Tadi setelah demam Elora mulai turun Deanova langsung mengajaknya pulang karena di rumah Aira pun sudah sangat khawatir menantikan kepulangan mereka bertiga. Semua barang-barang Elora pun sudah diletakkan oleh Ivand di kamar. Gegas Ivand ke kamarnya untuk membersihkan diri setelah hampir seharian berada dalam perjalanan. Tadi pukul empat sore mereka baru tiba di rumah dan Deanova Daddy_nya langsung mengajaknya untuk menjemput Elora di rumah Delon.
"Maafin Mommy ya sayang," sambut Aira dengan pelukan hangat.
"I miss you Mommy," balas Elora lirih lalu tak lama terdengar suara isak tangis. Seketika Aira mengurai pelukan mereka lalu merangkum wajah putrinya. Memberikan kecupan di seluruh wajah pucat Elora dengan perasaan bersalah karena telah menitipkannya kepada Delon dan Nick cukup lama.
"Daddy mandi dulu ya? Sekarang El istirahat dulu!" ucap Deanova lalu meninggalkan dua perempuan kesayangannya tersebut.
Elora naik ke kamarnya bersama Aira. Di kamar, Elora langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang lalu meminta makan. Aira seketika tergelak lalu ke luar dari kamar untuk mengambil makanan. Tak lama tiba-tiba saja Viero datang dan langsung menyusup ke dalam selimut tanpa memedulikan protes dari Elora.
Javiero Syahreza Seivaz atau biasa dipanggil dengan Viero adalah adik bungsu Elora yang saat ini berusia 12 tahun dan masih duduk di bangku kelas 6 SD sedangkan Ivander Syahreza Seivaz, adik pertama Elora yang sepantaran usianya dengan Nick, yaitu 16 tahun masih duduk di bangku kelas 10 SMA. Sifat kedua adiknya pun jauh berbeda. Jika Ivand irit bicara seperti Deanova maka Viero lebih mirip Elora yang tak lain adalah fotokopi Mommy Aira. Ceria, manja, dan keras kepala. Tapi urusan manja tentu menurun ke Elora sepenuhnya.
"Aku kangen Kak El," ucap Viero seraya memeluk Elora di balik selimut.
"Pergi! Risih aku dikekepin gini!" protes Elora sambil menyibak selimut lalu melepaskan tangan Viero yang memeluknya secara paksa.
Mendengar kegaduhan dari arah kamar Elora membuat Aira bergegas kembali naik dengan membawa makanan dan minuman untuk Elora.
"Viero, jangan ganggu kakak kamu!" tegur Aira saat melihat pertengkaran kedua buah hatinya. Beginilah jika Elora dan Viero dipertemukan. Mereka selalu saja bertengkar dan membuat Aira sakit kepala.
"Mommy galak banget sih. Aku kan kangen sama si cewek manja ini!" balas Viero seraya turun dari ranjang dengan perasaan tak rela.
"Kangen aku tabok?" sahut Elora sembari menunjukkan tangannya yang terkepal kuat.
"Boleh!" balas Viero menerima tantangan Elora dengan penuh semangat.
"Viero sayang, Kak El lagi sakit. Besok klo Kak El udah sembuh kalian baru boleh maen sepuasnya, kamu bobok sana!" sela Aira mencoba menghentikan perdebatan antara Elora dan Viero.
Melihat wajah Viero yang memelas membuat Elora tak tega. Akhirnya Elora memanggil Viero yang hendak ke luar dari kamarnya sambil menepuk tempat kosong di sampingnya. Seketika senyuman lebar terbit di bibir Viero. Gegas Viero meloncat naik ke atas ranjang Elora hingga mendapatkan omelan dari Aira. .
Elora duduk bersandar pada bantal di punggungnya sembari menerima suapan makanan dari tangan Mommy Aira. Bukan Viero jika bisa diam di tempatnya. Tanpa Elora sadari Viero sedang bermain dengan ponsel miliknya. Viero asyik membuka galeri foto di ponsel Elora sembari senyum-senyum sendiri.
"Cie cie yang punya gebetan baru!" goda Viero saat melihat foto Elora bersama teman laki-laki di sekolahnya.
"Lancang!" pekik Elora seraya merebut ponselnya dari tangan Viero.
Aira hanya menggelengkan kepala melihat tingkah laku kedua buah hatinya.
"Mana Daddy lihat!" Suara bariton yang sangat dihapal Elora itu berhasil menarik atensinya.
"Daddy.. Nggak kok Dad," ucap Elora seraya tersenyum kaku. Gegas Elora menyembunyikan ponselnya di bawah bantal. Jangan sampai Deanova tahu dan menyita ponselnya.
Dan usaha Viero berhasil. Deanova mendekat lalu lalu duduk di sampingnya. Deanova mengulurkan tangan ke arah Elora untuk mengecek ponsel gadis itu. Andai bukan adiknya sudah ia cekik Viero saat ini juga. Seraya membuka mulutnya demi menerima suapan Aira, Elora mengeluarkan ponsel dari bawah bantal lalu menyerahkannya kepada Deanova.
Jantung Elora berdebar kencang saat Deanova mulai membuka galeri foto di ponselnya.
"Kabur dah gebetan baru," gerutu Elora dalam hati. Lantas Elora melayangkan tatapan tajam ke arah Viero yang hanya membalasnya dengan senyuman menyebalkan.
"Wah asyik nih yang habis kencan sama Om Delon di alon-alon! Curang, kenapa nggak pernah ngajakin Daddy?" Tanggapan Deanova sukses membuat Elora tercengang karena tak menyangka mengapa justru foto-foto dirinya bersama Delon yang mendapatkan komentar.
Elora langsung tersenyum lebar lalu menjawab, "Halah Daddy mah sibuk mulu sama kerjaan. Nggak kayak Om Delon yang asyik El ajakin pergi ke mana aja."
"Oh jadi sekarang udah berani bandingin Daddy dengan Om Delon?" sahut Deanova dengan tatapan penuh arti. Sengaja menggoda putrinya.
"Daddy mah kolot. Ini nggak boleh. Itu nggak boleh!" protes Elora yang hanya dibalas derai tawa Deanova.
"Dengerin Sayang, anak gadis kita udah berani bantah sekarang," adu Deanova kepada Aira yang sejak tadi memilih menjadi pendengar setia.
"Cie cie yang suka Om Delon!" goda Viero sengaja memancing emosi Elora.
Buk... Elora memukul bahu Viero dengan bantal cukup keras.
"Udah! Mommy pusing dengerin kalian berantem terus. El cepetan makannya terus istirahat. Mommy juga capek. Pengen istirahat," kesal Aira lalu menyendok nasi dan lauk hingga penuh. Menyuapkan ke dalam mulut Elora dengan paksa tanpa menghiraukan protes gadis itu.
Baru saja Elora hendak protes saat Deanova memerintahkan dirinya untuk beristirahat. Padahal Elora masih ingin bercengkerama bersama kedua orang tuanya. Tapi karena Elora mengerti jika kedua orang dan adik-adiknya masih capek setelah perjalanan jauh. Maka hanya pasrah yang bisa Elora lakukan. Gadis itu patuh saat Deanova menyelimuti tubuhnya lalu memberikan kecupan di keningnya. Mereka bertiga kemudian ke luar dari kamarnya dan menyisakan dirinya yang sendirian.
Kedua tangan Elora memegangi ujung selimut dengan pandangan lurus ke atas. Menatap langit-langit kamar bercat putih itu sembari memikirkan sesuatu. Senyuman seketika terbit di bibirnya kala ide gila melintas di benaknya setelah mengingat obrolannya bersama Delon kemarin. Minggu depan dirinya akan menghadapi UN. Jadi sebelum ijazah SMA terbit dirinya harus memiliki pacar untuk mematahkan julukan ratu jomlo sejagad SMA Negeri 1 Yogyakarta yang disandangnya selama ini. Lagian dirinya belum pernah mencoba melanggar larangan Daddy_nya. Elora yakin Daddy_nya tidak akan marah kali ini. Apalagi tadi Elora melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana reaksi Daddy kala melihat fotonya bersama Dirga, gebetan barunya. Siapa tahu kali ini Daddy memberikan izin padanya.
Kepala Elora bergerak menyamping. Menilik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 8 malam. Rasa kantuknya sudah menghilang entah ke mana. Tubuhnya pun mulai menghasilkan keringat yang banyak karena efek dari obat yang dikonsumsinya. Ia singkirkan selimut lalu sedikit menggeser tubuhnya demi meraih tombol lampu tidur yang berada di sisi ranjang. Berharap suasana temaram mampu membawanya ke alam mimpi.
Namun usaha Elora gagal. Dua jam berlalu Elora tetap terjaga bersama detak jarum jam yang tak pernah mengenal lelah. Pun tak sekalipun tidur. Berulang suara decak bibir Elora terdengar bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang tak beraturan. Mulai menyamping ke kiri dan ke kanan. Tapi tetap saja jiwa dan raganya masih terjaga. Setelah merasa jemu Elora beralih ke posisi favoritnya yaitu tengkurap. Menenggelamkan wajah ke dalam bantal.
"Sumpah ini tu ngeselin banget!" gerutu Elora dengan frustasi sembari duduk bersila.
Ia alihkan atensinya ke arah ponsel yang sedang berkedip, pertanda notifikasi masuk. Tapi Elora sedang tak berminat. Ia enggan membuka chat dari kedua sahabatnya yang pasti berisi curhatan tentang pacar mereka masing-masing. Alhasil Elora memilih beranjak dari ranjang dan ke luar kamar. Dalam keremangan Elora melangkah, menuruni anak tangga satu persatu. Setibanya di bawah, Elora menatap ke arah pintu berwarna cokelat dengan ukiran bunga tak jauh dari tempatnya berada.
"Marah nggak ya?" gumam Elora dengan ragu.
Tentu saja ego Elora lah yang menang. Gadis itu melangkah menuju kamar utama di mana kedua orang tuanya kini berada. Pelan, Elora menekan kenop pintu. Hampir saja Elora berteriak saking girangnya saat pintu itu terbuka. Entah sengaja atau mereka lupa, yang jelas pintu itu tidak terkunci seperti biasanya.
Dalam keremangan netra Elora masih bisa melihat dengan jelas posisi Mommy yang terlelap dalam pelukan Daddy. Senyuman di bibir Elora merekah. Keharmonisan hubungan kedua orang tuanya adalah contoh real untuk masa depannya. Mungkinkah dirinya bisa berjodoh dengan laki-laki seperti Daddy yang selalu memperlakukan Mommy dengan lembut dan mesra. Bahkan terkadang Elora merasa iri dengan Mommy yang sangat beruntung bisa bersanding dengan Daddy. Laki-laki sempurna di mata Elora.
Langkah Elora penuh kehati-hatian demi mendekati ranjang berukuran king size di hadapannya agar tidak sampai menimbulkan kegaduhan. Elora mulai merangkak pelan lalu mengurai pelukan Daddy di tubuh Mommy. Dengan malas Mommy menggeser tubuhnya demi memberikan tempat untuk Elora. Tak ingin istirahatnya terganggu Mommy mengalah dengan memunggungi mereka berdua. Seperti ini sudah menjadi hal biasa bagi Aira. Elora akan menyelinap masuk ke kamar mereka saat tak bisa tidur. Maka tadi Aira sengaja tidak mengunci kamar agar Elora tak perlu mengetuk pintu.
"Ada apa Sayang kok belum bobok?" gumam Deanova yang sebelumnya sudah bisa menebak akan kehadiran putrinya.
"El nggak bisa bobok Dad," aku Elora dengan berbisik agar tidak mengganggu Aira.
"Ya udah sekarang El bobok. Daddy capek," balas Deanova dengan tetap memejam.
"El nggak ngantuk Dad," rajuk Elora. "Oya selama El tinggal di rumah Om Delon El susah bobok," sambung Elora sembari menatap wajah tampan Daddy_nya.
"Trus? Masak 3 malam El nggak bobok?" balas Deanova dengan tangannya membelai bahu Elora agar segera tertidur.
"Pas malam pertama di sana El bobok bareng Om Delon." ucap Elora dengan santai dan jangan lupakan wajah innocent_nya.
"Apa!!!"