BAB 3: Broken

2126 Kata
"Berita apa maksud Anda? Cayra bukan anak kandung kami?" lirih Ariana terdengar menyakitkan. Dokter itu sempat terdiam mencoba mencari kata-kata yang pantas untuk di ucapkan."Nyonya, saya tidak bermaksud berkata demikian, namun jika Anda ingin memastikan kebenarannya, kita bisa memastikan kebenarannya lebih jelas melalui tes DNA rambut dan beberapa hal lainnya." "Cayra anak saya! Saya melahirkannya!" tekan Ariana dengan wajah yang sudah basah tersapu air mata. Dokter itu mengangguk pelan seraya menarik beberapa lembar tishu, lalu memberikannya kepada Ariana. "Iya, Cayra puteri Anda. Saya hanya ingin menyampaikan hasil tes yang telah dilakukan jika golongan darah Cayra berbeda dengan ayahnya. Tuah Hezberg dan Anda memiliki golongan darah O, secara medis Cayra seharusnya bergolongan darah O juga. Namun dari hasil tes medis, dia bergolongan darah A. Nyonya, semua keputusan ada di tangan Anda, saya hanya ingin menyampaikan laporan, semoga Anda bisa memahami maksud ucapan saya." Ariana hanya bisa menutup mulutnya dengan kuat dan menangis lebih keras. Hati Ariana hancur berantakan, dunianya terasa runtuh terguncang. Hari ini Hezberg mengalami kecelakaan dan hari ini juga Ariana harus menerima kabar pahit yang begitu tidak terduga. Cayra, puterinya yang begitu dia sayangi dan dia besarkan, dikabarkan bukan anak kandungnya. Ini semua seperti mimpi.. Arian mencoba merapalkan banyak do'a, memohon kepada Tuhan agar segera membangunkannya jika ini adalah sebuah mimpi. Namun sayangnya, semakin Ariana berusaha menyangkal, dia semakin tersadar bahwa apa yang telah di dengarnya adalah sesuatu yang nyata. Ariana sampai beberapa kali membaca lembaran tes yang diberikan dokter kepadanya dan menanyakannya berulang kali untuk memastikan bahwa apa yang dokter lakukan adalah bukan kesalahan. Tangisan Ariana semakin mendesak tidak dapat dihentikan begitu dia mendengar penjelasan lebih jauh dari dokter mengenai memastikan anak biologis atau bukan, dan Cayra sepenuhnya menunjukan bukan anak Ariana dengan Hezberg. Lantas siapa anak kandung Ariana? Di mana anak Ariana sekarang? Apa saat dulu dia melahirkan di rumah sakit, bayinya tertukar? Javier yang sudah mendengarkan percakapan antara Ariana dan dokter, kini mematung dengan wajahnya berubah pucat pasi tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Javier menelan salivanya dengan kesulitan, Javier berbalik dan segera pergi, mencoba menjauh dan berpura-pura tidak tahu dengan apa yang telah terjadi. Javier tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Cayra bila dia tahu apa yang terjadi, Cayra pasti sangat terluka dan hatinya tidak kalah hancurnya dengan Ariana. *** Duk duk duk Suara ujung tongkat yang memukul-mukul permukaan lantai terdengar cukup keras. "Kau membuat masalah lagi, lagi, dan lagi," suara serak seorang pria tua terdengar menggeram, pria tua itu mengenakan pakaian formal dengan rambut putih yang tertata, sepasang mata yang berwarna biru miliknya tidak berhenti menatap tajam cucunya yang kini terbaring ranjang terlihat merenung mengenakan pakaian pasien. Cucu kakek tua itu terlihat masih sangat muda, rambutnya yang berwarna brown balayage itu terlihat sedikit acak-acakan, bola matanya berwarna hazel dengan kulit putih pucat. Pemuda itu merenggut terlihat kesal dan bersedekap menunjukan sisinya yang egois dan tidak dewasa. Joseph mengetuk-ngetukan tongkatnya lagi ke lantai, apa yang dia lakukan berhasil membuat Victor, cucunya menatapnya dengan serius. "Sampai kapan kau akan seperti ini Victor? Harus berapa ratus masalah lagi yang kau buat untuk bisa berubah?" tuntut Joseph dengan teriakan dan menunjuk cucunya itu. "Aku minta maaf Kakek, aku tidak bermaksud membuat masalah," jawab Victor pelan. "Aku menyesal." "Itu jawaban yang selalu kau berikan disetiap kali membuat masalah!" "Kakek tahu sendiri kan, masalahku itu ada pada apa? Aku tidak bermaskud membuat masalah seperti ini, namun situasi yang tidak terduga tiba-tiba menyerangku," jawab Victor memberikan penjelasan untuk bisa membela diri. Joseph menggeleng dan mendesah frustasi tidak dapat berkata apapun lagi dengan tingkah cucunya itu. "Astaga, anak nakal ini, aku benar-benar bisa mati serangan jantung karena terus mengurus masalahmu," geram Joseph seraya menekan tengkuknya dengan pijatan kuat. "Sekretaris Han!" teriak Joseph memanggil. "Ya, Pak!" sahut seorang pria yang berdiri di belakang Joseph. "Blokir semua fasilitas Victor selama satu bulan. Paksa dia pergi ke sekolah formal, aku tidak mau mendengarkan alasan apapun lagi." "Baik," jawab Han dengan tegas. Victor tercengang kaget, namun dia tidak bisa protes karena menyadari kesalahannya yang sudah membuat kecelakaan dan orang yang tidak sengaja ditabraknya kini harus menjalani operasi. Dari kabar yang Victor dengar, orang yang tidak sengaja dia tabrak adalah salah satu karyawan perusahaan kakeknya, karena itu masalah yang terjadi saat ini tidak terlibat dengan kepolisian. "Renungkan kesalahanmu Victor, pergi kepada Hezberg dan meminta maaf kepada keluarganya atas kesalahanmu. Jika kau membuat kesalahan lagi, aku tidak akan segan mengusirmu ke Afrika dan bekerja menjadi buruh di sana. Cam kan itu!" ancam Joseph lagi sebelum dia beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Victor sendirian. Victor Morgan, dia adalah cucu satu-satunya Joseph Morgan. Victor, dia baru berusia delapan belas tahun, dan usia yang dia miliki tidak sebanyak masalah yang pernah dia ciptakan selama ini. Termasuk kecelakaan yang telah di alaminya sekarang ini. Victor mengalami kecelakaan karena sewaktu dia menyetir, teman perempuannya nekad ingin menyentuhnya. Victor mengalami gejala panik dan kehilangan arah, hingga tidak sengaja melawan arus dan menabrak kendaraan lain. Victor Morgan, pemuda itu mengalami alergi terhadap sentuhan, karena alerginya itu ada banyak masalah yang selalu terjadi. *** Sudah lebih dari sepuluh jam lamanya Cayra berada di rumah sakit, menunggu kabar Hezberg yang kini sudah melakukan operasi dan Hezberg sudah kembali sadar, namun dokter masih belum mengizinkan orang lain masuk untuk melihat. Cayra terdiam dalam kesunyian, melihat Ariana dan Javier bergantian. Cayra merasakan ada sesuatu yang berbeda sejak dia mendengar kabar dari Ariana bahwa pendonoran darah tidak jadi dilakukan karena stock dari rumah sakit lain sudah datang lebih cepat untuk membantu Hezberg. Namun, sejak saat itu sikap Ariana terlihat berbeda. Cayra tahu Ariana sangat bersedih, begitu pula dengan dirinya. Akan tetapi melihat Ariana yang kini banyak termenung meski operasi Hezberg sudah berhasil lancar membuat Cayra bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya telah terjadi? Ataukah ini hanya perasaan Cayra saja? Semua keperluan rumah sakit sudah sepenuhnya ditanggung oleh orang menabrak, bahkan tunjangan kesehatan dan keperluan hidup selama nanti ayahnya tidak bekerja sudah langsung di terima. Keadaan Hezberg juga dikabarkan sudah membaik. Lantas apa yang sedang dipikirkan Ariana? "Ibu," panggil Cayra pelan. "Ibu baik-baik saja? Jika lelah, pulanglah, aku akan menunggu ayah di sini." Ariana menggeleng tanpa suara, wanita itu hanya bisa memegang kepalanya dengan kuat dan menghela napasnya dengan berat. sangat sulit untuk Ariana bisa bersikap tenang seolah tidak terjadi apa-apa meski kini Hezberg sudah kembali terbangun. Ariana masih terguncang dengan hasil tes DNA golongan darah yang di lakukan, Ariana masih tidak percaya kebenaran bahwa Cayra bukan anak kandungnya. Ariana tidak tahu harus mengatakan hal ini bagaimana kepada Hezberg dan Cayra, jika Ariana menyembunyikan masalah ini, bagaimana dengan keadaan puteri kandungnya yang sebenarnya? Bagaiamana jika dia menjalani kehidupan yang berat? Ini terlalu menyulitkan. "Cay, sebaiknya sekarang kau pulang. Besok kau harus kembali sekolah, ibu tidak apa-apa menunggu di sini," nasihat Ariana menenangkan. "Tapi Bu, aku mau menunggu ayah juga. Akut tidak apa-apa di sini." "Cayra, ibu mohon. Ibu baik-baik saja di sini, ibu juga sudah menelpon teman ibu agar datang. Kau pulanglah, besok kau harus pergi ke sekolah," jawab Ariana mengusap bahu Cayra. Cayra mengangguk dengan berat hati, dia tidak ingin membantah perkataan ibunya meski dia sendiri begitu mengkhawatirkan keadaan Hezberg karena mereka belum sempat berbicara sama sekali sejak Hezberg kembali bangun. "Baiklah, aku akan pulang setelah mengantar makanan untuk Ibu," jawab Cayra serak. Ariana tersenyum tipis dengan anggukan, kembali mengusap bahu Cayra agar puterinya itu segera pegi. Dengan lemah Cayra beranjak, gadis itu menatap Javier yang sejak tadi masih menamaninya. Keduanya segera pergi meninggalkan Ariana yang masih duduk menunggu sambil memperhatikan kepergian Cayra dengan tatapan sendu. Air mata kembali berjatuhan membasahi pipi Ariana begitu melihat Cayra yang berjalan semakin jauh dari pandangannya. Ariana memukul pelan dadanya dan terisak menangis, teringat sering kali ada orang yang mengatakan bahwa Cayra tidak mirip dengan Ariana dan Hezberg, warna matanya, warna rambutnya hingga postur tubuh dan wajahnya yang sempurna itu tidak memiliki sedikitpun kemiripan dengan Hezberg dan Ariana. Dulu Ariana menganggap kecantikan Cayra adalah berkah, namun sekarang Ariana tersadar bahwa perbedaannya dengan Cayra ternyata sebuah pertanda. *** Wajah Cayra bergerak pelan, melihat Javier yang keluar dari kamar mandi baru selesai mandi. Javier menarik kursi dan duduk di depan meja belajarnya, membuka komputernya untuk menyibukan diri. Insting Cayra merasakan sesuatu yang berbeda, tidak hanya Ariana, namun Javier juga begitu. Sejak tadi Javier lebih banyak diam dan terihat kebingungan, menatap Cayra dengan rasa iba. Apa yang terjadi sebenarnya? Cayra menurunkan headsetnya dan beranjak, duduk ujung meja untuk meihat Javier lebih dekat. "Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku Javier?" Wajah Javier terangkat menatap Cayra yang terlihat bertanya-tanya akan sikap aneh Javier yang tidak seperti biasanya. "Memangnya apa yang harus aku sembunyikan darimu Cay?" tanya balik Javier dengan tenang. "Aku merasakan ada sesuatu berbeda padamu dan ibu, kalian terlihat seperti sedang sangat terbebani oleh sesuatu. Apa mungkin aku yang sudah berpikir berlebihan," jawab Cayra terlihat ragu dan tidak yakin dengan jawabannya sendiri. "Cay, ayahmu mengalami kecelakaan. Bukankah wajar jika aku maupun ibumu merasa terbebani karena bersedih," jelas Javier memberikan alasan lain dengan cara yang sempurna dan berhasil membuat Cayra terdiam. "Mungkin memang aku yang sudah berpikir berlebihan. Maaf Javier," kata Cayra pelan. "Tidurlah Cay, hari ini pasti melelahkan untukmu." "Aku harus pulang." "Tidur saja di sini, aku tidak keberatan. Besok pagi aku akan mengantarmu." Cayra terdiam sejenak menatap lekat Javier, memang Cayra sedikit resah jika pulang karena di rumah tidak ada siapapun, dia kesepian. Di sini Cayra merasa sedikit lebih aman, gadis itu melompat turun daru meja yang di dudukinya. "Tidurlah di ranjang," titah Javier memperhatikan Cayra yang awalnya hendak tidur di sofa. Cayra segera berpindah dan membaringkan diri di ranjang sambil mendengarkan musik, sejenak gadis itu terdiam memperhatikan keluar jendela yang samar terlihat gelap pekat. Alunan musik dan aroma parfume Javier memenuhi indra Cayra, ada banyak ketenangan yang berdatangan dan membuat Cayra perlahan memejamkan matanya. Javier yang mencoba menyibukan diri dengan komputer, sesekali melihat Cayra untuk memastikan keadaannya. Sorot mata Javier menyiratkan banyak kesedihan dan penyesalan usai merahasiakan apa yang sebenarnya telah terjadi, Javier tidak ingin mendahului kehendak orang tua Cayra yang kemungkinan saat ini sedang mendiskusikan apa yang harus dilakukan. Setengah jam duduk di kursinya, Javier akhirnya beranjak dan melihat Cayra yang kini sudah ketiduran. Javier terduduk di sisi ranjang, menatap lekat wajah lelah Cayra yang terlelap damai dalam mimpinya. *** "Di mana Cayra?" tanya Hezberg yang sejak tadi tidak melihat keberadaan Cayra. Ariana menggeleng pelan terlihat tidak berkonsentrasi, wanita itu menarik kursi dan duduk di sisi ranjang Hezberg. Pikiran Ariana masih tersita pada kebenaran yang baru dia dapat tadi siang, wanita itu tidak bisa menyembunyikan masalah ini lebih lama lagi. Ariana sudah merasa sangat setres karena tidak bisa mengatakan hal penting ini kepada siapa lagi selain Hezberg. "Cayra aku suruh pulang," jawab Ariana dengan nada menggantung, wanita itu menatap lekat Hezberg, mencari-cari tahu keadaan suaminya saat ini. "Ada apa?" tanya Hezberg yang menyadari sesuatu. "Bagaimana keadaanmu?" Ariana balik bertanya. "Aku baik-baik saja, sekarang aku bisa bernapas dengan lancar dan rasa pusingku sudah berkurang. Tidak ada yang perlu dipikirkan," jawab Hezberg menenangkan. Ariana tersenyum samar, dia sendiri sudah mendengar bagaimana keadaan Hezberg melalui dokter yang menanganinya. Ariana meraih tangan Hezberg dan menggenggamnya dengan erat. "Ada apa sebenarnya? Kenapa kau tidak kunjung memberitahuku?" desak Hezberg terganggu. Ariana menarik napasnya dalam-dalam, matanya terpejam erat mencoba mengumpulkan banyak kekuatan untuk memberitahu Hezberg apa yang sebenarnya terjadi. "Saat tadi kau menjalani operasi, dokter mengatakan kau mengalami banyak pendarahan dan butuh donor. Ketika Cayra akan menjadi pendonormu, hal itu tidak bisa dilakukan," ucap Ariana dengan napas tersendat-sendat. Kening Hezberg mengerut samar, dia terdiam menunggu Ariana melanjutkan ceritanya. Wajah Ariana terangkat dengan air mata yang sudah meleleh, membasahi wajahnya, Ariana terisak, "Dokter mengatakan golongan darah Cayra berbeda dengan kita, kemungkinan besar dia bukan anak kandung kita." Hezberg diam terpaku, tubuhnya membeku dalam keterkejutannya atas hal yang tidak pernah dia duga dalam hidupnya. Butuh waktu lebih dari satu menit untuk Hezberg bisa kembali angkat suara. "Kau jangan bercanda, Cayra anak kandung kita," ucap Hezberg pelan. Tangisan Ariana terdengar lebih keras, Ariana juga tidak percaya bahwa Cayra bukan puteri kandungnya. Namun, jika ada data yang membuktikan Cayra bukan anak kandungnya, Ariana bisa apa? "Jangan bercanda Ariana, ini sama sekali tidak lucu," bisik Hezberg menyangkal apa yang sudah Ariana beritahukan kepadanya. "Aku jugabenar-benar bisa gila bila memikirkan ini. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" isak Ariana begitu tersiksa. "Cayra puteri kita, namun bagaimana jika dia memang bukan puteri kandung kita? Haruskah kita menyembunyikan ini semua? Tapi bagaimana dengan nasib puteri kita yang sebenarnya, bagaimana jika kehidupannya sulit?" tanya Ariana dengan napas tersendat-sendat. Hezberg memalingkan wajahnya. Hati Hezberg dihancurkan begitu dahsyat hingga membuat Hezberg yakin bahwa apa yang terjadi padanya saat ini adalah sebuah mimpi. Namun, jika ini memang bukan mimpi. Lantas apa yang kini harus dilakukan Ariana dan Hezberg sekarang? "Aku tidak percaya," bisik Hezberg menyangkal. "Aku ingin bertemu dengan dokter yang sudah memeriksa golongan darah Cayra, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi," bisik Hezberg dengan suara yang serak. To Be Continued..
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN