Seorang pria yang terlihat sangat berwibawa itu baru saja keluar dari sebuah ruangan, ia di sambut hangat oleh para karyawannya dan menyapa atasannya itu dengan penuh hormat. Ketika dia melewati bagian staff managemen dan hendak menuju pintu lift, langkahnya terhenti setelah mendengar seseorang yang membicarakan tentang siswi SMA Bakti Jaya.
Pria itu kemudian menoleh dan mencoba untuk mendengarnya lebih jelas, hal itu membuat asistennya terlihat kebingungan namun ikut melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh atasannya itu.
“ Di jalan menuju kantor barusan saya di tabrak sama anak SMA, bagian belakang mobil saya rusak parah untungnya mereka mau mengganti rugi kerusakannya.”
“ Masa ia anak SMA bawa mobil ke sekolah.”
“ Wajar aja pak, SMA Bakti Jaya kan sekolah elit jadi nggak heran kalau muridnya udah bisa bawa mobil.”
“ Dia ganti berapa pak kerugiannya.?”
“ Untuk keseluruhan 30 juta, mobil saya keluaran lama jadi membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk memperbaikinya.”
“ Dia bayarnya cash.?”
“ Anak yang bawa mobil nggak ada uang, dia minjem duit temannya dulu. Dan hebatnya temannya itu langsung transfer ke saya dengan jumlah yang sesuai.”
“ Wih, anak tajir tuh.”
Mendengar percakapan mereka membuat Bian merasa ada yang aneh, namun ia tak ingin mempertanyakannya lebih jelas. Cukup baginya tahu dan tidak berharap lebih bahwa yang mereka bicarakan adalah putrinya sendiri.
Bian pun kembali melangkahkan kakinya meninggalkan kantor, hari ini dia bisa pulang lebih awal karena pekerjaan yang hampir di selesaikannya tepat waktu.
**
Setibanya di rumah Bian mengecek kondisi mobil yang ia tinggalkan untuk mang Ujang mengantar jemput Sofia, namun tak ada kejanggalan yang di temukan semua dalam kondisi mulus sehingga tidak mungkin jika siswi yang di sebutkan oleh orang-orang kantor adalah Sofia.
Selanjutnya papa Bian masuk ke dalam dan mencari Sofia, kebetulan gadis itu sedang berada di dapur bersama Mbok Tati sedang membuat kue seperti biasa. Melihat kehadiran papanya lantas membuat Sofia langsung berlari ke pelukannya.
“ Papa tumben pulang cepat.”
“ Kerjaan papa udah selesai jadi bisa pulang lebih cepat.”
“ Oke, papa mau minum apa? Biar aku buatin.”
“ Nggak usah Sofia, papa mau ngomong sebentar sama kamu.” Lontarnya seketika membuat Sofia mulai tak karuan.
Sofia dan papanya kini berpindah tempat ke ruang kerja papanya, Sofia duduk dengan rasa takut dan mulai menduga-duga apa yang akan papanya katakan. Sementara papa Bian kini sudah duduk di hadapan Sofia dengan sorot mata yang serius.
“ Hari ini kamu nggak mengalami hal buruk kan.?” Tanya papa Bian penuh selidik.
“ Hal buruk apa pah? Hariku enjoy kok, nggak ada yang salah.” Jawab Sofia berusaha terlihat santai.
“ Kamu nggak terlibat kecelakaan apa-apa kan hari ini.?”
Deg...
Sofia terkejut bukan main mendengar papanya membahas soal kecelakaan, ia sendiri tidak tahu kenapa papanya bisa sampai membahas hal ini. Bahkan mang Ujang yang datang menjemputnya waktu itu tidak tahu menahu soal kecelakaan tersebut kecuali dia dan Kayla.
“ Kok diem.?”
“ Aku nggak ngerti maksud papa apa? Aku langsung balik ke rumah kok bareng mang Ujang dan nggak ada kecelakaan apapun.” Jawabnya lirih.
“ Syukurlah kalau nggak apa-apa.”
“ Tapi kok papa tiba-tiba nanya begini kenapa.?”
Papa Bian pun menjelaskan kekhawatirannya setelah mendengar obrolan orang-orang di kantor, dan Sofia kini dapat mengerti. Hampir saja dia ketahuan, untungnya masih ada alasan lain agar papa Bian tidak mengetahuinya.
“ Ya sudah kamu bisa kembali ke dapur lagi.” Ucap Papa Bian di balas anggukan pelan dari Sofia.
**
Papa Bian duduk di ruang kerjanya sambil mencaritahu soal kejanggalan ini, entah mengapa firasatnya sangat kuat bahwa putrinya Sofia mengalami masalah. Dan semua itu ia caritahu dari laporan jumlah saldo yang keluar selama ini.
Papa Bian bahkan menghubungi salah satu temannya yang bekerja di bank untuk memberikan laporan tersebut kepadanya, jika bukan karena papa Bian yang memintanya orang itu takkan mau mengurus hal yang sedikit merepotkan terlebih lagi di malam hari.
Tak lama kemudian laporan itu masuk dan alangkah terkejutnya papa Bian ketika melihat jumlah penarikan yang cukup besar dari rekening yang ia berikan untuk Sofia. selama ini dia selalu mengirimkan uang dengan jumlah yang besar untuk dapat Sofia gunakan jika dewasa nanti, Sofia bukan anak yang boros dan sangat aneh jika jumlah yang habis sampai mencapai ratusan juta.
“ Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa semuanya diam? Sofia, mang Ujang, bahkan Diandra? Apa yang mereka sembunyikan dariku.?” Ucap papa Bian penasaran.
Malam itu papa Bian meninggalkan rumah menuju kediaman mang Ujang dan keluarga, sebelumnya dia sudah memastikan Sofia tidur sehingga tidak menyadari kepergiaannya. Dan sekarang papa Bian sudah berada di depan rumah itu dan mengetuknya sebanyak tiga kali.
Tak menunggu waktu lama sosok mang Ujang keluar membuka pintu, dan di buat terkejut dengan kedatangan papa Bian malam-malam. Tanpa basa basi lagi ia segera mempersilahkan papa Bian masuk, dan papa Bian meminta semuanya untuk ikut berkumpul karena ada hal lain yang ingin dia bahas bersama keluarga mang Ujang.
“ Ada apa pak malam-malam datang kesini.?” Tanya Mang Ujang sudah merasa tidak enak.
“ Iya pak, padahal kan bisa kita yang ke rumah bapak.” Sambung Mbok Tati.
“ Saya nggak mau Sofia dengar pembicaraan kita, makanya saya datang kemari untuk membicarakannya.” Lontar Papa Bian serius.
“ Saya mau tanya, tolong kalian jujur. Apa yang Sofia lakukan setelah pulang sekolah? Yang katanya langsung pulang ke rumah itu bohong kan? “
Semua terdiam, mereka jelas tahu apa yang di lakukan Sofia setelah pulang sekolah biasanya. Namun yang paling tahu hanyalah Diandra yang saat ini bingung harus menjawab apa.
“ Diandra, kamu yang sebelumnya bujuk saya supaya Sofia bisa ikut festival pasti karena ada sesuatu kan.?” Sahut Papa Bian lagi.
“ Non Sofia Cuma nongkrong sebentar sama teman-temannya pak.” Jawab Mang Ujang lirih.
“ Yakin Cuma nongkrong sebentar? Terus ini apa? Pengeluaran berjuta-juta yang bahkan sudah mencapai ratusan juta habis di rekening Sofia? kalian tahu kan Sofia bukan tipe anak yang suka belanja atau menghabiskan uangnya begitu saja, sekarang jelaskan ke saya apa yang di lakukan Sofia sampai dia menggunakan uang di tabungannya.?” Papa Bian menunjukkan bukti penarikan yang selama ini di keluarkan oleh Sofia dan sebagian memberi keterangan di pusat perbelanjaan.
“ Saya bukannya mau provokator pak, jadi sebenarnya uang non Sofia habis bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk ketiga teman perempuannya. Jadi waktu itu saya ikutin mereka dan mereka minta apapun ke non Sofia sedangkan non Sofia hanya patuh dan bayarin semua belanjaan mereka pak.”
“ Kenapa kamu baru kasih tahu saya sekarang? Kemarin-kemarin kemana aja? Saya sekolahin kamu di tempat yang sama dengan Sofia supaya kamu bisa lindungin dia dari hal-hal seperti ini. Dan mang Ujang juga kenapa ngebolehin dia pergi? Kenapa nggak di bawa pulang Sofianya.?”
“ Saya tidak mempermasalahkan soal uang, yang saya permasalahkan disini adalah kalian yang tidak amanah dengan permintaan saya untuk jagain Sofia. saya kecewa loh, padahal kalian udah saya anggap keluarga sendiri tapi soal gini aja kalian tutupin ke saya.” Papa Bian terlihat sangat kesal hingga tak bisa berkata-kata lagi.
“ Kami minta maaf pak.” Ucap Mang Ujang menunduk bersalah.
“ Mulai besok mang Ujang jangan anter jemput Sofia lagi, saya bakal suruh orang lain untuk melakukannya.” Papa Bian pun bangkit dan meninggalkan rumah itu dengan emosi yang masih menggebu-gebu.
“ Diandra, kenapa kamu nggak bilang ke bapak kalau non Sofia di porotin sama teman-temannya.?” Protes Mang Ujang setelah papa Bian pulang.
“ Gimana Diandra mau bilang pak, kalau Sofia nya sendiri keras kepala dan pastinya dia akan memohon-mohon untuk tetap pergi kan.” Balas Diandra ketus.
“ Kamu itu kalau di bilangin orang tua nada suaranya jangan lebih tinggi dari orang tua.” Sahut Mang Ujang.
“ Udah pak, jangan luapin kemarahan bapak ke Diandra. “ Lontar Mbok Tati tak ingin menambah permasalahan lagi.
**
Pagi itu semua terlihat berjalan dengan baik-baik saja, Papa Bian bersikap seperti tidak mengetahui apa-apa dan Sofia yang menyapanya dengan pelukan hangat hingga mereka sarapan bersama dengan tenang.
“ Hari ini kamu di antar sama supir baru kita.” Ucap papa Bian dan membuat Sofia menatapnya terkejut.
“ Kok supir baru sih pah? Mang Ujang emangnya kenapa.?” Tanya Sofia heran.
“ Dia tetap kerja di rumah tapi tidak untuk antar jemput kamu lagi.”
“ Iya, tapi kenapa tiba-tiba gini pah.?”
“ Menurut kamu kenapa papa kaya gini.?”
“ Mana aku tau, papa kok jadi aneh kaya gini.”
Peep..peep...
Terdengar suara klakson mobil di luar sana yang membuat Papa Bian memberitahu Sofia bahwa dia adalah supir baru yang akan mengantarnya pergi dan pulang sekolah.
“ Aku nggak mau sama orang baru, aku takut.” Tolak Sofia.
“ Dia bukan orang baru, dia kenalan papa dan papa percaya kalau dia yang mengantar kamu akan jauh lebih baik.” Balas Papa Bian ketus.
“ Terus Diandra bagaimana.?”
“ Dia bisa naik taksi atau ojek, kamu nggak usah pikirin soal itu yang terpenting kamu dengar aja apa kata papa sekarang.”
Sofia tidak mengerti kenapa papanya mendadak seperti ini, dan pada akhirnya Sofia harus mengikuti perintah papanya dengan berangkat sekolah bersama supir baru itu. Entah bagaimana nasib Diandra sekarang, bahkan dia tidak bisa bersama cowok itu lagi berangkat ke sekolah.
**
Sofia tiba di sekolah dengan selamat, dia langsung berjalan menuju kelasnya namun sebelum itu dia menoleh ke arah supir yang mengantarnya dan ternyata dia tetap disana menunggunya sampai waktu pulang tiba.
Sofia pun langsung melesat ke ruang kelas, ia berharap Diandra sudah ada disana sehingga bisa menanyakan masalah ini. Dan setibanya di kelas ternyata cowok itu sudah duduk di kursinya sambil membaca sebuah buku seperti biasa.
“ Diandra, aku~” Terlihat Diandra yang memutar tubuhnya seakan tak ingin mengajak Sofia bicara yang membuatnya semakin kebingungan.
“ Kok kamu bersikap gini sih? Aku salah apa sama kamu.?” Tanya Sofia namun tak mendapat respon apapun darinya.
“ Guys dengar, nanti kita latihan lagi ya. Jadi sehabis pulang sekolah jangan ada yang pulang dulu. “ Seru Rafli si ketua kelas yang mengalihkan perhatian Sofia saat itu.
Ketika hendak mengajak Diandra bicara lagi tiba-tiba saja bel sudah berbunyi di susul kedatangan guru mata pelajaran yang dengan cepat mengeluarkan buku dan siap untuk memberikan materinya.
**