Canggung

1117 Kata
Rere hanya bisa tersenyum untuk menutupi rasa sakit di hatinya. Sungguh dia masih ingat apa yang dikatakan oleh Bryan pada ayahnya. Hanya karena sebuah keterpaksaan demi menjaga nama baik keluarga. Ya... Hanya terpaksa. Rere pun menarik napas panjang kemudian menghembuskan nya perlahan. Semua masih begitu jelas membekas di ingatan. Saat dia menghabiskan malam pertamanya dengan tidur saling memunggungi. Menikmati malam yang hangat dengan berselimut tebal. Bukan dengan berpelukan seperti pengantin baru lainnya. Bahkan melakukan hal itu saja tidak sama sekali. Bryan hanya memeluknya dari belakang saat di balkon lalu mengajaknya untuk tidur. Benar-benar tidur di ranjang. Namun, pagi ini perlakuan Bryan padanya sungguh berbeda saat di depan keluarga. Bryan begitu manis seolah mereka adalah pasangan suami istri yang berbahagia karena pernikahan ini. Lagi-lagi Rere merasa napasnya begitu berat. Seolah oksigen terus menjauh dari dirinya. Membuat nya harus menarik napas dengan kuat untuk bisa memenuhi paru-parunya. Namun, lagi-lagi Rere tak bisa jujur dengan sikapnya. Gadis itu terpaksa harus bersikap baik-baik saja di hadapan keluarga. Semua demi perasaan mereka. Dan mengabaikan perasaan nya sendiri. Bryan menyadari apa yang terjadi pada Rere. Pria itu sadar Rere sakit hati padanya. Tapi mau bagaimana lagi. Bryan terpaksa seperti ini. "Kamu kenapa, Re?" Tanya Aurel menyadari raut wajah Rere yang berbeda. Rere pun segera mengangkat wajahnya. Gadis itu menatap Aurel kemudian menyapukan pandangannya ke semua orang yang duduk bersamanya. Lagi-lagi Rere hanya tersenyum sambil menghempaskan napas perlahan. Berusaha untuk baik-baik saja. Menatap kak Rayyan, lalu beralih ke Orlando dan Cantika. Pasangan pengantin yang berbahagia. Lalu kepada nyonya Wilson. Rere melihat dengan jelas ibu mertua nya tampak tersenyum manis padanya. Dan tatapannya pun berhenti pada Tuan Wilson. Rere melihat wajah dingin ayah mertuanya. Walaupun pria itu tersenyum tipis padanya. Entah ini hanya perasaan nya saja atau bagaimana? Rere pun berpikir mungkin karena dia mendengar percakapan antara Bryan dan ayah mertuanya. Kini Rere pun menoleh ke arah suaminya. Bryan tampak tersenyum manis padanya. Seolah tak terjadi apa-apa. Ya... Mungkin Rere memang harus masuk ke dalam sandiwara pernikahan ini. Saat ini Bryan memang tampak tersenyum pada Rere. Namun, nyatanya pria itu khawatir jika Rere tak mampu menutupi kebenaran yang terjadi di antara mereka. Tapi Bryan tak mampu menahan Rere. Dia memilih untuk percaya pada istrinya. Bryan pun menatap Rere yang segera memalingkan wajahnya ke arah Abangnya. "Abang Raynand dan kak Zahra kemana? Kok enggak ikut makan bersama?" Tanya Rere mengalihkan pembicaraan. Seketika Bryan mampu bernapas lega. Oksigen benar-benar full berada di sekitarnya. Sedangkan kini Rayyan yang tampak terkejut dengan pertanyaan Rere. "Oh tadi Abang Raynand pulang duluan sama Kak Zahra," ucap Aurel yang menyadari kegugupan Rayyan. Hal itu membuat Rere berpikir ada hal yang sempat terjadi di antara dua Abangnya ini. Rere pikir dia akan bicarakan hal ini nanti bersama Abang nya. Tapi tidak di sini. "Oh begitu," ucap Rere tersenyum kemudian kembali menikmati sarapan paginya. Rere pun mulai menyantap nasi goreng nya. Kemudian meraih salad buah untuk menu selanjutnya. Dan kali ini gadis itu tak menyadari sudut bibirnya tampak kotor karena mayonaise. Rere terlalu menikmati salad buahnya. Rasanya benar-benar manis, segar dengan rasa asam yang pas. Tak lupa ada rasa gurih dari parutan keju di atasnya. Di sisi lain Bryan tersenyum menatap istrinya yang begitu menikmati salad buah. Bahkan sampai tak menyadari kalau sudut bibirnya ada mayonaise yang menghiasi di sana. Kini Bryan meraih sebuah tisu. Kemudian mengusap sudut bibir istrinya dengan tisu. Deg... Seketika Rere merasa jantungnya berhenti berdetak. Hal yang dilakukan oleh Bryan begitu tiba-tiba. Tanpa pernah dia duga sebelumnya. Sejenak Rere merasa begitu terpukau melihat perhatian Bryan yang sederhana. Memang terkesan sederhana. Namun, bagi Rere ini adalah hal yang sangat luar biasa. Belum pernah dirinya diperlakukan seperti ini oleh seorang pria. Karena kenyataannya Rere memang tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun. Bahkan dia adalah gadis yang sangat menjaga jarak dengan seorang pria yang bukan muhrimnya. Rere memang gadis luar biasa. Sungguh beruntung pria yang menjadikannya sebagai seorang istri. "Tadi ada mayonaise," ucap Bryan santai kemudian melipat tisunya. Dan kini pria itu pun tampak melanjutkan sarapan paginya. Tak bertanggung jawab pada jantung Rere yang terus berdetak kencang seperti pacuan kuda. Di sisi lain, Nyonya Wilson tampak tersenyum melihat Apa yang dilakukan oleh Brian pada istrinya. Setidaknya dirinya merasa sangat lega. Dan Nyonya Wilson merasa yakin, suatu saat nanti Brian akan mampu mencintai istrinya dengan sangat luar biasa. Karena Rere adalah gadis yang tak patut untuk disia-siakan. Sedangkan Tuan Wilson Hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Berbeda dengan istrinya, Tuan Wilson justru merasa khawatir. Selamat sangat khawatir jika Rere benar-benar mempersembahkan hatinya pada Bryan. Sedangkan dia tahu sendiri seperti apa Brian putranya. Bryan memang bukan laki-laki b******k. Pria itu justru sangat santun dan penyayang. Wajar jika Brian mudah melakukan sikap sebaik itu kepada Rere. Karena memang Brian kepada siapapun perhatian dan penyayang. Yang Tuan Wilson takutkan adalah kekecewaan hati Rere saat tahu Bryan tidak pernah mencintai nya. Tuan Wilson benar-benar tidak tega jika menyaksikan hal itu sampai terjadi. Saat ini Rere benar-benar tak mampu konsentrasi dalam menikmati sarapan paginya. Semua itu karena jantungnya yang terus berpacu kencang. Dan akhirnya Rere pun tersedak. Seketika Brian segera menuang air putih ke dalam gelas. Kemudian pria itu membantu Rere untuk meminum air pemberiannya. "Ya Allah, Re. Kok sampai tersedak sih. Pelan-pelan dong makan nya. Ayo minum," ucap Bryan hendak membantu Rere untuk meminum air pemberiannya. Namun istrinya justru menolak. Rere memilih untuk meraih gelas di tangan Bryan kemudian meminumnya sendiri. "Aku bisa sendiri," ucap Rere dengan wajah merona. "Pelan-pelan Sayang makannya," ucap Nyonya Wilson pada menantunya. "Iya, Mom. Maaf," ucap Rere. "Enggak usah minta maaf," ucap Bryan benar-benar tidak suka dengan sikap Rere yang selalu saja meminta maaf padahal bukan kesalahannya. "Iya," ucap Rere. "Sudah minumnya? Apa mau lagi?" Tanya Bryan. "Sudah. Terima kasih, Bryan." Rere tampak begitu canggung. "Kok kalian itu masih pakai panggilan nama sih? Pakai julukan manis dong biar romantis," celetuk Rayyan untuk mencairkan suasana. Dia tahu saat ini adiknya begi canggung. Rere memang tidak pernah dekat dengan pria. Sehingga apa pun yang dilakukan Bryan pada adiknya adalah hal pertama bagi adiknya itu. Mendengar apa yang disampaikan oleh Rayyan, Rere dan Bryan pun menoleh ke arah Rayyan. Wajah mereka sama-sama merona. Mungkin karena malu. "Kakak," ucap Rere lirih. Gadis itu benar-benar tak enak hati pada Bryan. Rere khawatir Bryan merasa tak nyaman karena candaan abangnya. "Enggak masalah. Kamu mau aku panggil apa?" Tanya Bryan. "Terserah kamu aja," ucap Rere menundukkan kepalanya. "Nanti kita bahas di kamar ya," ucap Bryan tersenyum membuat jantung Rere berdegup kencang. "Oh ya nanti setelah ini kalian mau tinggal di mana?" Tanya Tuan Wilson tiba-tiba. Dan hal itu tentu saja membuat Rere segera menoleh ke arah Bryan. Pasalnya mereka belum pernah membahas tentang tempat tinggal setelah menikah. Jangankan membahas kehidupan pernikahan. Membahas perasaan mereka saja tidak pernah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN