Beby hanya bisa terdiam di atas kasur, duduk memeluk kakinya sendiri. Tepat pukul sepuluh malam, Beby melihat sepasang sepatu berdiri di depan pintu. Jantungnya berlarian menatap sepasang sepatu itu. Takut orang itu adalah Roland. Benar dugaannya, Roland menyembul masuk sesaat pintu terbuka. Pria yang selalu berpenampilan khas rapi dengan jas hitam itu mendekati Rajang dimana Beby terduduk. “Selamat malam, Beby!” Beby tidak sudi menjawab. Ia memalingkan wajah. Kasur di sebelahnya terayun saat Roland mendudukinya. Aroma khas pria itu menguar dan tercium oleh Beby. Pria itu meraih rambut Beby dan menyingkirkan ke punggung, membuat leher jenjang Beby tampak jelas di mata Roland. Beby masih diam. Sesak di dadanya membuatnya tak ingin berkata-kata. Caruk lehernya meremang merasak