Sepasang kaki melangkah pelan melewati bebatuan kerikil jalanan menuju tempat yang akan didatangi nya. Sesekali dia bersenandung kecil dengan kedua tangan berada di saku hoodie hitam yang dikenakannya. Wajahnya tertutupi oleh topi hitam, dia melirik ke kiri dan kanan sebelum membuka sebuah pintu bangunan tua di pinggir kota.
"Aku disini"
Dari dalam kegelapan seorang laki - laki melangkah pelan kearah nya. Dia tersenyum miring lalu mengeluarkan benda kecil dari dalam sakunya.
"Aku tidak tau apa yang akan kau lakukan dengan benda ini. Aku cukup sulit mencarinya"
Laki - laki berhoodie hitam itu hanya tersenyum kecil lalu mengambil benda dari tangan laki - laki lainnya.
"Bukan urusanmu"
Lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
**
Jongin memasuki ruangan Chanyeol dengan tergesa-gesa. Laki - laki tinggi itu menghentikan pekerjaannya lalu menatap Jongin yang sudah berdiri dihadapan nya.
"Kami menemukan seorang penyusup"
Chanyeol cukup terkejut mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya kesal lalu memerintahkan Jongin untuk membawa penyusup itu masuk.
Baekhyun keluar dari kamarnya setelah membasuh tubuhnya, dia melihat Luhan sedang bertengkar dengan Krystal berebut remote televisi tapi perhatiannya teralih saat melihat Sehun dan Yixing sedang menyeret seorang pria menuju ruangan Chanyeol. Dia melangkah cepat mengikuti ketiga laki - laki itu saat suara Luhan menghentikan pergerakan nya.
"Baek, siapa dia?"
Baekhyun juga tidak mengetahui siapa pria itu, jadi dia hanya diam dan kembali melangkah menuju ruangan Chanyeol dan membuka paksa pintu ruangan itu.
Semua mata menatap terkejut saat pintu itu terbuka dan seorang laki - laki mungil masuk dengan langkah pelan sambil menatap penuh selidik pria yang bersimpuh di hadapan Chanyeol.
"Siapa dia?"
Chanyeol menarik Baekhyun mendekat kearah nya.
"Kami menemukannya saat memeriksa jalur belakang, saat kami menangkapnya dia hendak kabur keluar rumah melewati lubang yang sepertinya baru dibuat olehnya"
Baekhyun menatap pria yang sekarang bersimpuh dihadapan nya, dia menunduk dan menarik dagu pria itu agar menatap kearah nya.
"Apa yang kau inginkan?"
Pria itu tersenyum miring tanpa mengeluarkan suara apapun. Chanyeol kembali menarik Baekhyun untuk mendekat kearah nya, dia memerintahkan Yixing dan Sehun untuk menggeledah pria itu.
Tiba-tiba pergerakan Sehun berhenti saat menemukan sesuatu di saku jaket pria itu.
"Tuan muda" Baekhyun menatap kearah Sehun dan dia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat menerima sebuah benda dari tangan laki - laki albino itu.
"Kau sialan! Darimana kau mendapatkan ini?!!" Suara teriakan dan juga cengkraman kuat di kerah bajunya mengejutkan semua orang yang ada di ruangan itu. Baekhyun menatap nyalang pria itu sambil menggenggam cincin dengan batu biru ruby di tangannya.
"A..Apa?"
Baekhyun menunjukkan benda itu tepat didepan wajahnya.
"I..itu? itu bukan milikku!"
"Omong kosong! Cepat katakan bagaimana kau bisa memiliki cincin ini?!"
"Tuan muda"
Baekhyun menepis tangan Jongin dan semakin kuat mencengkram kerah baju pria itu.
"Cepat katakan atau aku akan meledakkan kepalamu itu"
"Aku bersumpah itu bukan milikku"
"Bagaimana ini bisa ada padamu jika kau tidak memilikinya sialan!!"
"Aku tidak tau, aku bersumpah!"
Chanyeol langsung meraih Baekhyun, pada awalnya laki - laki mungil itu tetap melawan tapi gerakan cepat Chanyeol berhasil memisahkan keduanya.
"Bawa dia pergi dan dapatkan informasi darinya" Perintah Chanyeol langsung dilakukan ketiga laki - laki lainnya. Baekhyun terus meronta dalam rengkuhan laki - laki tinggi itu.
"Lepaskan aku Chanyeol! Aku harus tau darimana dia mendapatkan ini"
"Sehun dan Jongin akan melakukannya untukmu"
"Aku harus melakukannya sendiri!"
"Baekhyun!"
Laki - laki mungil itu menatap sengit yang lebih tinggi tapi perlahan meredakan amarahnya. Chanyeol kembali merengkuh tubuh mungil itu dan membawanya untuk duduk di sofa ruangan itu. Baekhyun tetap diam sambil terus menyentuh cincin ditangannya. Cincin itu milik ibunya, Baekhyun tidak akan pernah lupa karena cincin itu hanya ada satu didunia. Ayahnya yang telah memberikan cincin itu saat melamar ibunya. Baru biru ruby dengan lambang keluarganya. Tanpa sadar air matanya menetes dengan tangan yang tidak henti mengelus benda kecil itu. Dia merindukan orang tuanya.
Chanyeol menarik Baekhyun masuk dalam rengkuhan nya. Dia mengelus pelan surai hitam laki - laki mungil itu dan membiarkan yang lebih mungil terisak pelan dalam pelukan nya.
"Ini milik ibu, Chanyeol. Aku pikir cincin ini sudah hilang saat kejadian itu, tapi hiks.. ini.."
"Ibu hiks... bagaimana dia memilikinya?" Laki - laki mungil itu mengangkat kepalanya dan menatap Chanyeol dengan wajah basah penuh airmata "Chanyeol~..."
"Kita akan mengetahuinya, Sehun dan Jongin dapat melakukannya. Sekarang tenangkan dirimu hm?"
Baekhyun menyembunyikan wajahnya di d**a yang lebih tinggi. Tangannya bergerak memeluk tubuh itu dan melanjutkan isakannya. Chanyeol menghela nafas pelan sambil mengelus punggung laki - laki mungil itu.
**
"Hey, apa yang terjadi?"
Sehun menghentikan langkahnya saat menemukan Luhan sedang menyantap ice cream seorang diri di meja bar dapur. Laki - laki albino itu membuka kulkas, mengambil sebotol air mineral sebelum beralih pada laki - laki cantik itu.
"Kami menemukan seorang penyusup"
"Penyusup? Pria tadi? Kau serius?"
Sehun mengangguk pelan sambil meminum minumannya. Luhan menyuapkan satu sendok ice cream kedalam mulutnya sebelum bergumam pelan.
"Penyusup? Bagaimana dia bisa masuk?"
"Kami sedang menyelidiki nya. Tapi sepertinya dia tidak seorang diri, ada seseorang yang membantunya"
"Kalian membawanya kemana?"
"Bawah tanah, Jongin dan Krystal sedang menyiksanya"
"Sepertinya seru, aku ingin lihaaat"
Sehun menggelengkan kepalanya lalu membuang botol kosong bekas minumnya ke dalam tempat sampah.
"Tidak diizinkan" Laki - laki albino itu mendekat kearah Luhan lalu mengarahkan ibu jarinya kearah bibir laki - laki cantik itu yang belepotan sisa ice cream "Bocah sepertimu akan mimpi buruk nanti, habiskan saja ice cream mu"
Luhan merengut kecil sambil menatap punggung Sehun yang perlahan menjauh. Dia menjilat bibirnya yang tadi disentuh oleh Sehun lalu menepuk kedua pipinya kesal.
"Jangan merona! Ya tuhaaann"
**
Kyungsoo sedang melamun di meja kasir, dia menghela nafas untuk yang kesekian kalinya di hari ini. Sekarang sudah lewat tiga jam dari jam makan siang. Tapi laki - laki itu tidak ada disana, tidak biasanya laki - laki itu tidak datang, apa dia sakit? Atau dia bosan makan disini?. Kyungsoo tertunduk lesu sambil menghela nafas panjang.
Tring!
Kepalanya beralih cepat menatap pintu masuk dan kembali kecewa saat melihat bukan orang yang ditunggunya yang masuk kedalam tempat itu melainkan Minseok.
"Hey kau terlihat tidak bersemangat, ada apa?"
Kyungsoo hanya tersenyum kecil tanpa menjawab pertanyaan itu.
"Ingin memesan apa hyung?"
"Kudengar ada menu baru, aku ingin mencobanya dan satu cola"
Kyungsoo menganggukkan kepalanya lalu meminta Minseok untuk mencari meja menunggu pesannya.
"Baekhyun dan Luhan tidak kemari?"
Kyungsoo meletakkan pesan Minseok dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak, mereka hanya kemari jika dapat kupon gratis"
Minseok tertawa pelan dan Kyungsoo pamit untuk kembali bekerja. Laki - laki mungil bermata bulat itu masuk kedalam dapur dan menemukan kedua orang tuanya.
"Kenapa kau kemari? Siapa yang menjaga kasir?"
"Ada Yerin, aku ingin istirahat sebentar bu"
"Bos pesanan ayam spesial dan ayam madu"
Kyungsoo langsung bangkit dari duduknya membuat ibunya terkejut.
"Ada apa denganmu?"
"Biar aku saja"
Dengan semangat laki - laki mungil itu mengambil ayam yang baru diangkat oleh ayahnya. Dia meletakkan pesanan ayam itu dengan rapi sebelum melangkah keluar dari dapur. Bibirnya langsung tersenyum lebar saat matanya menangkap punggung lebar yang sudah sangat dikenali nya.
"Hey.."
Kyungsoo menggigit bibirnya sambil meletakkan pesanan di meja. Dia ingin teriak saat laki - laki dihadapan nya menyapanya dan tersenyum manis padanya.
"He-Hey.. Ini pesananmu"
"Terima kasih"
"Kenapa datang terlambat? Jam makan siang sudah lewat tiga jam yang lalu"
"Ah.. aku harus menyelesaikan sedikit pekerjaan terlebih dahulu"
Kyungsoo kembali menggigit bibirnya dan buru-buru berbalik pergi tidak ingin kelepasan berteriak karena senyuman laki - laki tan itu.
"Kyungsoo, aku ingin memesan cola lagi"
"Ah sebentar hyung"
Kyungsoo langsung melangkah pergi, Jongin menatap laki - laki mungil itu dengan senyuman kecil tapi saat matanya bertemu dengan laki - laki yang duduk tidak jauh dari tempatnya, senyuman itu perlahan luntur.
"Hyung ini colanya"
"Ah iya terima kasih"
Jongin mengalihkan pandangannya dengan kerutan di dahi. Tiba-tiba Kyungsoo mendekatinya dan meletakkan segelas minuman di meja itu.
"Ini untukmu"
"Ah tapi aku tidak memesannya"
"Spesial dariku" Lalu berlari pergi menghilang kearah dapur. Jongin menatap minuman itu dan Kyungsoo yang menghilang kearah dapur. Pandangannya kembali bertemu dengan Minseok, dia tersenyum miring lalu mulai menghabiskan pesanan nya.
**
"Baek apa kau punya.. hey bukankah itu milik ibumu?"
Baekhyun langsung menjauhkan cincin itu dari jangkauan Luhan.
"Jangan menyentuhnya!"
"Pelit sekali, akukan hanya ingin lihat"
"Not for you!"
Luhan mendengus kesal lalu duduk disebelah laki - laki mungil itu.
"Aku ingat sekali saat kau hampir menghilangkan cincin itu. Ibumu sangat panik dan ayahmu hampir menghancurkan rumah ini untuk mencarinya. Padahal benda itu ada di saku celanamu"
Baekhyun mengingatnya, saat itu dirinya masih berumur tujuh tahun. Dia sedang bermain bersama Luhan dan merasa haus. Dia melangkah mencari ibunya dan menemukannya sedang mencuci buah di dapur. Tapi pandangannya beralih pada benda berkilau yang selalu terpasang di jari ibunya itu. Dia meraih benda itu dan menatap kagum cincin ditangan nya. Luhan memanggil Baekhyun untuk melanjutkan permainan mereka tanpa sadar memasukkan cincin itu kedalam saku celananya. Ibunya sangat panik karena kehilangan benda itu dan ayahnya memerintahkan seluruh anggota untuk mencarinya diseluruh rumah. Benda itu ditemukan saat seorang pelayan menemukannya di saku celana Baekhyun saat hendak mencuci nya. Ibunya hanya mencubit gemas pipinya dan meminta anaknya untuk tidak bermain-main dengan cincin itu.
Ah sungguh kenangan yang sangat menyenangkan.
Luhan mengernyitkan dahinya saat melihat perubahan ekspresi laki - laki mungil itu.
"Kau mengingat kejadian itu lagi?"
Baekhyun hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Luhan. Dia meraih kotak beludru dari dalam laci nakas dan meletakkan cincin itu didalamnya.
"Aku lelah, aku ingin tidur"
Luhan menghela nafas pelan lalu bangkit dari atas ranjang.
"Dimana Chanyeol? Dia tidak disini?"
"Aku bisa tidur sendiri!"
"Oh benarkah? Kita lihat saja siapa yang sebentar lagi merengek memanggil Chanyeol"
"Berisik! Pergi sana"
Luhan berdecih jengkel lalu melangkah keluar kamar tapi langkah berhenti saat akan membuka pintu.
"Byun" Suara Luhan berubah menjadi serius "Coba lihat siapa yang tidur disebelahmu"
"Luhan sialan!! CHANYEOOOLLL!!!!"
**