3. Pembantu Move On

1345 Kata
Arjuna menghela nafasnya begitu pelajaran terakhir selesai dan kelas di akhiri dengan bel pulang sekolah yang berbunyi. Selama dua jam pelajaran berlangsung, Arjuna tidak fokus sama sekali. Pikirannya terus melayang memikirkan ucapan Eve dan kedua temannya tentang move on. Arjuna sama sekali tidak pernah bosan untuk mengejar Fika walau gadis itu tidak pernah melihatnya. Fika baik dan selalu perhatian kepadanya. Hanya saja baiknya Fika dan perhatiannya Fika seperti seorang Kakak kepada Adiknya. Sepanjang 19 tahun hidupnya Arjuna habiskan untuk mengejar Fika. Beberapa kali Fika berpacaran seperti kata Zoe, Arjuna masih tetap setia akan perasaan semunya pada Fika. Perkataan Malik juga benar, selama ini tatapan yang di berikan Fika kepadanya hanya tatapan kepada Adiknya. Sayang yang Fika berikan juga sayang sebagai Kakak kepada Adiknya. Miris benar kisah cintanya. Arjuna terbiasa dari kecil bersama Fika. Hingga pada akhirnya, Arjuna sulit untuk terlepas dari Fika. "Ngelamun aja lo. Ke lapangan yuk, nonton yang main voli. Lumayan cuci mata." seru Malik sambil menepuk bahunya. Arjuna hanya bergumam. Ia mengikuti langkah kedua temannya tanpa minat. Ah, harusnya Arjuna sore ini menjemput Fika dari kampus tapi perempuan itu mengatakan akan pulang bersama temannya. Beberapa kali Fika curhat pada Arjuna jika ia sedang dekat dengan senior di kampusnya. Jadi Arjuna curiga kalo teman yang dimaksud Fika adalah gebetannya. "Ngelamun mulu sih, Jun. Kenapa? Laper?" tanya Malik saat mereka tengah berjalan menuju lapangan. "Fika balik sama gebetannya." "Ya elah. Yaudah. Lo juga bisa, Jun. Jangan mau kalah." sahut Zoe. "Sayangnya gue selalu kalah kalo sama Fika." Arjuna mendesah pelan. "Cari cewek, Jun, buktiin sama Fika kalo lo juga bisa punya pacar walau lo terus ngejar dia." ujar Zoe. Zoe membawa kedua temannya untuk duduk di depan kelas yang menghadap langsung ke lapangan. "Liat, lo bisa gebet anak voli yang semok itu, atau anak cheers yang seksi, cewek basket, anak karate. Banyak Jun cewek disini. Lo jangan cuma stuck di Fika doang walau gue juga stuck si Chelsea. Tapi bedanya gue cuma baru kemarin suka sama Chelsea." Malik berujar dengan ngenes. Bukan hal yang aneh lagi bagi Arjuna. Malik memang menyukai adiknya, Chelsea. Tapi sayangnya Chelsea menyukai Zoe, tapi Zoe menyukai Dasha dan Dasha menyukai Malik. Bingung bukan? Mereka saling mengejar orang yang sedang mengejar juga. Arjuna tidak terlalu memperdulikan kisah kedua temannya dan adik kembarnya. Kisah cintanya saja masih abu-abu seperti ini. Arjuna berdiri dari tempat duduknya. Matanya menatap lurus ke arah lapang. Ia berjalan ke arah sana. "Woy! Mau kemana lo?!" Arjuna mengabaikan teriakan teman-temannya. Ia masih berjalan lurus kearah lapang, lebih tepatnya kearah seseorang yang tangannya sedang di tarik. "Lepasin! Apaan sih lo main tarik-tarik aja!!" gadis itu meronta. "Woy, kalo sama cewek jangan kasar dong." Arjuna datang seperti pahlawan. "Terus lo mau apa? Ini cewek gue!" Bumi menyeringai. "BOHONG!!" Aulia menggeleng cepat sambil menatap Arjuna memelas meminta pertolongan. Arjuna balas menyeringai. "Lo denger dia?" ia melepaskan tangan Bumi yang memegang tangan Aulia, "Lo bohong, Bumi. Makanya kalo jomblo ya jomblo aja, jangan ngaku-ngaku jadi pacar orang." kini seringaian Arjuna berubah menjadi senyum mengejek. Saat cengkraman tangan Bumi terlepas dari tangannya, Aulia beralih ke belakang Arjuna, berlindung dibalik punggung lebar itu. "Yaudah, ngapain masih disini? Masih mau bilang dia cewek lo? Atau cewek ini? Ini?" Arjuna menunjuk dua orang perempuan yang sedang duduk menatap mereka sambil memegang mangkuk soto. Bumi akhirnya pergi dengan wajah memerah karena emosi dan malu. Arjuna berbalik. "Are you okey?" Aulia mengerjapkan matanya lalu mengangguk pelan. "Ma-makasih." "Aulia, kamu gak papa?" tanya Bu Hesti yang menghampiri mereka. "Aduh anak nakal itu." "Ibu salah. Harusnya ibu sebut dia preman, bukan anak nakal." Arjuna tiba-tiba membalas ucapan Bu Hesti. Bu Hesti tampak mengernyit tapi ia mengangguk saja. "Kamu masih mau lanjut latihan atau gimana?" tanyanya lagi pada Aulia. "Aulia istirahat sebentar ya, Bu?" Bu Hesti mengangguk. "Kalo mau selesai dan pulang juga gak papa. Kamu bisa latihan lagi besok." katanya. Aulia mengangguk dan Bu Hesti kembali ke lapangan. Gadis itu tampak kikuk karena Arjuna menatapnya. "Lo mau pulang?" "Eh?" "Lo mau pulang?" Arjuna mengulang pertanyaannya. "Nggak." "Oke. Kalo lo mau pulang, bilang gue aja. Gue ada di kantin." katanya lalu Arjuna menepuk puncak kepala Aulia dengan pelan. "Hmm, basah. Tapi gue suka." katanya lalu Arjuna pergi. Aulia mengusap kepalanya yang barusan ditepuk Arjuna. Memang basah karena berkeringat. Ia menoleh menatap kepergian cowok itu. Sedangkan Arjuna menghampiri lagi kedua temannya yang sedang menatapnya dengan tatapan melongo dan mulut yang terbuka. Arjuna bergidik jijik. "Anjir, itu air liur lo bisa netes." Keduanya mengerjapkan mata dan menutup mulutnya. Masih dengan menatap Arjuna yang kini sudah duduk ditengah mereka. "Ke kantin yok!" ajaknya. Arjuna meraih tasnya dan menyeret tangan Zoe dan Malik. Dua laki-laki itu seakan tersadar. "ARJUNA, AKHIRNYA LO MAU SAMA CEWEK LAIN!!" ?? "Lia! Lia! Lia!" Desi dan Lola tergopoh-gopoh menghampiri Aulia yang sedang berada dalam toilet wanita. Ia sedang siap-siap sebelum pulang. "Gila, Lia! Arjuna lho tadi tuh! A-r-j-u-n-a!!" Desi memekik membuat Aulia memutar bola matanya. "Gila ya! Selama hampir tiga tahun gue sekolah disini, gak pernah gue lihat Arjuna begitu ke cewek." Lola menambahkan. "Kenapa ya? Apa dia udah udahan ya sama cewek kuliahan itu?" Percintaan Arjuna dengan Fika yang tidak menemukan titik terang memang sudah di ketahui banyak orang di sekolah ini. Mereka tau jika Arjuna dekat dengan mahasiswi cantik itu. Mereka juga tidak tau apakah mereka sudah jadian atau belum. Arjuna beberapa kali mengajak Fika ke acara sekolah sehingga Fika gampang di kenal oleh murid-murid karena datang dengan Arjuna. Selain itu juga, Fika memang alumni Galaxy. "Emang mereka beneran jadian ya, La?" tanya Desi yang sedang mencuci tangan. "Mana gue tau. Kali aja kan." "Udah deh. Kenapa jadi ngomongin dia." ucap Aulia. Ia memasukkan handuk kedalam tasnya dan bersiap untuk keluar. "Lia, kenapa tadi Bumi gitu ya sama lo? Kalian deket?" tanya Lola. Mereka bersamaan keluar dari toilet. "Nggak. Amit-amit gue deket sama preman kaya dia." sahut Aulia. "Terus kenapa tadi Bumi tiba-tiba gitu?" "Mana gue tau. Dia gak ada kerjaan kali." Desi berdecak. "Coba kalo Bumi itu baik, sopan ya, pasti gue juga demen sama dia." Lola mengangguk membenarkan. "Kenapa jadi ngomongin Bumi sih? Bete ah." Aulia berjalan mendahului Desi dan Lola. "Ih Lia, tungguin!" Desi dan Lola berlari menyusul Aulia lalu merangkulnya hingga tubuh jangkung Aulia sedikit membungkuk. "Desi! Lola!" Aulia melepaskan kedua tangan temannya dari bahunya. Saat Aulia kembali berdiri tegak, pandangannya langsung bertemu dengan Arjuna. "Lia, kita makan pempek Ibu Budi dulu yuk di perempatan." ajak Lola yang belum menyadari kehadiran Arjuna dan teman-temannya. "Ih, iya ayo! Mumpung ini masih siang, belum jam lima juga." sahut Desi. Aulia mengerjapkan matanya dan memutus kontak matanya dengan Arjuna. "Gue ikutan dong." Arjuna menyahut dari depan. Desi dan Lola sontak menoleh lalu membulatkan matanya. "Gue mau pulang aja, Des, La. Besok aja." ucap Aulia. Aulia menunduk saat ia berjalan melewati Arjuna. Berbeda dengan Desi dan Lola yang malah berhenti. Arjuna meraih tangannya membuat Aulia sontak menoleh. "Gue anterin ya." Arjuna tersenyum membuat pipinya sedikit menchubby. "Nggak usah. Gak perlu." Aulia menggeleng. "Gue balik sama mereka." katanya dengan menunjuk kedua temannya. Desi dan Lola menggeleng serempak. "Nggak kok, Jun. Aulia gak balik bareng kita." ucap Desi lalu tersenyum, membuat Aulia melotot. "Ahaha iya, kita kan mau makan pempek dulu. Lo mending anterin Aulia aja, katanya pengen pulang." ujar Lola. "Oke." Arjuna tersenyum semakin lebar. Ia langsung menarik Aulia kearah parkiran guru. "Gak perlu Ar---emm---maksudnya gak perlu nganterin gue." Aulia masih berusaha untuk menolak. "Nanti kalo Bumi gangguin lo lagi gimana? Udah deh, gue anterin aja." ujarnya masih tetap memaksa. "Masuk." Setan yang ada dalam tubuh Aulia menyeret tubuh itu masuk dan duduk disamping kemudi. Saat Arjuna telah duduk dibalik kemudi dan mengunci pintu, barulah Aulia tersadar jika ia berada dalam mobil Arjuna. Wajahnya berubah panik. Bukannya Arjuna orang asing baginya, bukan Aulia tidak mengenal Arjuna. Siapa yang tidak mengenal Arjuna di sekolah ini? "Biasa aja muka lo. Gue cuma mau nganterin lo doang. Tadi kan lo diganggi Bumi dan gue takut kalo Bumi masih ganggiin lo lagi." ujarnya seakan tau apa yang ada dipikiran Aulia. "Rumah lo dimana?" "Di Pesona Alam Residence." "Oke. Masih jauh. Mau makan dulu gak? Gue laper." Aulia menoleh. Ia tidak menjawab ajakan Arjuna dan hanya menatap laki-laki itu saja. Aulia was-was. "Gue udah bilang muka lo biasa aja. Gak perlu takut sama gue." ujar Arjuna. Aulia mengerjapkan matanya. Ia membuang pandangannya keluar jendela. "Gue mau pulang aja." "Oke." Arjuna tidak memaksa Aulia lagi. Ia membiarkan keheningan diantara mereka saat ini. Hanya suara deru mesin mobilnya dan suara kendaraan lain. Arjuna sejujurnya sedang berdebat dengan pikirannya saat ini. Ia bertanya-tanya apakah yang ia lakukan sekarang sudah benar atau tidak. Memilih Aulia sebagai pembantu move on-nya dari Fika. Sialnya pikiran dan hatinya itu terus berkata Ya, Ya, Ya. ??
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN