3. Encounter

1473 Kata
Case 3  Di tengah perairan laut lepas sebuah kapar samudra berlayar semakin mendekat menuju zona teritorial negara Korsel. Kapal itu telah berlayar dari pelabuhan Tiongkok dengan mengangkut sekitar 500 penumpang kapal tujuan pelabuhan Incheon. Chung Ryeol Ri mengintai target dengan tatapan mata setajam elang mengunci sasaran. Target sasaran yang tidak sekejap pun lepas dari pandangannya itu dulu adalah sesama rekan di angkatan bersenjata, tapi kini telah dicap oleh Badan Keamanan Nasional sebagai pembelot Korut. Operasi yang Chung Ryeol emban bukan sesederhana pengejaran untuk melenyapkan pembelot Korut, melainkan juga menjalankan misi mendapatkan kembali dokumen top secret atau sangat rahasia pertahanan nasional milik pemerintah Korut. Yang mana tugas ini dimandatkan langsung oleh pemimpin tinggi di militer kepada Chung Ryeol. Mantan rekan Chung Ryeol itu berencana untuk memperjual-belikan chip penting berisi file sangat rahasia pertahanan Korut, teknologi nuklir, informasi posisi orang-orang tinggi dan elit di pemerintahan serta berbagai macam lainnya terkait informasi intelejen Korut pada pihak asing. Pembelot itu telah lama kabur ke luar negeri dan diburu hingga saat ini. Hari ini berdasarkan penyelidikan intelejen, transaksi jual-beli akan dilakukan di atas kapal ferry yang Chung Ryeol naiki sekarang. “Target dalam pengawasan, siap lakukan pembersihan.” Lapornya. Sebagai elit personil pasukan khusus Chung Ryeol memang selalu menjalankan misi sulit dari satu operasi ke operasi rahasia lainnya. Lebih sering ia bergerak secara individual demi menjaga kerahasiaan misi tersebut. Chung Ryeol juga banyak kali harus melakukan penyamaran yang memakan waktu tidak sebentar dalam sebuah operasi rahasia. Namun itu juga berarti berbanding lurus dengan kapasitas, kemampuan, pengalaman, dan bakat Chung Ryeol yang diakui dan dipercaya atasannya. Chung Ryeol hanya butuh satu momen tepat untuk mengakhiri semuanya, meski di tengah kerumunan orang sekali pun yang berada di atas kapal bersamanya. Chung Ryeol percaya diri bisa melakukannya. “Kak lihat! Di sana! Aku bisa melihat daratan di ujung sana, kita akan segera sampai!” Seru Keita begitu bersemangat, sebelumnya bocah laki-laki itu sudah mulai bosan terjebak di atas kapal dengan hamparan air yang seolah tidak menunjukkan akhir. “Haha... Tetap itu masih sangat jauh Keita meski terlihat dekat.” Timpal Chihaya pada ucapan Keita adiknya. Mereka berdua tengah melakukan perjalanan liburan wisata ke Korsel dengan sengaja menempuh jalur laut. Keita yang menginginkannya karena belum pernah menggunakan model transportasi perairan. Sejak tadi perhatian Chihaya teralihkan pada seorang pria yang duduk di dekatnya dengan segenap upaya berusaha menyembunyikan wajah tertunduk amat dalam. Sejak Chihaya dan Keita sampai di deck utama kapal, pria itu tidak bergeming juga tidak bersuara sedikit pun. Hanya diam menjaga ransel yang didekap erat menggunakan kedua tangan, terkesan seperti menjaga harta karun berharganya. Chihaya terkejap saat pria itu secara tiba-tiba bangun dan pergi dengan tergesa sampai meninggalkan barang lain miliknya yang terjatuh ke lantai kapal. Benda itu ada sisi pria aneh yang menutupi wajah tadi, dibiarkan tergeletak di atas bangku begitu saja. Chihaya pikir ia sengaja menaruh dengan cara seperti itu karena ingin membuat jarak. Sejenak Chihaya ragu apakah ia harus mengejar pria itu untuk mengembalikan barang tersebut. “Keita! Tetap di sini, jangan ke mana pun ya! Kakak akan segera kembali.” Perintahnya pada adik laki-laki satu-satunya itu. Keita hanya menggangguk patuh seraya meihat sosok belakang kakaknya yang berlalu pergi. Satu saja kesempatan datang padanya maka dengan kapasitas dan keahlian terlatih Chung Ryeol, pembelot itu bisa ditaklukkan dalam sekejap. Hanya saja yang menjadi persoalan dan kendala dalam operasi ini yaitu Chung Ryeol harus menutup misi tanpa kesalahan. Harus berakhir tetap menjadi misi rahasia tanpa disadari seorang pun termasuk penumpang kapal. Tidak boleh ada keributan, melenyapkan target tanpa jejak sealami mungkin. Selain itu tantangan lain, Chung Ryeol mendapat intruksi tambahan untuk mencari tahu pihak mana yang mengincar dokumen rahasia pertahanan Korut. Karena itu Chung Ryeol tidak bisa langsung mengambil tindakan, ia menunggu momen tepat setidaknya sampai mengetahui pihak asing mana yang berusaha membeli dokumen rahasia itu dari pembelot. “Sepertinya dia sudah menyadari bahwa saya mengikutinya.” Lapor Chung Ryeol lewat sambungan telepon di earphone ketika melihat pembelot tiba-tiba bergerak dengan tergesa berusaha kabur. Chung Ryeol langsung mengejarnya dengan sikap tetap tenang namun teliti dalam setiap pergerakan. “Tidak ada tanda-tanda kontak atau pun kehadiran pihak asing.” “Segera bereskan!” Perintah tegas dari seberang sambungan telepon pada Chung Ryeol. “Affrimative!” Chung Ryeol bergerak dengan sangat hati-hati sampai tidak menimbulkan suara, setenang riak air di sungai dangkal semakin mendekat menuju target operasi. Saat ini jarak antara dirinya dan target kurang lebih terpisah hanya 20 meter, di antara selisih jarak itu terdapat penghalang keberadaan penumpang lain. Semakin dekat jarak, pembelot itu bergerak panik namun tidak cukup lihai dan cepat sampai membentur orang-orang di sekitar memaksa untuk membuat jalan pelarian. Dia yang tengah dalam pengejaran Chung Ryeol dengan tergesa menuruni anak tangga sampai membuat suara hentakan keras tiap langkah kakinya. Jauh di dasar kesadarannya ia tahu tidak bisa lari, kecuali pilihan lari dari pengejaran Chung Ryeol dengan melompat ke air di tengah lautan lepas. Tapi pilihan itu sama saja dengan bunuh diri. Satu-satunya cara yaitu untuk mengadu keberuntungan dengan berhadapan langsung melakukan perlawanan. Pembelot semakin tersudut dan berakhir di ujung dek kapal yang sepi. Mungkin ia sampai tanpa sadar menuju ke tempat itu adalah juga bagian dari rencana Chung Ryeol, menggiring ke tempat sepi tanpa saksi mata untuk bisa dengan mudah dimusnahkan tanpa jejak. Pembelot terintimidasi dengan kehadiran Chung Ryeol, menyadari ajalnya telah tiba. Bagi seorang pembelot Korut bila tertangkap tidak ada jalan kembali untuk dimaafkan atau pun selamat dengan nyawa. Ya memang mereka sesama angkatan bersenjata yang mendapat pelatihan khusus, termasuk kemampuan bertarung kombat tangan kosong. Prajurit Korut amat bangga dengan kemampuan fisik dan bela diri mereka dengan atau pun tanpa persenjataan. Pembelot melakukan serangan pukulan agresif lebih dulu bentuk perlawanan dirinya dalam keadaan tersudut. Tapi pukulan itu bisa Chung Ryeol hindari dengan mudah. Pada gerakan berikutnya dengan cepat Chung Ryeol langsung melancarkan serangan balik. Ia memutar badan, dari arah belakang Chung Ryeol menyergap tubuh pembelot dan mencekik bagian leher. Dengan suara dingin dan nada provokasi Chung Ryeol berbisik di telinga pembelot. “Kau menyerahkan nyawamu? Kita baru saja mulai.” Pembelot meronta berupaya melepaskan diri, usaha terbaiknya adalah melayangkan pukulan sikut ke arah belakang untuk menyerang Chung Ryeol. Dengan sigap Chung Ryeol menangis pukulan itu dengan kedua tangannya melindungi wajah. Tekad perlawanan pembelot belum berakhir, tanpa memberi sela waktu pembelot melayangkan tendangan kaki kiri dan kanan bergantian sampai Chung Ryeol harus mengambil langkah mundur mempertahankan diri. Namun Chung Ryeol tetap bisa melihat celah, di saat itulah kesempatan melawan. Chung Ryeol menangkap sebelah kaki pembelot yang melayang ke arahnya, menarik dengan seluruh tenaga hingga tubuh pembelot tersungkur ke bawah. Sadar posisinya dalam bahaya pembelot bergegas untuk bangkit berdiri siap bertarung lagi. Tapi Chung Ryeol tidak memberi kesempatan, satu pukulan keras mengenai telak di bagian d**a. Pembelot kembali tersungkur bergeliat di lantai kapal menahan rasa sakit. “Aku tidak punya waktu bermain denganmu.” Ucap Chung Ryeol tajam tanpa belas kasih dalam sorot dingin matanya. Ia tarik paksa tubuh pembelot hingga kembali berdiri walau tetap lemah dan setengah kesadaran. Kali ini tanpa henti Chung Ryeol melayangkan serangan bertubi-tubi memukul semua bagian tubuh pembelot sebagai samsak sasaran. Bagian bahu kiri, kemudian bagian samping tubuh, pukulan berikutnya pada bagian perut. Lalu dengan kedua tangan memukul bagian samping leher dengan mengerahkan seluruh kekuatan dan terakhir pukulan sangat keras di kepala bagian belakang lawannya yang jatuh berlutut mulai hilang kesadaran. Tiga serangan mematikan pada bagian d**a, samping leher dan kepala bagian belakang adalah titik-titik rawan yang cukup untuk melumpuhkan lawan hingga tak bergerak lagi. Bahkan kasus terburuk berakhir dengan kematian. Chung Ryeol bukan sekedar menggeretak ketika bertekad mengakhiri pertarungan itu. Sebagai perwira yang memiliki kemampuan nomor satu terbaik dalam pasukan, Chung Ryeol handal melakukan segala hal. Pertarungan tidak berlangsung lama, sejak awal kemampuan Chung Ryeol berada jauh di atas target hingga perlawanan yang diterima terbilang sia-sia. Selain itu Chung Ryeol tidak ingin mengulur waktu berlama-lama yang membuat resiko semakin tinggi seiring berlalunya waktu. Tubuh yang baru saja kehilangan nyawa itu tidak semerta Chung Ryeol biarkan. Sebelum memasuki tahap akhir pelenyapan seutuhnya, Chung Ryeol tidak luput menggeledah jasad pembelot yang masih terasa hangat untuk mencari apa pun yang bisa ditemukan pada sekujur tubuh itu tanpa terlewat satu bagian pun. Khususnya menemukan dokumen penting pada misi ini. Chung Ryeol sudah merancang semua dengan matang, termasuk cara melenyapkan jasad tak berjejak tanpa ditemukan siapa pun. Dengan gerak cekatan Chung Ryeol mengikat jasad pembelot dengan seutas tali dan menghubungkan tali itu pada benda berat. Chung Ryeol bermaksud melemparkan jasad itu kelautan dan memastikannya agar tidak naik kepermukaan nanti dengan memberi beban berat pada mayat itu. Di tengah Chung Ryeol melakukan pembersihan operasi itu, Chihaya memasuki awal jejak kemalangannya dengan menjadi saksi mata tempat kejadian perkara. Di atas kapal ferry di tengah lautan membentang luas, secara tidak sengaja Chihaya menyaksikan apa yang sedang Chung Ryeol perbuat pada tubuh orang lain yang tidak berdaya. Satu kejadian dan pertemuan yang menyeret arah hidupnya berubah genre menjadi aksi dan tragedi. ***unsolved  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN