Rafael menekan bel beberapa kali. Alen memang lebih sering menghabiskan hari libur dengan memeluk guling kesayangannya. Wajar saja kalau lelaki itu belum juga membuka pintu. Beberapa saat sebelum keluar sampai di apartemen sahabatnya itu, Rafael sudah menghubungi lewat telepon untuk memastikan kalau Alen ada di rumah. Beberapa saat kemudian, pintu apartemen Alen terbuka. Lelaki berambut blonde itu meminta Rafael untuk masuk ke dalam dan menutup pintunya kembali. Dari wajah Rafael yang kusut, Alen yakin kalau ada masalah yang berkaitan dengan Sofia. "Minumlah," Alen memberikan sekaleng bir. Rafael menerima tanpa ekspresi. "Ada apa, Raf? Sofia lagi?" tebak lelaki berperawakan kerempeng itu. Rafael mengangguk. Memangnya siapa lagi yang mampu membuat hatinya porak-poranda seperti sekara