Chapter 2

1734 Kata
Sejak kejadian kemarin kelas Sofia di tiadakan dulu untuk sementara, Papa Bian menginginkan Sofia untuk istirahat lebih lama. Kondisi Sofia saat ini sudah baikan, namun papa Bian tidak ingin membuat putrinya kelelahan. Kebetulan hari ini Papa Bian sedang libur, sehingga Sofia memiliki teman mengobrol di rumah. Sofia dan Papa Bian menghabiskan waktu dengan membuat kue di dapur. Satu dapur di buat berantakan oleh dua manusia itu yang berusaha untuk membuat cup cake. Mbok Tati yang menawarkan diri untuk membantu di tolak mentah-mentah oleh Sofia dan papanya, ayah dan anak itu hanya ingin membuat kue tanpa di bantu oleh yang profesional di bidang masak memasak. “ Papa payah.” Seloroh Sofia pada cup cake buatan Papa Bian yang terlihat sangat aneh. “ Memangnya kamu juga nggak payah, cup cake papa hasilnya bagus begini kok.” “ Ya sudah kita kasih mbok Tati buat nilai ya.” “ Tapi nanti yang menang boleh minta apapun yang di inginkan ya.” Seru Sofia langsung di balas anggukan setuju dari papa Bian. “ Mbok...mbok tati.” Panggil Papa Bian dan kembali mendatangkan wanita setengah baya itu. “ Ada apa pak.” Sahut Mbok Tati yang kini sudah berada di dapur. “ Nilai mbok, cup cake buatan siapa yang paling bagus penampilannya.” Papa Bian menunjukkan dua cup cake miliknya dan Sofia di hadapan mbok Tati. “ Hmm, maaf ya pak. Tapi punya Non Sofia yang paling bagus dari segi penampilan.” Komentar mbok Tati sukses membuat Sofia kegirangan. “ Nah, sekarang papa harus kabulin keinginan aku.” Seru Sofia menatap papa Bian penuh semangat. “ Oke..oke, kamu maunya apa sekarang.?” Tanya Papa Bian pasrah. “ Aku mau jalan-jalan ke taman bermain.” Lontar Sofia namun mendapat respon yang kurang baik dari papa Bian. “ Nggak, papa nggak mau ngajak kamu kesana.” Papa Bian beranjak dari dapur kemudian di ikuti oleh langkah kecil Sofia. “ Tapi kan papa sudah janji bakal kabulin keiinginan aku kalau cup cake buatanku menang.” Sahut Sofia berusaha membujuk papa Bian. “ Papa lebih milih beliin kamu taman bermain dari pada ngajak kamu kesana.” “ Tapi kenapa? Aku Cuma mau bermain disana pa.” Papa Bian menoleh ke arah Sofia dan menyamakan tinggi mereka dengan menatapnya teduh. “ Sofia dengar, papa nggak mau kamu kenapa-napa di luar sana. Dan juga kondisi kamu saat ini tidak memungkinkan untuk keluar rumah. Kamu boleh minta barang apapun yang kamu mau sebagai gantinya, nanti papa akan beliin oke.” Papa Bian mengelus kembut kepala Sofia sebelum akhirnya pergi meninggalkan gadis itu. Sofia menatap kepergian papanya dengan tatapan sendu, papanya selalu saja mengganti keiinginannya dengan sebuah barang. Jika dia ingin keluar rumah dan bersenang-senang selalu berakhir seperti ini, terpaksa dia harus menurutinya dari pada berujung pertengkaran dengan papa Bian. ** Sinar mentari merembet masuk melalui cela-cela jendela kamar milik seorang gadis cantik itu, suara alarm yang bebrunyi lembut membuatnya membuka kedua matanya secara perlahan dan tangan mungilnya mengakhiri bunyi dari alarm tersebut. Menjadi seorang Sofia tidak perlu bangun terlalu cepat pun terlalu lama, terserah dari dirinya mau melakukan apapun di pagi hari. Tidak ada persiapan untuk ke sekolah, menyiapkan ini dan itu karena semua sudah tersedia tanpa harus dia lakukan. Mungkin kisah hidup Sofia lebih cocok di gambarkan sebagai princess Rapunzel yang di kurung di sebuah kastil dimana dirinya tidak bisa kemana-mana oleh ibunya, tapi yang membedakan adalah Sofia tidak bisa kemana-mana karena sang Papa. “ Sofia, apa kau sudah bangun sayang.?” Sahut Papa Bian dari luar kamar. “ Sudah pa, Sofia lagi beres-beres tempat tidur.” “ Ya udah, papa tunggu di meja makan ya.” “ Iya, Pa.” Paling tidak sarapan pagi bersama Papa Bian adalah kegiatan pagi yang harus di lakukannya, kecuali jika dia sakit maka makanan yang akan datang ke kamarnya. Dan setelah menyelesaikan urusannya di kamar barulah Sofia turun menemui Papa Bian yang sudah menikmati sarapan paginya lebih dulu. “ Selamat pagi pa.” Sahut Sofia di balas kecupan singkat dari Papa Bian. Sejak Sofia masih kecil hal itu sudah di terapkan oleh Papa Bian, dia akan mengecup kepala Sofia dan mengajaknya makan bersamanya. Sofia bisa merasakan rasa sayang papa Bian dari caranya memperlakukan dia setiap hari, dan di samping itu juga ia bisa merasakan protektifnya seorang Papa Bian kepadanya. “ Jadi gimana kamu udah mutusin mau di beliin apa.?” Tanya Papa Bian melirik Sofia lurus. “ Hmm, terserah papa aja.” Balas Sofia lirih. “ Kok terserah papa sih, emang kamu nggak ada mau sesuatu.?” “ Kalau aku mau sesuatu percuma pa, papa kan nggak akan ngasih ke aku.” Percakapan itu berakhir saat Papa Bian menatap putrinya dengan wajah cemberut, kemudian Mbok Tati melirik Papa Bian dengan maksud menyuruhnya untuk memberikan apa yang di inginkan oleh Sofia. “ Ya sudah hari minggu nanti kita ke taman hiburan.” Ujar papa Bian sukses membuat Sofia terkejut bukan main. “ Papa serius? Nggak bohong kan.” “ Papa serius.” “ Yeahhh, I love you so much Papa.” Seru Sofia sambil memeluk papanya dengan penuh semangat. ** Sofia menjadi lebih bersemangat setelah Papa Bian menyetujui keinginannya untuk bermain di luar, ketika pelajaran bu Rosa sedang berlangsung terlihat jelas kalau Sofia sedang kegirangan yang membuat Rosa menyadari hal tersebut. “ Sepertinya kamu lagi senang ya.” “ Iya bu, soalnya papa janji mau ajak aku main di taman bermain.” “ Emang kamu belum pernah pergi ke taman bermain sama sekali.?” “ Belum bu, Papa biasanya Cuma ngajak ke mall sama taman dekat kompleks.” “ Ibu senang mendengarnya, kamu have fun ya disana.” “ Kira-kira taman bermain yang bagus di Jakarta apa ya bu.?” “ Hmm.., banyak sih. Ada Dufan, Ancol, Taman Mini juga bagus.” “ Aku makin jadi nggak sabar loh Bu.” Bu Rosa menyentuh kepala Sofia lembut dan menyuruhnya untuk kembali fokus belajar, wanita itu bisa menyadari betapa bahagianya seorang Sofia dengan keinginannya untuk bermain di taman hiburan sebentar lagi akan terwujud. ** Sore itu Sofia dan Mbok Tuti sedang sibuk membuat makanan untuk nanti malam, tugas Sofia hanyalah menyiapkan piring yang akan di gunakan dan juga sendok garpu. Dia sangat ingin bagian memotong sayuran tapi Mbok Tati melarangnya, semua benda tajam tidak boleh di berikan kepada Sofia atas perintah Papa Bian tentunya. “ Mbok, Sofia mau tanya soal mama.” Ucap Sofia tiba-tiba mengejutkan mbok Tati. “ Mama nya Non Sofi.?” “ Iya, mama itu orangnya gimana mbok? Sama kaya Papa nggak sifatnya.?” “ Ibu April mamanya Non Sofi itu orangnya baik banget, lembut, dan juga sopan banget.” “ Bapak ke Ibu itu sama protektifnya ke non Sofi sekarang, Bapak sayang banget ke Ibu sampai rela melakukan apapun demi ibu. Terus sifat ibu yang lembut selalu bisa buat bapak luluh, mereka itu pasangan yang serasi banget deh. Kalo bisa sih mereka dapat penghargaan couple..couple gitu non.” “ Couple of the year maksudnya.” “ Nah itu non, couple...couple itu lah pokoknya.” “ Coba aja mama masih ada, mungkin kita bertiga bisa sering-sering liburan.” Ucap Sofia dengan wajah yang memelas. “ Non Sofi jangan sedih dong, kan masih ada Bapak, Mbok, sama Mang Ujang.” Seru Mbok Tati tak ingin membuat Sofia bersedih. “ Iya mbok, nggak. Ngomong-ngomong mbok punya anak juga nggak.?” Tanya Sofia merubah topik pembicaraan. “ Punya, dia seumuran sama non Sofi namanya Diandra.” “ Anak mbok cowok, kenapa nggak di bawa ke rumah ini aja biar tinggal bareng kita.” “ Diandra sekolah di kampung, dia juga nggak mau tinggal di kota katanya ribet.” “ Padahal kalau ada dia aku pasti punya teman.” “ Kapan-kapan mbok bawa dia tinggal di sini biar kenal sama non Sofi.” “ Janji ya mbok.” “ Iya janji non.” ** Hari ini adalah hari minggu, pergi ke taman hiburan sebentar lagi akan terwujud dan saat ini Sofia sedang bersiap-siap dengan memilih pakaian terbaik dan menata rambutnya di bantu oleh Mbok Tati. Dengan model rambut yang di kuncir dua membuat Sofia terlihat sangat manis, dia memakai dress pink muda dan tas ransel dengan warna yang senada. Kini Sofia telah siap dan segera menemui papa Bian di bawah. “ Pah, aku sudah siap.” Seru Sofia sambil menuruni anak tangga. “ Hey, hati-hati jangan berlari seperti itu nanti kamu jatuh.” “ Nggak jatuh kok, yuk pa kita berangkat.” Sofia meraih tangan papanya dan berjalan bersama menuju mobil, hari ini Papa Bian yang khusus membawa mobil sehingga hanya ada mereka berdua di dalam mobil tersebut. “ Kita mau taman hiburan mana pa.?” Tanya Sofia melirik papa Bian dengan tatapan berbinar. “ Dufan aja gimana?” “ Kemana pun itu yang penting taman hiburan.” “ Oke, kita berangkat.” ** Untuk pertama kalinya dalam hidup Sofia dapat menyaksikan langsung seperti apa taman hiburan yang selama ini di lihatnya melalui media sosial, dia baru tahu kalau tempat itu sangat besar dan juga ramai untuk dirinya yang jarang keluar rumah. “ Pah aku mau naik wahana itu.” Tunjuk Sofia pada salah satu wahana roller coaster. “ Jangan yang itu, yang lain aja.” Tolak Papa Bian. “ Kalau gitu aku mau yang itu.” Tunjuk Sofia pada Wahana Tornada. “ Jangan yang itu.” “ Ontang anting.?” “ Jangan.” “ Kora-kora.?” “ Jangan.” “ Kok jangan semua pah, percuma dong kesini kalo yang itu jangan yang ini jangan.” Protes Sofia kesal. “ Yang itu aja.” Tunjuk papa Bian pada sebuah komedi putar. “ Tapi aku udah sering naik itu kalau kita ke mall, waktu aku kecil papa suka bawa aku ke time zone buat naik kuda-kuda. Aku nggak mau yang kaya gitu, aku maunya yang lebih menantang pah.” “ Tapi kamu masih kecil, umur kamu belum cukup buat naik wahana kaya gitu.” “ Kata siapa, aku kan udah 15 tahun pah.” “ Main yang lain aja ya” Sofia terpaksa menuruti ucapan papanya dengan hanya menaiki wahana komedi putar, dan mereka bermain cukup sekali setelah itu papa Bian mengajak Sofia bermain di wahana yang sekiranya aman untuk Sofia. “ Papa nyebelin.” Ucap Sofia pelan. Waktu itu mereka sedang istirahat untuk makan siang, Papa Bian pergi memesan makanan sementara Sofia duduk di meja yang telah mereka pesan. Melihat Papa Bian yang sibuk mengantri membuat Sofia kemudian nekat untuk pergi sendirian. “ Maaf pah, tapi aku mau banget naik wahana lain.” Ucap Sofia dengan langkah cepat meninggalkan kafe itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN