Chapter 4

1865 Kata
Malam sudah semakin larut, jarum jam yang tergantung di dinding sebuah kamar itu sudah menunjukkan pukul satu pagi. Tetapi laki - laki dengan tubuh mungil itu masih asyik duduk didepan layar komputer nya sambil bermain game. "Syuuu Syuuu yak mati! Mati!" "Aisshh kenapa sulit sekali" Kedua tangan laki - laki mungil itu bermain lincah pada keyboard di depannya. PRANG!! Kedua jemarinya langsung berhenti bergerak saat mendengar suara seperti benda jatuh. Dia mengabaikan tulisan game over di layar komputer itu dan melangkah untuk keluar dari dalam kamarnya. Dia membuka pintu itu perlahan dan mengernyit heran karena tidak melihat seorangpun disana. Tapi suara itu, dia melangkah menyusuri lorong rumahnya itu dan semakin merasa heran saat tidak menemukan seorang penjagapun yang berdiri di depan pintu utama rumah itu. Dor! Seketika tubuhnya membeku, dia menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Kedua kaki melangkah terseok mengikuti nalurinya dan berhenti tepat didepan pintu kamar ayahnya. "A...Ayah?" Tidak terdengar sahutan dari dalam kamar itu. Dengan tangan gemetar, dia meraih gagang pintu kamar dan membuka perlahan. Tubuh laki - laki mungil itu langsung ambruk saat melihat apa yang terjadi didalam kamar itu. Air matanya sukses mengalir hebat di kedua pipinya. Didalam kamar itu dia melihat ayahnya yang tergeletak dilantai dengan tubuh bersimbah darah serta seorang laki - laki yang tidak di kenal. "A.. Ayah" Laki - laki itu langsung menolehkan kepalanya. Laki - laki mungil itu dapat merasakan jika laki - laki yang berdiri di dekat tubuh ayahnya itu sedang menyeringai kearah nya walaupun dia tidak dapat melihat wajahnya yang tertutupi topeng. "Apa yang kau lakukan pada ayahku?" Suaranya terdengar lirih juga air mata yang terus mengalir dari kedua matanya. Laki - laki asing itu hanya diam, dia melangkah pelan kearah pintu membuat laki - laki mungil itu melebarkan kedua bola matanya. Tubuh mungil yang masih bersimpuh di depan pintu itu tanpa sadar bergerak mundur menjauhi laki - laki asing itu. "Ja..Jangan mendekat!!" Dia berteriak histeris, ketakutan saat laki - laki itu semakin mendekat kearah nya. "Menjauh!! Jangan mendekat!" "LUHAN!" Laki - laki mungil itu menolehkan kepalanya dan menemukan sahabatnya bersama dengan tiga orang laki - laki tinggi di belakangnya. "Tangkap dia!" Perintah laki - laki yang paling tinggi dan langsung dilakukan kedua laki - laki lainnya yang mengejar laki - laki asing tadi yang sedang berusaha kabur dari rumah itu. "B..Baek" Baekhyun langsung berlari kearah laki - laki mungil itu dan memeluknya erat. Chanyeol yang tadi ada di samping tuannya itu melangkah menuju kamar dan mendesah lelah saat melihat tubuh yang tergeletak bersimbah darah itu. "Dia.. Dia.. Ayah.. Ayahku.. itu.. Darah.." Baekhyun melirik Chanyeol dan langsung mendapatkan gelengan dari laki - laki yang lebih tinggi. Dia menghela nafas pelan semakin erat memeluk tubuh sahabatnya yang masih gemetar hebat itu. “Sebaiknya kita pergi” Luhan langsung mengangkat kepalanya menatap Baekhyun. “Ta..Tapi Ayah..hiks..” Baekhyun tidak menjawab, dia membantu Luhan berdiri dan merangkul tubuh rapuh itu. Chanyeol mengikuti dari belakang sambil terus waspada jika saja masih ada yang ingin mengincar kedua laki - laki mungil itu. Saat Baekhyun dan Luhan sudah masuk kedalam mobil, Jongin dan Sehun kembali dan segera menghampiri Chanyeol. “Dia bunuh diri” Sehun mengepalkan kedua tangannya kesal sambil membuang nafas lelah. “Kami hampir berhasil menangkapnya tapi saat kami lengah dia langsung menembak kepalanya sendiri” Chanyeol melirik kedua laki - laki yang duduk didalam mobil itu. Baekhyun menatap kearah nya sedangkan Luhan meringkuk didalam pelukan sahabatnya itu. “Cari sesuatu yang mencurigakan dan segera siapkan upacara pemakaman” Sehun dan Jongin menganggukkan kepalanya patuh sebelum Chanyeol memasuki mobil dan segera meninggalkan rumah itu. ** Baekhyun membuka pintu kamarnya bersama dengan seorang pelayan yang membawa troli makanan. Diatas ranjang itu, Luhan hanya diam sambil terus menatap kearah jendela. Setelah upacara pemakaman ayahnya kemarin, laki - laki cantik itu hanya diam melamun dan enggan keluar dari kamar. “Lu..” “Hn?” “Saatnya makan” “Aku tidak lapar” “Kau tetap harus makan. Kau terlihat semakin jelek dengan tubuh kurus dan kantong mata tebal itu. iuuuhh aku yakin tidak akan ada yang mau denganmu” “YAK!” Baekhyun menyeringai kecil saat melihat laki - laki cantik itu bangkit dan menatap kesal kearahnya. “Aku benar bukan? Lihatlah di kaca. Kau benar-benar terlihat jelek!” “Kau jahat sekali Byun. Aku sedang sedih disini” Baekhyun menghela nafas pelan, dia dudukkan tubuhnya di sebelah tubuh Luhan. Dia menatap wajah sahabat kecilnya itu. “Aku tau bagaimana perasaanmu Lu, aku pernah merasakannya. Tapi jangan jadikan hal ini sebagai kelemahanmu. Kau tau sendiri aku bahkan memiliki trauma kejadian…” Baekhyun tidak dapat melanjutkan kata-katanya, dia tersenyum kecil lalu menggenggam tangan laki - laki cantik itu. “Berjanjilah kau akan kuat dan balas perbuatan mereka pada orang tua kita. Buat mereka berlutut meminta ampun! Buat mereka membayar apa yang sudah mereka lakukan” “Baekhyunnn” Luhan langsung menerjang tubuh laki - laki mungil di hadapannya itu dan memeluknya erat. Terdengar isakan kecil disana tapi Baekhyun hanya diam sambil mengelus punggung laki - laki cantik itu. Beberapa menit berlalu, hanya suara isakan Luhan yang terdengar didalam kamar itu. Baekhyun mengernyit pelan saat merasakan basah di baju yang dikenakannya. Dia segera mendorong kepala Luhan menjauh dan seketika dirinya benar-benar ingin mencekik laki - laki cantik itu. “b*****h! Lihat apa yang kau lakukan dengan bajuku?!” “Hehe aku tidak punya tisu” “Kau benar-benar jorok! Chanyeoool!!” “Ck selalu Chanyeol” Luhan beranjak dari atas ranjang dan beralih untuk mengambil makanannya diatas troli. Tidak lama, Chanyeol memasuki kamar itu. Baekhyun langsung menunjuk bajunya dan laki - laki tinggi itu langsung mengerti. Dia beralih menuju lemari pakaian dan mengambil sepotong baju ganti untuk tuannya itu. Chanyeol mendekati Baekhyun dan segera melepaskan baju yang sebelumnya dikenakan laki - laki mungil itu dengan menggantinya dengan baju yang bersih. “Chanyeol-ssi” Baekhyun mengernyitkan dahinya saat mendengar Luhan memanggil Chanyeol dengan formal. “Ya tuan?” “Aku akan menyerahkan apapun yang keluargaku punya. Tapi kau harus menghabisi mereka dihadapanku” “Cih! Kau saja histeris saat melihat darah” “Byun! Come on! Aku sedang serius! Dasar bocah!” “KAU BUTUH KACA??!” Dan kembali terjadi pertengkaran diantara kedua laki - laki mungil itu. Baekhyun tersenyum dalam hati, setidaknya Luhan tidak kembali larut dalam kesedihan nya. ** Kyungsoo mengayuh sepedanya pelan menyusuri jalanan menuju restoran ayam milik orang tuanya. Dia memberhentikan laju sepedanya saat merasakan ada yang terus mengikutinya sejak tadi. Dia menoleh kebelakang dan hanya jalanan kosong yang terlihat. Apa hanya firasat nya saja atau itu orang-orang yang ingin menculik nya seperti saat Baekhyun diculik waktu itu. Kyungsoo kembali menaikkan pedal sepedanya dan mengayuhnya cepat. Dia harus segera tiba di restoran. “Kyungsoo? Kenapa terburu-buru?” “Tidak bu. Aku hanya haus, ya haus” Nyonya Do hanya menggelengkan kepalanya melihat anaknya itu. Kyungsoo kembali memperhatikan sekelilingnya untuk memastikan apakah ada yang mengikutinya atau tidak. Tapi tidak ada seorangpun. Laki - laki bermata bulat itu menghela nafas lega lalu segera memasuki dapur. Tanpa sepengetahuan Kyungsoo, seorang laki - laki yang menggunakan hoodie berwarna hitam keluar dari tempat persembunyian nya. Dia menurunkan hoodie di kepalanya lalu menatap awas pada restoran itu. “Ugh aku jadi lapar. Chickeenn~” ** Baekhyun mengerjap pelan saat tidurnya terganggu. Tangan Luhan berada di mukanya dan kedua kakinya membelit tubuh mungil itu. “Sialan!” Dia menghempaskan tubuh Luhan dan bangkit dari atas ranjang. Saat dirinya keluar dari dalam kamar, seorang pelayan langsung berlari kearah nya. “Dimana Chanyeol?” Tanyanya masih dengan mata setengah terbuka. “Itu.. tuan Chanyeol sedang berada di ruang pertemuan” Baekhyun melangkahkan kakinya untuk menuruni tangga. Pelayan itu mengikuti Baekhyun, takut jika tuan mudanya itu menabrak dinding atau terpeleset di tangga melihat kedua matanya masih setengah terbuka. “Tuan muda, sebaiknya anda kembali tidur saja” “Isshh diam” Baekhyun membuka pintu ruangan itu membuat seluruh mata yang ada diruangan itu menatap kearahnya. Jongin langsung mendekat kearah Baekhyun. “Tuan muda…” Chanyeol meminta Jongin untuk diam, Baekhyun mendekat kearahnya dan duduk diatas pangkuan laki - laki tinggi itu. “Seingatku, aku pemimpin kelompok ini” “Maaf tuan muda, kami hanya…” “Lanjutkan saja, abaikan keberadaanku” Laki - laki mungil itu meringkuk di d**a Chanyeol dengan memejamkan kedua matanya. Chanyeol meminta mereka untuk melanjutkan laporan mereka. “Menurut laporan yang kami terima, tuan Xi beberapa kali terlibat dengan para penguasa black market. Apa yang mereka perjual-belikan bukan hanya obat-obatan dan senjata, tetapi juga manusia. Menurut jadwal, beberapa hari lagi akan terjadi perdagangan manusia besar-besaran. Bukan hanya wanita dan lelaki muda tetapi juga anak-anak di bawah umur” “Tapi belum ada kepastian jika tuan Xi terlibat dalam perdangan manusia ini” “Bagaimana dengan pelaku?” “Aku dan Sehun hampir menangkap sialan itu jika dia tidak secara tiba-tiba menembak kepalanya. Mungkin saja karena kejahatannya diketahui orang lain jadi dia lebih memilih mati” “Aku mendapatkan sedikit informasi dari para tikus yang berkeliaran di black market. Mereka menamai diri mereka sebagai Black Frost. Kerjakan, bunuh, menghilang” “Cukup sulit untuk mencari informasi tentang mereka. Jika mereka gagal, mereka lebih memilih mati dari pada membongkar jaringan mereka” “Jadi apa saja yang kalian kerjakan selama ini!” “Tu..Tuan muda” Baekhyun membuka kedua matanya, dia menatap satu-persatu wajah yang ada didalam ruangan itu. “Mencari para tikus sialan itu saja tidak bisa kalian lakukan?!” “Kami sudah berusaha…” Baekhyun menarik senjata yang selalu berada didalam saku jas Chanyeol lalu mengarahkannya kesalah satu laki - laki di sana. “Aku bisa membunuhmu sekarang, kau ingin mati ditanganku hn?” “Tuan muda..” “Aku tidak main-main. Sialan!” Chanyeol menurunkan senjata itu dan mengambilnya dari genggaman Baekhyun. Laki - laki tinggi itu menarik kepala Baekhyun untuk kembali bersandar di dadanya. Laki - laki mungil itu menghela nafas kasar lalu memeluk tubuh yang lebih tinggi. Dia kembali memejamkan kedua bola matanya. Chanyeol memberikan isyarat agar segera meninggalkan ruangan itu hingga hanya ada Baekhyun dan Chanyeol yang tersisa. “Aku tau kau tertekan” “Aku baik-baik saja” “Kau tidak” Baekhyun berdecih malas lalu menyandarkan kepalanya di bahu laki - laki tinggi itu, mata nya terbuka menatap rahang yang lebih tinggi. “Aku tidak tau kenapa mereka membunuh paman Xi” Laki - laki mungil itu menghela nafas pelan “Tapi aku sangat yakin, aku target mereka selanjutnya” “Mereka tidak akan bisa menyentuhmu” Baekhyun tersenyum remeh “Kalian bahkan tidak bisa menemukan mereka. Jangan terlalu percaya diri, bisa saja kau mati di tangan mereka” “Aku tidak akan mati” “Jangan membual” “Aku pelayanmu, aku hanya akan mati jika kau memerintah ku untuk membunuh diriku” “PARK!” “Aku sudah berjanji pada ayahmu. Aku akan melindungimu Baekhyun” Baekhyun mengigit kesal leher laki - laki tinggi itu. “Kau tidak boleh mati” “Aku tidak” “Aku mengantuk” Chanyeol mengelus kepala tuannya itu dengan lembut sebelum mengangkat tubuh yang lebih mungil. “Aku tidur bersamamu. Aku tidak bisa tidur bersama rusa liar itu” Dan Chanyeol hanya mengangguk paham dan segera membawa laki - laki mungil itu menuju kamarnya.   **
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN