25

2035 Kata
Keesokan harinya Sofia sudah kembali ke sekolah lagi setelah dua hari izin karena sakit, awalnya dia takut melangkah masuk ke dalam karena tak ingin mendengar omongan orang-orang tentangnya dan papa Bian. Namun siapa sangka ketika dirinya berjalan masuk hingga berada di koridor sekolah menuju kelas, tak ada satupun yang membicarakan soal itu lagi. Bahkan tak ada yang menatapnya dengan tatapan yang aneh, dan ketika dia tiba di kelas pun semua teman kelasnya langsung menghampiri Sofia dan meminta maaf. Mereka mengaku bersalah telah menuduh hal yang tidak-tidak kepadanya dan papa Bian. Sofia yang terlalu cepat untuk memaafkan orang pun menerima permintaan maaf mereka, meskipun kemarin ucapan mereka sangat menyakitkan tapi setelah mendengar permintaan maaf dari mereka rasa sakitnya perlahan menghilang. Semua murid pun kembali ke tempatnya masing-masing setelah mendengar bunyi bel. Saat itu Sofia melirik Kayla yang sedang memperhatikannya di kursinya. Namun ketika Sofia menyapanya gadis itu langsung mengalihkan perhatiannya dan membuat Sofia bingung. “ Kayla kenapa.?” Benak Sofia penasaran. Kelas pun di mulai ketika seorang guru memasuki ruang kelas, Sofia sesekali menoleh ke arah teman-temannya. Hanya Kayla yang terlihat enggan untuk membalas tatapannya, sedangkan Naura dan Mayang masih menatapnya dengan senyuman. Sofia pun terpaksa harus menanyakannya nanti setelah jam pelajaran usai, dia merasa tidak nyaman dengan sikap Kayla yang seperti itu. Hatinya terasa di cabik dan membuatnya terus kepikiran. ** Sofia buru-buru berdiri dari kursinya setelah pelajaran selesai, dia langsung menghampiri Kayla dan yang lain untuk mengajak mereka ke kantin. Tapi saat itu Kayla langsung menolak untuk ke kantin yang membuat semuanya kompak menatap Kayla. “ Lo sakit? Tumben nolak di ajak ke kantin.” Seloroh Naura. “ Gue males liat muka seseorang.” Balasnya sambil menatap ke arah lain. “ Kamu malas lihat muka aku Kay.?” Sahut Mayang yang mendekatkan wajahnya secara langsung pada Kayla. “ Apaan sih, kalian pergi aja sana. Gue mau di kelas aja.” Protes Kayla yang terlihat benar-benar berbeda dari biasanya. Alhasil hanya Sofia, Naura, dan Mayang saja yang pergi ke kantin. Dan setibanya di kantin mereka memesan makanan kesukaan mereka masing-masing, tak lama setelah itu seorang pria datang ke meja mereka dan mengaku ingin bergabung. “ Silahkan kak.” Seru Naura mempersilahkan. Dava pun duduk di sebelah Mayang dan berhadapan dengan Sofia, kedatangan Dava saat itu tentu saja membuat mereka bertiga bingung. Naura dan Mayang berharap Kayla ada disana sehingga dia dapat melihat pria yang di taksirnya yang ikut makan bersama mereka. “ Kamu gimana, udah sehat.?” Tanya Dava pada Sofia yang saat itu hendak menyuap makanannya namun tidak jadi. “ Sudah kak.” Balasnya pelan. “ Syukurlah, baru aja aku mau jengungkin kamu kalau kamunya masih sakit.” Sofia hanya senyum-senyum kecil bingung harus menjawab apa, sementara itu Naura dan Mayang terus memberi kode tentang mereka berdua yang seperti larut dengan dunia mereka sendiri tanpa menyadari keberadaan mereka juga disana. Selepas makan di kantin mereka pun kembali ke kelas, Sofia sudah membeli makanan dan minuman untuk Kayla dan bersiap untuk memberikannya kepada gadis itu. Naura mendadak bertanya kepada Sofia tentang Dava senior mereka itu, begitu pun Mayang yang sangat kepo ingin tahu. “ Lo naksir sama kak Dava ya.?” “ Nggak, aku nggak naksir sama dia.” “ Tapi kak Dava kelihatan naksir sama lo.” “ Iya Sof, kak Dava keliatan banget suka sama kamu.” Sambung Mayang. “ Kalau saran gue sih mending lo langsung bilang ke kak Dava deh, soalnya di kelas kita juga ada yang suka sama kak Dava.” Ucap Naura. “ Siapa.?” Tanya Sofia penasaran. “ Kayla, siapa lagi.” Sofia baru paham sekarang, dia mulai tahu kenapa sikap Kayla kepadanya sangat berbeda. Setelah dia tahu alasannya, Sofia akan meluruskan semua ini kepada Kayla. Dia merasa lega karena ternyata hanya permasalahan ini saja sehingga mereka berdua tidak saling bicara. ** Bel tanda pelajaran telah usai baru saja berbunyi dan semua murid bergerak meninggalkan kelas, Sofia meraih tasnya dan menghampiri Kayla lagi. Kali ini dia mengajak gadis itu untuk pulang bersama, Kayla yang enggan menatap wajah Sofia langsung menolaknya mentah-mentah. “ Tapi Kay, aku mau ngomong serius sama kamu. Atau kamu mau aku bilang di sini aja sekarang.?” Sahut Sofia saat Kayla langsung beranjak dan hendak pergi. Kayla menoleh dan menarik tangan Sofia meninggalkan kelas, dia melarang Naura dan Mayang untuk ikut bersamanya karena dia hanya ingin bicara dengan Sofia saja. Setelah cukup jauh dari kelas Kayla langsung melepaskan tangan Sofia yang membuat pergelangan tangannya sakit, dia menatap Kayla bingung namun tidak berani mengatakan apapun. “ Lo mau ngomong apa? Jangan buat mood gue makin jelek deh.” “ Aku Cuma mau bilang kalau aku sama kak Dava nggak ada hubugan apa-apa, aku nggak suka sama kak Dava.” Balas Sofia lirih. “ Jadi lo pikir gue nggak mau lihat wajah lo karena kak Dava.?” Sofia mengangguk pelan, dia tak dapat memikrikan apapun lagi. Sebaliknya Kayla nampak lebih kesal dari sebelumnya. “ Dengar ya Sof, gue itu benci sama lo karena selama ini lo itu udah bohong ke gue dan ke yang lain kalau ternyata bokap lo itu atasan bokap gue. Lo kan tau selama ini gue banggain kerjaan bokap gue ke yang lain, gue malu tau bertindak kaya orang bodoh kemarin-kemarin.” “ Justru aku sengaja diam karena nggak mau buat kamu malu.” “ Awas aja kalo lo ngomong ke mereka kalau bokap gue bawahan bokap lo.” “ Aku nggak bakal bilang ke mereka Kay.” Kayla mulai menghela nafas panjang, dia mengangguk pelan dan segera meninggalkan Sofia. Melihat hal itu Sofia hanya dapat terdiam, dia tak tahu kalau alasan sebenarnya adalah karena pekerjaan papanya. ** Sore itu Sofia dan Mbok Tati sedang menata ulang kamar Sofia dimana barang-barang tak terpakai akan di singkirkan dan hanya barang yang dia butuhkan saja boleh tetap tinggal. “ Non Sofi, ini tas sama sepatunya kok tinggal dikit yah? Perasaan mbok dulu ada banyak deh.” “ Mbok jangan tanya papa Bian ya.” “ Nggak non, emang kenapa.?” “ Aku udah kasih ke teman-teman aku yang waktu itu sering main ke rumah.” Mendengar hal tersebut tentu tak membuat Mbok Tati senang, dia tahu kalau teman-teman Sofia memiliki sikap yang buruk. Tapi dia tak berani menasehati Sofia karena bagaimana pun juga mereka dalah teman pertamanya. “ Mbok baju-baju yang ini di sumbangin aja ke panti asuhan, semua boneka-boneka aku juga, dan juga mainan aku yang dulu di sumbangin aja.” “ Terus mau di ganti apa non.” “ Aku mau kamarku luas aja, aku udah dewasa jadi nggak butuh boneka dan mainan lagi.” “ Ya udah mbok panggil mang Ujang dulu buat bawa turun semua barangnya.”Ujar Mbok Tati segera beranjak turun. Sofia terdiam di depan lemari kaca koleksi mama April yang membuatnya tersenyum tiap kali melihat semua koleksi itu, Sofia kemudian ingat ada satu tas yang menjadi favoritenya menghilang. Dan tas itu persis dengan tas yang kemarin di pakai Kayla saat makan malam bersama. Kemudian Sofia mengecek koleksinya yang lain, memang benar banyak yang hilang mulai dari tas, sepatu, baju, hingga perhiasan. Meskipun dia jarang memakainya tapi dia tahu kalau barang itu tidak ada di tempatnya. “ Nggak mungkin mereka yang ambil kan.?” Benak Sofia terlihat bingung. “ Waktu itu Diandra juga pernah bilang soal ini, tapi aku harus gimana? Apa aku harus minta balik? Tapi kalau dia marah gimana? “ Sebenarnya tak masalah bagi Sofia jika ia kehilangan tas yang mahal, tapi masalahnya itu adalah peninggalan mamanya yang dia juga sangat suka. Alhasil Sofia pun bingung sendiri harus berbuat apa untuk mengetahuinya. ** Hari minggu pun tiba, saat ini Sofia sedang asyik bersantai di ruang tengah sambil menikmati semangkuk es krim dan menyakiskam siaran televisi. Papa Bian sedang di ruang kerjanya seperti biasa, meskipun hari libur beliau akan tetap memantau pekerjaan dari rumah. Merasa bosan dengan kegiatannya hari itu, dia pun inisiatif untuk pergi ke rumah Diandra. Sebelumnya Sofia meminta izin pada papa Bian kalau dia ingin kesana, dan beruntung dia mendapat izin sehingga membuat Sofia langsung melesat ke rumah itu. Setibanya disana bukannya bertemu Diandra, Sofia justru bertemu dengan mang Ujang yang sedang sibuk merapihkan halaman rumah. Saat dia bertanya soal Diandra, mang Ujang menjawab kalau Diandra sudah pergi sejak tadi pagi sama teman ceweknya. “ Kok mang Ujang kasih izin sih dia jalan sama cewek.?” Protes Sofia terlihat kesal. “ Soalnya dia teman Diandra di desa non, mang Ujang kenal kok sama dia.” “ Ya tetap aja jangan di kasih izin dong kalau mereka pergi berdua.” “ Mang Ujang kasihan sama Diandra, selama dia tinggal di Jakarta dia belum pernah pergi jalan-jalan keliling kota, kebetulan temannya itu udah hafal kota Jakarta makanya Diandra pergi sama dia non.” Penjelasan Mang Ujang tetap membuat Sofia sebal, dia tahu kalau hal itu tidak bisa di lakukannya karena dia sendiri belum hafal betul kota Jakarta. Alhasil Sofia beranjak pulang dengan ekspresi yang tak bisa di tutupi lagi, mang Ujang sampai kebingungan melihatnya. ** Malamnya Sofia tampak sangat bosan, dia tidak tahu apa yang harus di lakukan. Ingin mengerjakan tugas tapi dia sudah menyelesaikannya dua hari lalu, ingin tidur tapi dia belum mengantuk sama sekali. Masih pukul 8:00 malam, Sofia merasa terlalu cepat baginya untuk tidur sehingga ia pun bangkit dari kamarnya menuju lantai satu. Mbok Tati belum pulang, dia masih berada di belakang sementara papa Bian mungkin sudah tidur. Ketika Sofia berjalan ke halaman belakang, dia terkejut karena ternyata ada Diandra yang sedang menunggu Mbok Tati. Sofia menatap Diandra dengan wajah kesal, sedangkan cowok itu menatap Sofia dengan wajah kebingungan. “ Senang ya abis keliling Jakarta berdua sama cewek.” “ Kok kamu tau.?” “ Ya ialah aku tahu, tadi aku ke rumah mau ajak kamu main. Mang Ujang bilang kalau kamu pergi jalan-jalan.” “ Kamu kemana aja.?” Sofia kesal namun ingin mengetahuinya dengan jelas. “ Dufan, Mcd, bioskop, dan yang terakhir gramedia.” Jawab Diandra terlihat bangga saat menyebutkannya. Dari semua yang di sebutkan Diandra hanya Dufan saja yang pernah di kunjungi olehnya, dia cemburu karena Diandra sudah pergi ke tempat itu dari dirinya. Dan yang lebih membuat Sofia kesal adalah Diandra pergi tanpa mengajaknya sama sekali. “ Aku juga mau pergi ke tempat yang kamu sebut barusan.” Ucap Sofia dengan wajah memelas. Diandra kemudian bangkit dari tempatnya dan menghampiri Sofia sambil tersenyum simpul. “ Kamu harus mendapat izin dari papa kamu dulu, kalau sudah dapat aku bisa kok temenin kamu kesana.” Kata Diandra. “ Janji ya.” “ Aku janji.” Sofia dengan mudahnya merubah mood perasaannya dari yang tadi jengkel menjadi senang, dia akan mengusahakan kepada papa Bian untuk memberinya izin pergi bersama Diandra, dan dia akan memastikan semua itu berhasil. ** “ Nggak.” Ucap papa Bian tegas. “ Tapi pah, aku Cuma mau pergi jalan-jalan sama Diandra aja.” Rengek Sofia saat di meja makan ketika mereka sedang sarapan pagi. “ Kamu lupa sama kejadian waktu itu di Dufan? Belum lagi kejadian di puncak. Papa nggak mau kamu kenapa-napa, udah ya jangan minta yang aneh-aneh lagi.” Papa Bian pun menyelesaikan sarapannya dan beranjak pergi ke kantor. Papa Bian sudah tidak memberikan kecupan selamat tinggal lagi kepada Sofia semenjak hari itu, dan Sofia pun hanya bisa menatap kepergian papanya dengan raut wajah yang sedih. Papa Bian yang berada di luar pun meminta mang Ujang untuk menjaga Sofia agar tidak kemana-mana sepulang sekolah, dia juga meminta kepada mang Ujang untuk memberitahu Diandra menolak setiap ajakan yang di ucapkan Sofia. “ Baik pak, saya akan sampaikan.” Kata Mang Ujang. “ Ya udah, saya percaya sama mang Ujang.” Lontar Papa Bian sebelum akhirnya masuk ke dalam mobilnya. Tak lama setelah itu Sofia keluar membawa tasnya dengan wajah sendu, mang Ujang lantas membukakan pintu mobil untuknya dan setelah itu mereka pun berangkat ke sekolah. Saat melihat Diandra yang berangkat sekolah menggunakan ojek online, saat itu Sofia meminta kepada mang Ujang untuk memanggil Diandra bersamanya namun mang Ujang menolak. “ Mang Ujang kok bolehin dia naik ojek kalau kita punya mobil.?” “ Mobil ini khusus untuk non Sofia. sekolah Diandra juga berlawan arah dari sekolahnya non Sofi, yang ada nanti Diandra telat ke sekolah kalau dia ikut kita.” “ Padahal aku kangen berangkat sekolah bareng Diandra.” Kata Sofia menatap keluar jendela mobil dengan ekspresi yang memelas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN