Bella hampir satu jam dia tertidur. Dia mengerutkan wajahnya. Kedua mata ikut berkerut. Kedua mata itu perlahan mulai terbuka. Wajah yang terlihat begitu kusut. Bella berusaha melebarkan mataya yang masih terasa sudah sekali terbuka.
“Aku dimana?” Tanya Bella pada Yuan.
“Dari tadi kamu tidur,” jawab Yuan.
Bella memutar matanya. Melihat sekalilingnya. Dia mencari dimana Felix berada.
“Bentar, dimana Felix?” Tanya Bella. Dia memincingkan matanya bingung.
Yuan menghela napasnya. Dia menggelengkan kepalanya pelan. Merasa heran dengan apa yang di lakukan oleh Bella. Mereka selalu saja bertengkar dan salah paham. Seakan pertengkaran itu tidak pernah berhenti terus bertengkar.
“Kemana dia pergi?” Tanya Bella. Dia bangkit dari duduknya. Kedua mata Bella menatap tajam ke arah “Yuan. Kenapa kamu tidak memberitahuku tadi, setidaknya kamu bangunkan aku. Dan, sekarang dia pergi dengan wanita itu? Bella mengenduskan napasnya frustasi. Dia menarik bibir bawahnya ke dalam sela-sela giginya. Menahan emosi yang menggebu pada dirinya. Dia takut wanita itu akan bilang macam-macam pada Felix. Meskipun itu bagi Bella berlebihan. Dia tidak mau Felix marah padanya.
Sementara Yuan hanya diam. Dia menatap heran dengan Bella. Kenapa dia begitu khawatir.
“Ada apa dengan dirimu?” Tanya Yuan.
“Kenapa kamu begitu takut?”
“Tidak, hanya saja aku tidak mau dia ada masalah.” Kata Bella merendahkan ucapannya. Yuan menarik sudut bibirnya tipis. Dia tersenyum simpul. “Kenapa kamu khawatir? Kamu terlalu khawatir berlebihan padanya. Dia bisa jaga diri. Aku tahu dia tidak akan dengan mudahtergoda oleh wanita. Aku tahu dia, aku tahu semuanya, kita selalu bersama. Apa kamu pernah melihat dia jalan atau bahkan tidur dengan wanita.” Tanya Yuan.
“Jangan berlebihan, dia hanya melakukan tugasnya. Tidak bekencan dengannya.” Yuan menjelaskan secara detail. Bella hanya diam, perlahan dia muali duduk kembali. Hatinya tidak lagi menggebu penuh dengan kecemburuan. Napasnya terasa lebih lega. Apa yang di katakan oleh Yuan semuanya benar.
Hanya aku yang murahan, aku begitu mudahnya tidur dengan laki-laki lain. Sementara orang yang aku suka dia berbeda. Dia yang membuat aku jadi malu. Aku merasa tak pantas lagi untuknya. Mungkin memang hanya sebatas teman hubungan ini. Dan, jauh lebih baik. Gumam Bella dalam dirinya.
Bella mengangkat kepalanya. Dia melirik sekilas ke arah Yuan yang kini masih menikmati minuman yang ada di atas meja.
“Sampai kapan kamu minum?” Tanya Bella.
“Lagian minuman ini gratis, kenapa juga harus berhenti.” Jawab Yuan.
Bella menghela napasnya. “Ya, terserah kamu, aku mau ke kamar mandi dulu.” Bella bangkit dari duduknya. Tanpa menunggu jawaban dari Yuan dia segera melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi. Banyak sekali laki-laki yang mencoba menggodanya. Bella tidak pedulikan akan hal itu. Hingga ada beberapa laki-laki yang mengikutinya. Merasa sangat rishi, Bella menghenyikan langkahnya. Dia menoleh ke belakang. Dia melihat beberapa laki-laki itu berpura-pura saling berbicara satu sama lain. Saat Bella mulai melangkahkan kakinya beberapa langkah, lalu menghentikan langkahnya lagi. Bella melirik ke belakang. Dia masih melihat beberapa laki-laki itu masih saja ada disana.
“Apa yang mereka lakukan?” Tanya Bella pada dirinya sendiri. Bella menghela napasnya. Dia kebali berjalan dengan santainya. Tanpa dia sadari seseorang berjalan di belakangya dan langsung meraih tangannya. Mengganggam tangan kanannya sangat erat. Sembari berjalan di sampingnya. Bella yang terkejut. Dia menghentikan langkahnya lagi untuk kesekian kalinya. Bella menoleh cepat ke arah seorang laki-laki yang sekarang tepat berdiri di samping kananya. Dia tersenyum tipis padanya.
Kedua mata Bella melebar sempurna. Melihat sosok Deon ada di sampingnya. Bella menautkan kedua alisnya. Menarik sudut bibirnya, sembari menghela napasnya heran. Kenapa sosok laki-laki itu selalu muncul tiba-tiba di sampingnya. Bahkan tanpa dia sadari sama sekali.
“Kamu sekarang kenapa selalu muncul tiba-tiba?” Tanya Bella heran.
“Kenapa kamu tahu aku ada disini?” Tanya Bella lagi. Deon hanya terseyum tipis padanya.
“Setelah malam kemarin, kenapa kamu pergi meninggalkanku? Kenapa kamu pergi tidak bilang padaku?” Tanya Deon, menarik salah satu alisnya ke atas.
Bella menggerakkan bibirnya. Dia masih eran dengan apa yang di katakana olrhnya. “Gimana bisa kamu melakukan itu padaku, dasar menjijikan.” Bella menarik tangannya dari genggaman tangan Deon. Dia menggertakkan giginya menahan amarah yang menggebu pada dirinya. Dia merasa sangat kesal dengannya. Bella berjalan meninggalkan Deon. Dia melangkah penuh dengan kecewa dalam dirinya.
Deon menghela napasnya. Dia berusaha mengejar langkah Bella yang semakin cepat.”Jangan mengikutiku.” Ucap Bella kesal.
“Bukanya aku mengikuti kamu, aku mau bilang satu hal padamu. Kenapa kamu tidak bisa mengerti aku sama sekali. Kamuyang melakukan itu. Kamu juga yang meminta aku untuk menemani kamu. Tetapi kamu bertingkah seolah kamu tidak tahu semuanya?” Tanya Deon. Dia mencoba untuk menjelaskan pada Bella.
“Apa yang harus aku katakana, semuanya hanya salah paham. Jangan bahas itu lagi. Alu tidak mau membahas tentang hal itu. Lupakan saja.” Kata Bella
“Deon menarik sudut bibirnya sinis. “Kenapa kamu dengan mudahnya lupakan. Aku tahu kamu mengingat kenanagan masa lalu denganku. Aku tahu kamu memngingat dimana pertaam kali pernah berhubungan. Dan, aku tahu semuanya.”kata Deon mengeraskan suaranya. Mereka terus berjalan tanpa sadar Bella sudah berada di depan toilet wanita. Dan, dia menghetikan langkahnya.
“Pergilah, aku ingin ke kamar mandi.” Kata Bella.
“Tidak,” Deon meraih [ergelangan tangan Bella. Dia menarik tangan Bella hingga tubuh Bella berbalik menatap ke arahnya. Kedua mata mereka saling tertuju satu sama lain. Bella yang semula kesdal. Dia menarik napasnya dalam-dalam mencoba untuk bersikap santai dengannya.
“Aku tidak tahu apa yang kamu inginkan. Kenapa kamu terua mengikutiku. Aku tidak tahu apa tujuan kamu sebenarnya. Tapi, aku tidak mau kamu terus engikutiku. Tolong, pergilah. Pergi jauh dariku janga ganggu aku lai. Semuanya hanya masa lalu, dan tidak akan pernah lagi masa lalu itu terulang.” Bella menghela napasnya.
“Masa lalu hanya untuk di kenang. Kamu dan aku punya kehidupan sendiri. Jangan ikut campur dengan kehidupanku lagi." tegas Bella. Dia menarik tangannya dari genggaman tangan Deon. Dia mendorong tubuh Deon menjauh darinya.
"Tolong pergilah!" ucap Bella. Dia menahan air mata itu jatuh di kedua pipinya. Dia tidak mau jika Deon terus menganggu kehidupannya.