16. Invitation

1572 Kata
 Case 16  Di waktu pertemuan santai bersama Presiden itu mereka berbincang dengan ditemani suguhan teh aromatik. Memang bukan sembarang orang bisa membuat janji bertemu dengan Presiden dan datang langsung ke Gedung Biru. Mereka ini bukan hanya pengusaha biasa tapi juga memiliki andil saat kampanye presiden sebagai bagian dari tim sukses bayangan dan donatur terbesar dana kampanye. Dengan kata lain dalam politik mereka memiliki pengaruh besar dan hubungan erat dengan Presiden yang terpilih saat ini. “Jadi, ada apa dengan maksud kedatangan kalian ingin bertemu secara pribadi denganku?” Tanya Presiden setelah merasa cukup berbasa-basi, bertukar kabar. “Ah, ini tentang program TV yang sedang kami garap Pak Presiden.” Kata pemilik stasiun TV membuka inti pembicaraan. “Kami ingin mendengar pendapat Bapak sendiri juga meminta persetujuan untuk memproduksi program atau syuting acara di Union of Korea. Apakah itu memungkinkan?” “Syuting acara apa?” Tanya Presiden merasa cukup asing dengan gambaran yang disampaikan tamunya. Memang mereka bisa syuting acara apa di sekolah itu, pikir Presiden. “Kami punya program lawas berjudul ‘Back to School’ yang coba kami produksi lagi dengan format lebih kekinian mengikuti zaman. Dan pilihan sekolah itu adalah Union of Korea.” Sampai di sini Pemimpin stasiun TV yang menerangkan untuk Presiden. “Saya berpikir Pak, program ini bisa menghapus citra negatif tentang sekolah gabungan yang tersebar di masyarakat sekarang. Karena program kami adalah realityshow yang menampilkan kondisi, situasi sesungguhnya langsung dari lokasi. Setelah rakyat dapat melihat bagaimana keadaan langsung di dalam sekolah dan keseharian siswa-siswi di sana maka penolakan dan sikap apatis masyarakat bisa kita ubah. Program ini bisa menjadi ajang promosi bagi pemerintah.” Tambah Pemilik media mencoba membujuk Presiden. “Hmm.” Presiden tampaknya sudah separuh jalan teryakinkan dengan pengajuan proposal mereka. “Bukankah acara itu menampilkan para artis? Apakah ada di antara mereka yang bersedia tampil menjadi casting?” Pertanyaan Presiden adalah satu-satunya titik kelemahan pada proposal ini. Bagaimana pun caranya mereka harus bisa menyakinkan pihak lawan. “Ah, itu... Kami sudah punya casting tetap untuk saat ini meski hanya seorang.” Jawaban ragu dari pemimpin stasiun TV. “Oh ya? Siapa dia?” Tanya penasaran Presiden yang kini terlihat antusias. Karena baru kali ini untuk pertama ia mendengar ada rakyat yang mau masuk ke sekolah khusus itu. “Anda mengenal superstar bernama J, dia artis di perusahaan agensi colegaku.” Kata Pemilik media. Nama itu terdengar familiar bagi Presiden. “Bukankah dia artis yang tengah ramai menjadi perbincangan karena kasus skandal itu?” “Benar. Kami sudah resmi mengcastingnya dengan kontrak eksklusif.” Jawab pemimpin stasiun TV. “Kalian tidak salah memilih dia sebagai casting?” Mengingat bagaimana negatifnya citra aktris itu di muka publik saat ini. “Sebenarnya Pak Presiden, alasan terbesar kami memilih dirinya adalah... Ah, informasi ini adalah off the record dan top secret.” Pemilik meminta Presiden dan mereka yang terlibat dalam acara ini untuk menutup mulut, jangan sampai informasi yang akan disampaikan tersebar ke orang luar. “Hanya beberapa orang yang tahu latar belakang keluarga J. Ia berasalah dari keluarga berpengaruh dalam putaran perekonomian global. Anak dari pengusaha terkaya di Korea Selatan Pak, meski sudah sangat lama sejak ia memilih karir keartisan memutus hubungan dengan orang tuanya.” “Maksudmu dia anak dari pengusaha pemilik perusahaan global JY?” Kata Presiden kaget. “Benar. Pewaris yang saat ini publik kenal adalah sesungguhnya putra mereka dari istri kedua. Dan bukan hanya kedua orang tuanya dari kalangan elit tapi kerabat serta nenek buyutnya seperti yang Bapak ketahui mengukir nama di sejarah negara kita.” “Lantas bagaimana bisa nasipnya berubah seperti sekarang ini...” Ucap Presiden prihatin. “Itulah mengapa alasan terbesar kami mengcastingnya walau dalam situasi buruk ini Pak. Seperti sejarah yang ditorehkan nenek buyutnya, mungkin takdir J juga untuk mengukir namanya sendiri di awal sejarah baru Korea mengikuti jejak nenek buyutnya lewat Union of Korea.” Sampai sini rasanya pemimpin stasiun TV sudah membungkus narasi dengan sangat baik untuk menghilangkan citra buruk J. Presiden kembali bicara. “Tapi kalau begitu, bukankah sebaiknya program ini ditayangkan di televisi pemerintah agar dengan tegas menunjukkan bahwa acara ini bagian dari bentuk dukungan rancangan kami?” “Pak Presiden, sebelumnya maaf bila saya tidak sependapat dengan hal itu.” Dengan nada suara, pilihan kata sangat sopan pemimpin stasiun TV menolak Presiden. “Tetap akan lebih baik program ini ditayangkan di stasiun TV kami yang mana memiliki rating-share tertinggi dan jangkauan terluas. Dari sisi pandangan untuk mempromosikan kebijakan pemerintah, kami yakin bisa menarik penonton lebih banyak.” Bagaimana pun tujuan semua media sama, yaitu meraup keuntungan. Tayangan varietyshow ini akan secara eksklusif disiarkan oleh stasiun TV mereka saja, tidak di tempat lain. Presiden melihat wajah jajaran staf pemerintahannya yang sejak tadi hanya mendengar tanpa intrupsi dialog Presiden dengan para tamunya itu, ia bicara pada mereka. “Bagaimana pendapat kalian setelah mendengar semua? Apakah kiranya hal ini akan membawa kebaikan bagi kita?” Tanya Presiden meminta masukan pada proposal yang dibawa pihak stasiun TV. “Eh? S-Saya kurang merasa yakin Pak.” Jawab Sekretariat. Proposal yang tiba-tiba muncul ini belum sepenuhnya dapat dicerna dalam nalarnya. “Saya rasa kita harus memikirkan hal ini lebih hati-hati lagi sebelum menentukan sikap Pak Presiden.” Kata Menteri. “Begitu?” Presiden mendengar baik saran dari orang-orang kepercayaannya. “Biarkan aku pertimbangkan ini lebih dulu secara seksama, bagaimana?” Tanya Presiden pada tamunya. “Oh, tentu saja Pak. Kami tidak keberatan dengan itu.” Pemilik media menerima dengan rendah hati, setidaknya pengajuan ide mereka tidak langsung ditolak. *** Beberapa hari kemudian sesuai rencana agensi J membuat pernyataan resmi terkait bergabungnya ia sebagai casting program ‘Back to School’ dengan mengundang awak media dalam konverensi pers. Nama beken J sebagai superstar penuh kontroversi yang di cap publik kembali menghiasi tajuk utama di berbagai platfrom media online maupun TV. Banyak bermunculan ulasan menarik atau juga artikel ngawur yang membuat teori aneh demi menggiring opini publik, mengatakan bahwa keikutsertaan J merupakan konspirasi tersembunyi pemerintah untuk mengalihkan isu dan lain sebagainya. Siapa pun bisa bebas berbicara, apalagi pada media online yang memiliki berbagai macam nama. Namun dari sisi pemerintah bicara isi pernyataannya konsisten satu suara di mana pun media itu, mengarah pada pro atau mendukung langkah J. Seperti yang disiarkan oleh pembawa acara berita di stasiun TV swasta yang mana program varietyshow ‘Back to School’ akan tayang nanti. “Dengan format program baru, lebih menarik dari sebelumnya. Produser dan penulis menjanjikan pada penonton sekalian akan menyuguhkan tayangan yang memiliki nilai edukasi bukan hanya hiburan semata. Pemerintah mengapresiasi langkah ini baik pada artis yang bersangkutan atau pun pada pihak stasiun TV yang mana ikut berkontribusi mendukung kebijakan pemerintah dalam menerapkannya pada program TV lawas sebagai ide brilian. Diharapkan dari banyaknya penonton acara ini akan memberikan pemahaman lebih baik dan secara meluas atas tujuan pemerintah mendirikan sekolah khusus bersama pemerintahan Korea Utara.” Suara siaran pemberitaan TV di billboard sebuah gedung di pusat kota. Sementara J pada saat itu di kantor agensi juga sedang menonton tayangan berita yang sama. Ia diminta datang oleh pemimpin perusahaan ke kantor karena ada kabar baik yang harus didengarnya secara langsung, begitu penyampaian manager padanya saat membawa J ke sana. Tetapi sesampainya di sana bos yang telah memanggilnya untuk datang malah tidak berada di tempat. Setelah menunggu hampir bosan akhirnya pintu ruangan kantor pimpinan terbuka, menampakkan sosok yang di tunggu J dalam ruangan itu. “Ah! Kau sudah datang rupanya.” Kelihatan sekali suasana hati bos sedang baik hari ini, mungkin salah satu alasannya karena konverensi pers berjalan dengan lancar dan isi pemberitaan khususnya di televisi menayangkan yang baik-baik tentang J. Semua itu juga berkat dari dukungan pemerintah yang memihak kubu mereka, karena sekarang mereka berada di perahu yang sama. Dan hal lain yang membuat suasana hati pimpinan agensi senang adalah apa yang hendak ia sampaikan pada J sekarang. “Jadi J, yang ingin kusampaikan padamu adalah Pak Presiden ingin mengundangmu untuk bertemu di Gedung Biru.” Kata bos cukup jelas dan singkat. “Apa? Mengundangku ke Gedung Biru?” Tapi mengapa, untuk alasan apa J tidak mengerti. “Iya! Dalam beberapa hari ini, tidak sekarang. Saat ini Pak Presiden sedang sibuk membuat peraturan terkait daftar pelajar yang memenuhi syarat menjadi siswa di sekolah khusus itu. Aku rasa alasan Presiden ingin bertemu denganmu untuk alasan yang sama, bicara tentang sekolah gabungan Selatan dan Utara.” Kening J mengerut menyiratkan tanya. “Apa maksudnya? Kenapa pemerintah yang harus menyusun daftar pelajar?” “Hah! Kau bagaimana, memang tidak dengar berita? Semua orang tahu tidak ada yang ingin mendaftarkan anak mereka ke sekolah beresiko itu. Begitu juga dengan kau dan artis lainnya yang menolak tawaran menjadi casting program ‘Back to School’.” Bos menyadari dirinya telah bicara melewati batas, tidak seharusnya ia menyebut J dalam hal ini. Memang awalnya J menolak keras untuk melakukan pekerjaan itu, dan sekarang setelah menandatangani kontrak J mulai merasa gelisah juga sangat sensitif. J merasa cemas dan takut tidak ada casting lain yang bergabung dengannya dalam program itu. “Hem, untuk sekarang pokoknya kita tunggu saja undangan resmi dari Sekretariat Presiden. Kau harus merasa bangga J, karena tidak sembarang orang bisa diundang dan bertemu Presiden. Kau tahu itu ‘kan!” Niat hati mencoba membuat perasaan J merasa lebih baik. Tapi apa yang sudah terlontar dari mulut pimpinan membuat J berpikir dalam. Bagaimana jika proses syuting berjalan buruk karena mereka siswa-siswi yang bersekolah di sana secara terpaksa dikirim oleh pemerintah. Bayang suasana mencekan dan suram ketika syuting nanti telah menghantui J saat ini. ***unsolved
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN