justru aku malah sangat sial!"
"Jaga ucapan mu! Jika aku tidak membawa mu kemari, mungkin kau sudah tidak ada dunia ini karena dimakan monster buas yang berada di hutan itu, kau mengerti sekarang? Jadi, berterima kasihlah pada ku!"
"Lebih baik aku mati! Dari pada hidup hanya untuk dijadikan sebagai pemuas nafsu monster menjijikkan seperti mu!" ucap Layra yang tidak pernah berhenti untuk menghina monster akar itu dengan kata-kata yang begitu pedas.
"Apa kau berniat ingin melakukan permainan panas lagi bersama ku sekarang, hem?!"
Monster akar itu sudah kesal dengan ucapan Layra, sehingga ia pun berniat memberikan gadis itu pelajaran supaya tidak berkata sesuka hatinya mengatai dirinya.
"Tidak! Berhenti melakukan itu lagi, monster b******k!" maki Layra dengan nada suara yang begitu nyaring. Sehingga monster akar itu hanya tersenyum sinis mendengar Layra berkata seperti itu kepadanya.
"Baiklah, aku tidak akan melakukan hal itu lagi untuk sementara ini. Tapi, ada satu hal yang ingin aku sampaikan untuk mu saat ini, apa kau ingin mendengar nya?" Layra langsung saja mengabaikan ucapan monster akar itu. "Kau serius tidak ingin mendengar nya?" Bagi Layra apa yang dikatakan oleh monster akar itu, hanyalah omong kosong semata jadi ia rasa dirinya lebih baik untuk mengabaikan nya saja.
"Gadis yang bernama Meira, apa kau mengenalnya?" Layra seketika menatap monster akar itu. " Apa, Meira? Ada apa dengannya? Jangan mencoba untuk menganggu nya, b******k!" Meira dengan segera memaki monster akar itu, sambil kedua bola matanya melotot dengan sangat tajam dan bahkan seperti ingin keluar.
"Untuk apa aku menganggu gadis itu? Aku rasa, memiliki gadis seperti mu sudah lebih dari cukup." Layra merasa sedikit lebih lega mendengar ucapan monster itu yang tidak menganggu sahabat nya, walapun ia tidak tahu apa yang dikatakan monster barusan benar atau tidak.
"Apa kau ingin tahu sekarang? Jika tidak, aku tidak akan memaksa mu untuk mendengar nya. "
Mendengar ucapan monster akar itu, Layra jelas sangat penasaran tentang bagaimana dengan sahabatnya itu saat ini. "Katakan!" ucap Layra dengan singkat, tapi tiba-tiba monster akar itu langsung tersenyum licik. "Ada syarat yang harus kamu penuhi!" Layra benar-benar sangat kesal mendengar kalimat itu. "Aku tidak akan melakukan syarat apapun yang kamu maksud!" ucap Layra dengan sangat tegas.
"Baiklah, jika begitu aku tidak akan mengatakan nya untuk mu!" Layra seketika mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat, hingga jari-jari kukunya memutih. "Katakan apa syarat nya?!" Rasanya Layra sangat terpaksa harus melakukan syarat yang akan ia penuhi nanti, ia berharap syarat itu tidak akan menyulitkan dirinya sama sekali.
"Kau harus melahirkan seorang anak untuk ku!" Layra seketika terdiam membisu, ia rasa tidak mungkin menerima benih dari seorang monster yang begitu mengerikan, sedangkan dirinya benar-benar merasa jijik ketika monster itu menyentuh dirinya. Apa lagi sekarang jika benih itu hadir dalam rahim nya, mungkin Layra rasa akan semakin merasa dirinya benar-benar tidak berguna lagi hidup didunia ini. Namun, ia tidak memiliki pilihan lain karena sahabatnya Meira sosok yang begitu penting dan berharga di dalam hidup nya.
"Apa tidak ada syarat yang lain?" Layra berharap monster itu mau memberikan syarat yang lebih masuk akal dari itu lagi. "Tidak ada!"
"Bisakah mengatakan nya dengan cuma-cuma?" Layra masih berharap monster akar itu mau mendengarkan apa yang ingin. "Jangan bermimpi! Kau mengerti?!" Rasa kesal dan sekaligus merasa sangat muak dengan monster itu, semakin membuat Layra sangat ingin membunuh nya karena monster akar tidak sedikitpun memberikan belas kasihan terhadap dirinya.
"Monster sialan!" maki Layra, ia pun memilih untuk diam saja, berharap monster akar mau menuruti ucapannya.
"Apa kau sedang mengumpati diriku?!" tanya monster akar. "Tidak!" jawab Layra dengan tegas sambil menampilkan ekspresi wajah tidak suka kepada monster akar. Tapi, monster akar tiba-tiba menyukai sikap Layra yang seperti itu kepadanya. Padahal ia tahu, Layra benar-benar tidak menyukai nya sama sekali. Apa lagi ia terus melakukan permainan panas itu dengan kasar, kepada tubuh mungil itu. "Benarkah?" Layra pun menatap nya dengan sinis. "Cih!"
"Bagaimana? Apa kau tidak ingin mendengar nya sama sekali tentang sahabat mu?" tanya monster akar itu sambil tersenyum licik." Layra tampak sedang berpikir saat ini, ia benar-benar tidak yakin bisa menerima benih dari sosok monster.
"Bukankah kamu sendiri sudah meniduri diriku berulang kali selama ini?!" Menurut monster akar itu, apa yang dikatakan oleh Layra memang benar. "Jadi katakan saja, apa yang sedang terjadi kepada sahabat ku?"
"Dia sadang dalam berbahaya."
"Berbahaya? Tunggu! Darimana kamu tau aku memiliki sahabat?" tanya Layra yang baru saja tersadar akan hal itu. "Tidak perlu kamu tahu!" Lagi-lagi Layra hanya bisa menahan rasa kesal kepada monster akar itu. "Baiklah, lalu kenapa dia bisa dalam bahaya? Apa yang terjadi pada nya?"
"Dia sedang di intai oleh sosok yang jahat." Layra seketika tertawa mendengar ucapan monster akar. "Apa kau merasa diri mu bukan monster sosok yang jahat, hah?!" bentak Layra.
"Tentu saja tidak, kau puas?!"
Layra seketika merasa lucu mendengar nya. Selama ini, monster itu selalu berbuat sesuka hatinya pada dirinya, jadi ia rasa monster akar itu sangat tidak tahu diri sama sekali.
"Kau benar-benar monster aneh!"
"Aku bukan aneh!"
"Tapi aku menganggap mu sangat aneh!"
"Berhentilah untuk berkata seperti itu! Kau tahu, aku tidak akan memaafkan mu jika kamu tidak mendengarkan apa yang aku katakan!"