Hari selanjutnya, Keenan pun bersekolah seperti biasanya. Ia berangkat bersama dengan Axel dan Ravi juga. Mereka tidak sabar akan pergi ke panti asuhan nanti. Mereka bertiga juga sudah menyiapkan hadiah untuk anak-anak panti disana. Ada makanan, s**u ada pula tas dan peralatan sekolah lainnya. Mereka kemarin sudah memesan dan untung saja semuanya bisa ada meskipun mereka memesannya mendadak sekali tapi semua bisa teratasi.
Tak ada yang istimewa di hari Keenan bersekolah saat itu, tapi berbeda dengan Nayara. Nayara datang ke sekolah dengan baju biasa, ia datang bersama dengan Kak Marco yang merupakan kakak dari Bagas. Memang seharusnya Mama dan Papa Bagas yang datang tapi mereka sedang ada di luar kota, makanya jadilah Kak Marco yang datang. Mereka berjalan masuk dan banyak yang melihat mereka karena tak ada yang tahu siapa Marco. Apalagi dengan tampilan Marco yang memang masih terlihat seperti anak sekolah menjadikan mereka semua bertanya-tanya siapa sebenarnya Marco.
Marco memang masih kelas tiga SMA, tapi ia tidak bersekolah di sekolah yang sama dengan Bagas dan Nayara. Marco malah sekolah di luar kota ya meskipun dari rumah hanya dua jam saja. Ini saja Marco membolos khusus untuk mencabut dokumen Nayara yang ada di sekolah ini juga.
Marco melihat Nayara yang sepertinya ketakutan masuk ke sekolah sendiri. Untung saja Bagas membolehkan Nayara untuk pindah karena jika tidak, mungkin Nayara akan semakin sakit dan mungkiin juga bisa jadi depresi kareja Nayara masuk ke sekolah saja ia sudah ketakutan seperti yang ia lihat.
Sebenarnya apa yang bikin lo takut disini Nay? Andai gua tahu tentang lo lebih awal gua bakalan pastiin kalo lo ga akan diganggu sama siapa pun yang ada di sekolah ini. Batin Marco tersebut.
Memang Marco belum lama ini mengetahui tentang keadaan Nayara. Ia mengetahuinya saat Bagas pulang-pulang menangis dan bercerita bahwa Bagas hampir saja kehilangan Nayara dan hampir saja gagal menjaga Nayara. Ternyata saat itu Nayara melakukan percobaan bunuh diri dengan melukai nadinya. Tapi untung saja semua itu berhasil dihentikan oleh Bagas. Bagas saat itu memasyikan Nayara aman dan ia tidak menangis sama sekali. Namun saat dirinya sudah sampai di rumah, ia menangis dengan hebatnya dan kebetulan Marco melihatnya. Lalu terjadilah Bagas bercerita tentang Nayara.
Marco tidak pernah menyangka bahwa dibalik jaket atau sweater yang sering Nayara gunakan itu terdapat banyak sekali luka goresan yang Nayara lukis sendiri dengan berbagai macam benda tajam yang di dapatkan Nayara dnegan mudah.
"It's okay Nay. Everything will be okay." ujar Marco kepada Nayara saat Nayara semakin mengeratkan dirinya kepada Marco.
Sekolah tampak ramai karena jam istirahat yang membuat siswa-siswi melihat Nayara dan Marco yang datang bersama termasuk juga dengan Rangga dan teman-temannya. Mereka melihat Nayara dan Marco yang tampak dekat, bahkan sangat dekat sekali. Menurut mereka kedekatan itu sama dengan kedekatan antara Nayara dan Bagas. Namun mereka semua belum tahu siapa cowok yang bersamanya.
Rangga benar-benar terusik hatinya ketika melihat Nayara bersama dengan cowok lain selain Bagas. Nayara bersama dengan Bagas saja ia tak suka apa lagi Nayara bersama dengan lelaki lain yang sama sekali belum ia kenal. Namun ia juga sudah tak memiliki daya apa pun untuk mengatakan bahwa ia cemburu karena sekarang ia siapa? Ia bukan lagi siapa-siapa dari Nayara karena dirinya sendiri yang beberapa waktu lalu memutuskan Nayara dengan keegoisannya yang mendominasi dirinya tersebut.
"Woy itu siapa weh? Kok sama Nayara, Lo kenal Ga?" tanya Gino. Gino berpikir bahwa dulu Rangga berpacaran drngan Nayara, jadi kali saja Rangga mengenal cowok itu.
"Ga kenal gua, gua juga baru lihat pertama kali hari ini." jawab Rangga dengan singkat.
"Wah jangan-jangan bukan sama Bagas selingkuhnya tapi sama dia loh. Wah gila sih kalo beneran kejadian." ujar Leo yang sudah berburuk sangka. Entah kenapa dari kemarin pikirannya dan Gino untuk Nayara semuanya pasti berburuk sangka kepada Nayara.
"Atau jangan-jangan sama mereka berdua yang jadi selingkuhannya lagi beuh mantap bener. Dikira cupi eh ternyata suhu bosqu." jawab Gino yang mengusik Rangga karena sebenarnya bukan begitu adanya dan mereka berdua ini sama sekali tidak tahu apa-apa.
"Lo berdua apaan sih, ga usah bikin gosip ga jelas deh." ujar Rangga dengan kesal.
Sebenarnya ada apa Nay? Setelah kemarin Lo ga masuk sekarang Lo ke sekolah ga pakek seragam dan sama cowok lain. Siapa dia? Apa dia cowok baru Lo? Cepat juga ya dapatin cowok barunya. Atau lo bohong tentang penyakit lo ke gua? Lo sebenarnya emang mau putus sama gua karena lo ydah dapat cowok baru? Batin Rangga sekarang ini bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Sebenarnya Rangga sangat kesal, Rangga masih cemburu ketika melihat Nayara bersama dengan lelaki lain. Jika ada yang menghujatnya tak tahu malu ia akan menerimanya karena memang benar bahwa ia tak tahu malu.
"Mereka otw ke sini weh, waduh jangan-jangan mau ada pertumpahan darah ini disini." ujar Gino padahal memang koridor itu lah satu-satunya tempat untuk pergi ke ruang guru, ruang TU dan ruang kepala sekolah.
Rangga tak menghiraukan ucapakan Gino karena yang saat ini ia pikirkan hanyalah hubungan antara dua orang yang kini semakin dekat dengan dirinya berada. Rasanya ia ingin menghentikan mereka berdya dan langsung menanyakan kepada Nayara apa hubungan antara keduanya. Namun ia tak memiliki nyali untuk melakukannya.
Nayara terlihat langsung menggenggam erat tangan Marco saat Nayara melihat Rangga ada di dekat koridor. Hal itu diketahui oleh Marco dan sekarang ini Marco pun merangkul Nayara.
Ah jadi ini mantan yang ngebuat Nayara jadi kayak gini. Lo bakalak nyesel seumur hidup karena udah pernah bikin Nayara nangis. Batin Marco.
Ranggulan dari Marco ke Nayara itu membuat Rangga semakin menatap tajam ke arah Nayara dan Marco. Marco hanya menatapnya saja. Ia pun bersama Nayara berjalan melewati Rangga yang masih menatap mereka dengan tatapan lekatnya.
Saat ini Bagas memang tidak bisa menemani mereka karena Bagas ada tugas di luar sekolah. Maka dari itu sedari tadi tak terlihat wajah Bagas juga. Sekarang ini tampak Marco dan Nayara masuk ke dalam ruangan TU. Mereka mengatakan apa yang ingin mereka lakukan disana dan guru TU terkejut dengan rencana kepindahan Nayara itu. Ia sempat mempertanyakan lagi.
"Kamu sudah yakin dengan keputusan kamu Nayara?" tanya guru itu.
"Saya sudah memikirkan hal ini bu dan saya sudah yakin." ujar Nayara.
"Baik jika begitu, lalu kamu rencananya mau pindah kemana Nayara?" tanya guru tersebut dan Nayara masih diam saja belum menjawabnya juga.
"Nayara akan home schooling Bu untuk sisa semester ini. Untuk kelas dua nanti, Nayara baru akan pindah ke sekolah formal." ujar Marco tersebut.
"Baik lah jika begitu." ujar guru itu dan mereka pun melakukan semuanya. Kini berkas Nayara sudah resmi dikeluarkan dan Nayara resmi bukan merupakan siswa dari sekolah tersebut lagi. Kini Nayara resmi keluar.
"Terimakasih Bu, jika begitu kamu pamit terlebih dahulu." ujar Marco. Saat ini Nayara sudah keluar dengan Marco sembari membawa berkas Nayara. Mereka pun tampak pergi ke kantin karena Nayara ingin membeli makanan karena mungkin ini adalah kesempatan terakhirnya makan disini.
Bukannya ia tidak bisa lagi ke sekolahnya ini tapi ia tidak mau lagi pergi ke sekolah ini karena pasti ia akan bertemu lagi dengan Rangga. Ia tak mau jika hal itu terjadi, maka dari itu sebisa mungkin ia akan memanfaatkan waktunya sekarang untuk membeli makanan di kantin sekolahnya ini.
"Lo yakin mau makan disini Nay?" tanya Marco dan Nayara pun mengangguk dengan yakin. Akhirnya Marco juta sekarang tampak mengangguk. Mereka berdua pergi ke kantin dan masih banyak orang disana.
Rangga menatap ke arah dua temannya yang sepertinya sedang sibuk mencari seseorang di i********:. Entah siapa yang sedang mereka cari. Ia tidak begitu perduli juga karena ia pusing juga memikirkan tentang cowok itu.
"Nah kan bener, gua pernah ngelihat cowok itu. Nih Ga, kita dah nemuin siapa cowok yang sama Nayara tadi." ujar Gino kepada Rangga tersebut.
"Siapa emamgnya?" tanya Rangga yang juga penasaran sekarang ini.
"Namanya Marco, dia anak SMA Mandala. Gua masih ga tahu apa hubungannya sama Nayara juga sih. Yang jelas, Marco itu bukan sembarang orang di SMA Mandala." ujar Gino menjelaskan siapa Marco kepada Rangga.
"Maksud Lo bukan orang sembarangan? Emangnya siapa dia? Penting banget sampe Lo bilang kalo dia bukan orang sembarang?" tanya Rangga.
"Dia yang menang Mandala Ga. Dia bener-bener ditakuti satu Mandala. Kalo Lo tahu tentang Dewa, dia sebelas dua belas sama Dewa." ujar Gino.
Kenapa Nayara bisa sama cowok kayak dia? Sebenarnya apa hubungan mereka? Lo baik-baik aja kan Nayara? Batin Rangga yang tampak khawatir tapi ketika melihat bagaimana cara Marco memperlakukan Nayara, sepertinya ia tidak perlu khawatir karena Nayara terlihat sangat bahagia bersama Marco.
Nayara sudah selesai membeli makanan, ia sedang makan dan tiba-tiba saja ada teman kelasnya yang mendekati dirinya. Disana ada dua cewek yang tampak baik kepada Nayara dan tidak pernah aneh-aneh juga kepada Nayara.
"Nay, ini bener? Gua tadi habis dari ruang TU terus gua denger kalo Lo cabut dari sini? Itu beneran?" tanya Kaila kepada Nayara yang masih makan.
"Oh, hai Kaila, hai Vania. Iya, gua keluar heheheh." ujar Nayara tersebut.
"Hah? Kenapa Nay? Kok Lo sampe keluar dari sekolah? Ada masalah apa gimana? Kita bisa bantuin Lo sumpah." ujar Vania yang sangat kaget karena ini berita yang mereka harapkan tidak benar tapi ternyata benar. Ia mengatakan dengan keras dan hal itu membuat beberapa teman lainnya mendengarnya termasuk juga dengan Rangga. Rangga sangat terkejut ketika mendengar bahwa Nayara keluar dari sekolah. Entah apa alasannya keluar.
Lo ga keluar karena kita putus kan Nay? Bukan gua kan penyebab Lo keluar? Please gua mohon itu bukan karena kita yang udah putus karena gua akan merasa sangat bersalah sama Lo Nay. Batin Rangga sekarang ini.
"Woy, sumpah gua kaget banget. Nayara ternyata keluar." ujar Leo.
"Lo tahu tentang kabar ini Ga? Ah tapi dari wajah Lo juga keliatan kalo Lo baru tahu tentang kabar ini, kira-kira kenapa ya? Atau dia mau pindah ke Mandala ikut sama Marco ya?" tanya Gino memikirikan beberapa spekulasi.
"Ga ada apa-apa kok. Emang mau pindah aja hehehe." jawab Nayara kepada Vania dan Kaila tersebut. Mereka pun bingung, jika tidak ada maslaah apa-apa lalu kenapa Nayara ingin pindah dari sekolahnya yang sekarang ini.
"Terus Lo mau pindah kemana?" tanya Vania kepada Nayara.
"Masih belum tahu sih gua, oh ya guys makasih ya karena udah jadi yang kelas yang baik buat gua." ujar Nayara kepada mereka berdua tersebut.
"Sampein juga ke teman-teman kelas yang lainnya juga ya. Maaf gua ga bisa pamit secara langsung." ujar Nayara berpesan lagi pada mereka berdua.
"Iya Nay, kita pasti bakalan sampein ke mereka kok. Sayang banget Lo sekarang harus pindah Nay padahal belum ada satu tahun kita sekelas. Tapi ga papa, semoga Lo lebih bahagia di tempat baru Lo nanti ya." ujar Kaila.
"Yes, don't forget to keep on touch ya Nayara." ujar Vania membuat Nayara mengangguk. Tak beberapa lama kemudian bel masuk pun berbunyi dan akhirnya sekarang ini siswa-siswi yang ada di kantin sudah banyak yang pergi ke kelas mereka. Tapi masih ada beberapa yang bertahan di kantin.
"Udah makannya Nay?" tanya Marco karena melihat Nayara sudah selesai makan. Nayara pun mengangguk sebagai jawabannya kepada Marco.
"Ya udah, kalo gitu ayo kita pulang ya." ajak Marco dan Nayara kembali mengangguk. Mereka berdua pun sudah berjalan menuju ke luar. Mereka melewati koridor dan sedari mereka tadi masih di kantin, Rangga masih setiap menatap kepergian Nayara. Ia tak pernah menyangka mereka benar-benar akan berpisah saat ini. Ia pikir ia masih bisa menatap Nayara dan melihat senyuman dari Nayara tapi ternyata tidak bisa lagi karena Nayara pergi.
"Lo kenapa Ga? Lo masih ada rasa ya sama Nayara? Gua lihat dari tadi kalo ngomongin Nayara terus Lo kayak berubah gitu mukanya. Terus juga Lo kayak ga suka dan merasa kehilangan waktu tadi kita semua denger kalo Nayara mau pindah sekolah." ujar Gino kepada Rangga. Gino sangat lancang.
"Gin, ga Lo tanya juga kayak gitu. Lo parah banget sih. Lupain aja Ga, Gino pertanyaannya emang kadang ga ngotak. Udah lah yuk kita ke kelas aja daripada bahas yang ga penting." ujar Leo kepada mereka berdua.
Faktanya, gua emang kehilangan Nayara. Batin Rangga sembari berjalan.