One - Let's Play The Games

1011 Kata
Diva Azkadina meremas ponsel dan melemparkannya dengan putus asa di atas kasur apartemen miliknya. Video bagaimana ia meliukkan tubuh di lantai dansa kini tersebar luas di group para dosen dan juga mahasiswa yang saat ini sudah pasti sedang menggunjingkan dirinya. Apalagi para dosen senior yang sejak dulu memang selalu menatap tak suka padanya. Entah dari mana video itu berasal karena saat Diva hendak menyelidikinya, ia malah sudah lebih dulu mendapat panggilan dari pihak kampus yang langsung memberikan surat pemecatan dirinya karena telah mencoreng nama baik universitas dimana ia bekerja selama ini. Hal itu tentu saja membuat wanita itu semakin sakit kepala karena biar bagaimanapun ia membutuhkan pekerjaan tersebut agar tetap mendapat fasilitas yang layak dari orang tuanya. Gaji pokoknya menjadi seorang dosen muda tidaklah cukup untuk gaya hidupnya yang suka berpoya-poya selama ini. Tapi ia tetap mendapat transferan dan fasilitas mewah dari orang tuanya karena menurut mereka Diva sudah cukup berusaha. Sebab sedari dulu memang papanya yang selalu menuntut ia menjadi dosen karena itu cita-cita yang tak terwujud dari pria paruh baya itu. Sementara Diva sendiri sangat tertarik dengan dunia model dan tata busana, sayangnya hal itu langsung ditentang oleh orangtuanya dan kini berakhir di sinilah dirinya. Jika orang tuanya tahu apa yang menimpa Diva kali ini maka mereka tidak akan tinggal diam. Sudah pasti uang saku bulanan wanita itu akan dihentikan sebagai sangsi kesalahan yang diperbuatnya. Sebab orangtua Diva memang se-disiplin itu kepada anak-anaknya. Sepintar-pintarnya dia menyembunyikan berita ini, cepat atau lambat papanya pasti akan tahu juga karena mata-mata yang dibayar pria paruh baya itu ada dimana-mana. Tring .... Bunyi notifikasi pesan masuk membuat wanita itu kembali meraih ponsel dan membuka pesan dari salah satu teman yang memiliki hobi yang sama dengannya itu. Party nanti malam di Hollywush jam 8 malem, jangan sampe Lo nggak dateng. Begitulah isi pesan wanita itu. Diva melirik jam di ponsel yang menunjukkan pukul lima sore. Masih ada waktu untuk dirinya bersiap-siap. Sepertinya dia butuh gaun baru supaya penampilannya lebih memuaskan malam ini. Semua itu demi menghilangkan rasa stress-nya karena kehilangan pekerjaan. Anggap saja malam ini dirinya sedang memberi penghiburan pada diri sendiri. Wanita itu segera pergi menuju butik langganannya untuk membeli sebuah gaun malam yang cantik untuk dikenakannya hari ini. Pilihan Diva jatuh pada gaun merah dengan tali spaghetti dengan belahan hingga paha, hal itu tentu membuat penampilan wanita itu menjadi lebih seksi dan pastinya menarik perhatian banyak buaya. Setelah dari butik, Diva memilih untuk memanjakan diri di sebuah salon langganannya, hingga tepat jam delapan malam ia sudah tiba di tempat yang mereka janjikan. "Widiiih ... Makin cantik aja nih bidadari kita." Seorang pria dengan kemeja putih yang digulung sesiku bersiul menyambut kedatangan Diva. Wanita itu memutar bola mata malas sebelum menghempaskan b****g di atas sofa merah yang sudah dikelilingi oleh teman-temannya. "Pesenin gue Brandy, Des," ujar Diva pada pria bernama Destra yang tadi menyapanya. "Wah ... ada angin apa nih seorang Diva Azkadina mesen Brandy? Minum wine aja lo kobam, Sis!" ejek pria itu dengan kedua alis yang terangkat sempurna. "Berisik! Gue lagi stress parah. Gue dipecat!" "What?" Keempat teman Diva serempak berseru kaget. Mereka adalah dua pasang kekasih yang merupakan teman Diva semasa sekolah menengah atas. "Iya, video gue di dance floor kesebar di group kampus!" seru wanita itu jengkel. "Terus bokap Lo udah tahu?" tanya Lani penasaran. "Belum! Tapi cepat atau lambat pasti tahu." "Kalau gitu Lo harus buat persiapan dari sekarang," ujar Mey yang duduk di seberang Diva. "Persiapan apa? Tabungan gue aja nggak ada," keluh wanita itu. "Ya Lo cari sugar Daddy lah, daripada jadi gembel karena nggak dikirimin uang jajan lagi dari bokap Lo." Diva mendelik tak suka dengan ide Lani yang menurutnya terlalu berlebihan. Memangnya tidak ada cara lain selain itu? "Atau gue pinjem tabungan kalian dulu deh, nanti kalau gue udah keterima kerja lagi pasti Bokap gue langsung kirimin uang saku." Keempat temannya saling pandang sebelum akhirnya Destra bersuara. "Gue sama Lani nggak ada. Lo kan tahu kita lagi persiapan married," ujarnya tak enak. Diva mengangguk pelan sebelum melirik ke arah temannya yang lain yaitu Mey. "Yah, gue juga lagi nggak punya duit. Lo kan tahu perusahaan Bokap gue sekarang ladi down," ucapnya tak enak. Diva menghela napas sembari berusaha memaksakan senyum untuk memaklumi keadaan teman-temannya yang tidak bisa membantunya saat ini. Padahal jika dipikir-pikir ketika mereka membutuhkan bantuan, Diva akan selalu ada di garda paling depan. "Eh, liat deh! Itu bukannya pemilik Angkasa group ya? Duda kaya raya itu!" seru Lani saat melihat beberapa pria berjalan beriringan menuju lantai VIP yang berada di lantai atas. "Jeli banget itu mata kalau lihat laki-laki," sindir Destra yang langsung disikut oleh wanita itu. "Div, mending Lo rayu deh itu Duda kaya raya. Mukanya ganteng, Bestiii! Nggak malu-maluin." Lani berseru semangat. "Ih, gila Lo! Gue doyannya berondong!" tolak Diva kesal. "Ah, Lo takut ditolak ya? Pesona Lo nggak mempan ke duda itu?" ejek Mey yang langsung dihadiahi pelototan kejam Diva. "Lo nantangin gue?" tanya wanita itu jengkel. "Gini aja deh, Div, kalau Lo berhasil godain itu Duda dan buat dia mau duduk satu meja sama kita, Porche terbaru gue buat Lo!" "Kamu serius, Beb?" tanya Mey tak percaya pada Moses yang baru saja angkat bicara. "Serius," jawab pria itu santai. Diva tak bisa diam saja. Ia merasa bahwa teman-temannya saat ini sedang meremehkan kemampuan dirinya. Jujur saja Diva memang belum pernah berhubungan terlalu jauh dengan seorang pria karena sejatinya ia hanya senang diperhatikan, bukan benar-benar haus kehangatan ranjang. "Deal! Jangan sampai Lo nangis di kaki gue minta batalin ya," ujar Diva sinis. "Oh, tentu tidak, Baby!" ujar Moses menyeringai. Diva langsung berdiri tegak, sementara Lani langsung berseru senang. "Tunggu dulu! Sebelum beraksi, ini Brandy yang Lo minta! Semoga berhasil, Bestiii!" ucapnya memberi semangat. Diva meneguk minuman itu dengan sekali teguk, meski rasanya tidak terlalu nyaman tapi wanita itu tidak mempermasalahkan. Ia meletakkan gelas sebelum membenarkan gaun merahnya. "Let's play the game," ujarnya dengan senyum manis yang terukir indah di bibir. Langkahnya terasa ringan untuk melenggang menuju dimana tempat seorang duda kaya raya yang akhir-akhir ini hangat diperbincangkan itu berada. Oh, Diva sangat tidak sabar menguji peruntungannya. TO BE CONTINUED
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN