7. Strategi

1316 Kata
Arjuna berdehem untuk mengusir keheningan yang terjadi didalam mobil. Disampingnya, Fika sedang melahap nasi gorengnya seperti biasa. Aura yang dipancarkan perempuan itu berbinar-binar, Fika seperti sedang bahagia sekarang. "Nanti pulangnya gak usah dijemput ya." ujar Fika ketika mobil Arjuna sampai didepan kampusnya. "Kenapa?" "Mau jalan sama Sakha." "Sakha siapa?" tanya Arjuna bingung. Fika tersenyum malu-malu. "Yang sering aku ceritain. Dia ngajak jalan." Arjuna tersenyum kecut. Fika selalu curhat kepadanya tentang seorang senior yang sedang dekat dengan Fika. Dan bagaimana melihat wajah senang Fika saat menceritakan Sakha, membuat hati Arjuna bimbang. Dia bahagia melihat Fika bahagia seperti itu, tapi ia juga sedih karena bukan dirinya yang menjadi sumber kebahagiaan Fika. Mungkin Eve, Malik dan Zoe selalu benar, sudah seharusnya Arjuna untuk move on dan terlepas dari bayang-bayang Fika. Tapi nyatanya sangat sulit, sembilanbelas tahun hidupnya, tidak sekalipun Arjuna melewatkan kebersamaannya dengan Fika. Dan, keputusannya untuk mendekati gadis bernama Aulia itu mungkin tidak salah. Meski Arjuna sempat ragu karena ia tidak mengenal Aulia, tapi kata Zoe yang dulu sempat ikutan voli, Aulia adalah gadis yang baik dan ceria. "Doain semoga jadi ya." ujar Fika, menyadarkan lamunan Arjuna. "Eh?" Fika terkekeh. "Aku masuk duluan ya. Kamu hati-hati. Semoga gak telat." katanya. Arjuna hanya menyunggingkan senyum tipis sambil menatap kepergian Fika yang sedang disambut temannya. Sambil melajukan mobilnya, Arjuna berpikir untuk membuat strategi move on yang benar-benar akan ia lakukan. Demi kebahagiaan Fika. ?? "Ibu tidak bisa mentoleransi lagi, Arjuna. Kamu selalu telat datang sekarang. Seminggu berturut-turut. Meskipun kamu anak pemilik yayasan, tapi tetap saja Ibu harus bersikap tegas sama kamu," ujar Bu Reni, guru BK yang terkenal ramah tapi tegas, namun diam-diam menyeramkan. Beliau mendorong naik kacamata loreng macan yang dipakainya. "Ini surat panggilan buat orangtua kamu." "Yah, Bu, jangan dipanggil dong orangtua saya." Arjuna menampilkan wajah memelasnya. Jika Athena dan Dean sampai tau, pasti dunia keuangannya terancam bangkrut. Athena tidak akan memberikannya uang jajan dan mobilnya akan disita. Arjuna tidak menang setelah berdebat dengan Bu Reni. Bahkan ia telah mengeluarkan jurus mautnya---aegyo---namun Bu Reni tetap tidak luluh dan tetap pada pendiriannya menginginkan orangtua Arjuna datang besok. Arjuna mendesah pelan. Ia keluar dari ruang BK dan langsung disambut gelak tawa dari kedua teman saitonnya. "Gue beli mulut lo ya! Tawa lagi lo!" ujar Arjuna galak. Malik dan Zoe berusaha mati-matian menahan tawanya. "Makanya, kalo mau modus tuh liat kondisi. Niatnya pengen modus nganterin gebetan. Gak inget apa gebetan anak kuliahan yang jadwalnya gak kaya anak SMA." Malik nyinyir. Membuat Arjuna mengumpat pelan. "Awas lo ya, gue gak bakalan teraktir lo lagi." Arjuna mengancam. Lagi-lagi disusul gelak tawa keduanya. "Halah, so-so ngancem gak bakalan teraktir, palingan juga besok bakalan minta teraktiran kita karena gak dapet uang jajan. Hahaha.." kali ini Zoe yang meledeknya. Mereka berdua memang tau bagaimana Arjuna. Kebiasaan Arjuna jika melanggar peraturan yang dibuat Dean dan Athena pasti uang jajannya akan dimusnahkan. Atau paling tidak dipotonglah. Arjuna mendaratkan bokongnya dibangku kantin. Ia mengambil sendok lalu memukul kepala Malik dan Zoe agar berhenti menertawakannya. "Udahlah, sekarang lo dengerin saran gue soal move on." ujar Malik setelah menghentikan tawanya dengan susah payah. "Sekarang, ajak Aulia makan bareng disini. Tuh anaknya." Malik menatap kearah pintu masuk, dimana Aulia sedang berjalan bersama kedua teman-temannya. "Hai, Aulia." sapa Zoe. Dia memang pernah dekat---dalam artian pernah satu ekstrakulikuler---jadi keduanya tidak terlalu canggung. "Eh, hai." balas Aulia. "Sini makannya bareng kita aja disini. Lagian semua meja udah penuh." Zoe tersenyum ramah. "Arjuna sih yang nyuruh, tapi katanya dia malu ngomongnya." Arjuna melotot dan langsung menendang kaki Zoe dibawah meja. Aulia tampak mengedarkan pandangannya. Ia membenarkan ucapan Zoe, semua meja sudah penuh. "Gak usah deh, kita makan dikelas aja." Aulia menolak. Keadaan terlalu canggung baginya. Apalagi ada Arjuna yang tempo hari pernah menolongnya lalu tiba-tiba mengantarkannya pulang. "Iya, Arjuna mau kenalan katanya." ini Malik yang berucap. Membuat Arjuna ingin menenggelamkan kedua saiton ini di rawa-rawa. "Udah, Lia, duduk sini aja. Lagi gue udah laper banget." ujar Lola yang ada disamping Aulia. Gadis itu sudah duduk disalah satu bangku disana. Sedangkan Desi pergi bersama Malik untuk memesan makanan. Mau tidak mau Aulia mengikuti mereka. Ia duduk disamping Arjuna yang diam saja. "Gak papa kan?" tanya Aulia. Ia tidak ingin Arjuna merasa tidak nyaman karena kehadirannya yang 'numpang' dimejanya. "Santai aja." Arjuna menoleh dan tersenyum kecil. "Lagian udah penuh juga, mau gimana lagi." katanya. Dalam pikirannya, Arjuna menyusun strategi move on-nya. Semoga ia tidak salah menjadikan Aulia sebagai 'pembantu move on'. "Tadi diceramahin apa aja sama Bu Reni?" tanya Zoe. "Gak usah dibahas." Arjuna mendelik. "Ciee.. Gak mau umbar aib ya didepan cewek yang udah dianterin pulang." Zoe menatapnya menggoda. "Zoe, udah ya jangan mancing gue. Gue gak restuin lo sama adek gue ya." "Gitu banget sih. Lo gak mau apa punya adik ipar unyu kaya gue?" ujar Zoe dengan wajah cemberut. Arjuna meraupkan tangannya kewajah Zoe. "Gue gak butuh adik ipar kaya lo. Jadi temen aja udah nyusaih apalagi jadi adik ipar." Aulia hanya diam menyaksikan perdebatan antara Arjuna dan Zoe. Sedangkan Lola sibuk chatting sama gebetannya sehingga Aulia tidak tau harus berbuat apa selain diam menunggu Desi datang membawa makanannya. "Lia, gue denger lo masuk lagi jadi tim inti pas lomba nanti ya?" tanya Zoe yang ternyata sudah selesai berdebat dengan Arjuna. "Iya. Kenapa lo keluar? Padahal main lo bagus kalo latihan lebih giat lagi." "Males ah gue. Tangan gue sakit mukul bola mulu, mending nendang bola." sahutnya. "Halah, so lo saiton. Nendang bola aja malah sepatu lo yang kelempar." Arjuna tertawa mengejek. "Gak usah didengerin, Li. Dia emang suka sirik sama gue." ujar Zoe. Aulia hanya terkekeh pelan. Lalu Malik dan Desi datang membawa makanan mereka. Mengakhiri perdebatannya dengan Arjun, Zoe langsung makan makanan miliknya. Arjuna diam dan memakan makananya. Sedangkan pikirannya melayang-layang. Bagaimana caranya ia mendekati Aulia tanpa terkesan buru-buru. Sesaat hening terjadi diantara mereka. Hanya dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk, dan suara rusuh seisi kantin. Arjuna merasa Malik dan Zoe menendang kakinya dibawah sana. Ia mengangkat wajahnya dan menatap mereka berdua. Malik menunjuk Aulia dengan dagunya, seperti mengisyaratkan untuk Arjuna memulai aksinya mendekati Aulia. "Lia," suara Lola tiba-tiba terdengar. "nanti sore lo latihan lagi?" tanya gadis itu. Aulia hanya mengangguk sebagai respon. "Ih, jangan lah. Kali ini aja. Ada Cafe baru buka dideket gor disitu. Kita kesana yuk. Katanya Cafenya bagus menurut testimoni di instagram." "Gak bisa. Seminggu lagi lombanya kan, gue gak bisa absen latihan." Lola berdecak. "Gagal deh." "Lo latihan tiap hari?" Aulia menoleh saat Arjuna bertanya kepadanya. "Iya.." Arjuna mengangguk-nganggukkan kepalanya mengerti. "Gak cape?" Aulia tersenyum kecil. "Kenapa mesti cape? Kalo kita melakukan hal yang kita sukai, kita pasti gak kenal cape." ujar gadis itu. Benar juga, Arjuna merasakannya. Saat Arjuna mengejar Fika---perempuan yang ia sukai---mesti tidak mendapat balasan dari perempuan itu, Arjuna seolah tidak cape mengejarnya walau Arjuna menyadari jika Fika sering menolaknya secara halus. Arjuna memandang Aulia, membuat gadis itu tampak salah tingkah dan mengalihkan pandangannya kearah lain. ?? Aulia tidak mengerti kenapa Arjuna mau menunggunya latihan voli sore ini. Setelah acara makan bersama di kantin tadi siang, entah perasaannya saja atau bagaimana, Aulia merasa Arjuna mendekatinya. Aulia tidak ingin terlalu percaya diri karena ia tidak tau kenapa Arjuna seperti itu. Bahkan tadi saat ia menanyakan kenapa Arjuna mau menunggunya dan menyuruh Arjuna pulang saja, cowok itu hanya mengatakan tidak apa-apa dan pengen saja katanya, lalu tersenyum. Sekarang, Aulia menjadi sedikit tidak fokus karena ada Arjuna. Saat Aulia sengaja melirik Arjuna, cowok itu sedang memperhatikannya. Bukan Aulia saja yang kehilangan fokusnya, kebanyakan dari anggota voli putri yang ikut latihan pun sama. Latihan sore ini berjalan seperti biasa. Selesai tepat pada jam setengah lima sore. Saat Aulia berjalan ke pinggir lapangan karena telah selesai, Arjuna berdiri dan memberinya air minum. "Cape?" tanya cowok itu. Aulia sedikit canggung karena belum terbiasa akan kehadiran Arjuna. Aulia tidak begitu mengenal cowok itu. "Sedikit." katanya pelan. Aulia berbalik untuk minum. "Pulang sekarang?" tanya Arjuna. "Iya." "Yaudah ayo." Aulia mengernyit heran. "Kemana?" Arjuna terkekeh. "Katanya mau pulang? Yaudah ayo. Gimana sih." "Eh, gak papa, gue bisa naik taksi kok pulangnya." "Yaampun, terus gue ngapain dari tadi nungguin lo latihan kalo lo naik taksi? Gue anterin. Tenang, gratis kok kaya kemarin." ujar cowok itu. Aulia mendadak tidak enak hati. Ia mengusap keningnya yang berkeringat. "Serius, gak papa kok." Arjuna tersenyum, ia mengambil tas Aulia dan menarik tangan gadis itu menuju mobilnya. Hal itu tak luput dari pandangan anak-anak yang masih berada disana. Mereka semua menatap heran kearah mereka. Ada hubungan apa antara Aulia dan Arjuna? ??
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN