Juminten is Artis Kroya

1000 Kata
   "Jo, ayo bangun, Jo, udah siang juga belum bangun, mau jadi apa, kamu, ha?" suara emaknya cukup memekakkan telinganya. Paijo masih uring-uringan dan enggan untuk bangkit dari tidurnya. Apalagi saat menikmati mimpi manisnya bersama Juminten, membuatnya semakin malas membuka mata. Padahal, sekarang bukan pagi lagi, melainkan sudah siang bolong dan mentari sudah terbit di ufuk barat. Alias, timur, hehe.    "Jo, emak ame bapak mau ke pasar, lu jaga rumah ye? Jangan sampe nih rumah diangkut orang," pesan emak.   Paijo mengerjapkan matanya dan melirik ke arah jarum jam. Ternyata sudah siang. Berkali-kali dia selalu bangun kesiangan. Paijo teringat akan sesuatu yang diucapkan oleh Juminten kemarin, bahwa dirinya hari ini akan terbang ke luar negeri. Demi mewujudkan impian dan cita-citanya sebagai artis korea papan bawah luar negeri, dia rela harus berpisah dengan Paijo.   Lelaki itu bangkit segera membersihkan diri dan bergegas untuk pergi menemui Juminten. Ini merupakan waktu terakhir kalinya dia bertemu sang pujaan hatinya sebelum ditinggal pergi. Paijo sudah rapi dan tersenyum di depan kaca. Dari luar terdengar langkah kaki menuju teras rumah. Paijo berkerling dan berjalan keluar. Ternyata Juminten, dia sudah rapi dan siap untuk segera berangkat ke bandara.    "Mas Paijo, boleh Juminten peyuk bentar sebelum Juminten pergi?" gadis itu merangkul tubuh Paijo dan meneteskan air mata.    "Lu udeh mau pergi, Jum? Apa perlu gue anter, lu?"    "Jangan, Mas. Juminten bisa pergi sendiri. Lebih baik mas di rumah aje jaga rumah, ye?"    "Nggak papa, Jum? Tapi gua kudu nganterin lu, Jum,"    "Nggak usah, mas, aku udah nyewa taxi, sekali lagi aku mohon pamit, ye mas?"    "Jum, kamu janji ye jangan selingkuh dariku, dan kalo lu mau pulang ke Indonesia, kabarin gua supaya gua bisa jemput, lu,"    "Siap, mas, kalau gitu aku pamit, ya, dadaaaa,"    "Kisss bye, emuach."   Paijo hanya bisa meratapi kepergian Juminten dari jauh. Di depan pintu dia sedikit merasa iba karena harus berpisah dengan kekasihnya.   Sujimin sudah tiba di depan rumah Juminten dengan kuda besinya. Lelaki itu merasa puas karena bisa menghabiskan waktunya untuk bertemu dengan Juminten. Kali ini dia harus bisa menguasai penuh hati gadis yang menjadi bahan rebutan dua pria. Salah duanya Sujimin dan Paijo. Mereka sama-sama mencari cara agar gadis itu jatuh ke pelukannya.    "Ayo! Mas," ajak Juminten saat menaiki kuda besi itu.    "Ayo." balas Sujimin.   Sebelum pergi, Juminten sudah berpamitan dengan sang bapak terlebih dahulu. Dan dia meminta keluarga Intan, sahabatnya untuk menjaga bapak di rumah. Jika bukan karena bapaknya sakit-sakitan, Juminten tak mungkin menitipkan beliau dan pergi jauh ke luar negeri.   Tiba di bandara, Juminten turun dari kuda besi itu dan berterima kasih pada Sujimin. Lelaki itu tersenyum puas dan merangkul tubuh Juminten dan mempersilakan Juminten agar segera berangkat.    "Terima kasih, ya, mas. Aku berangkat dulu,"    "Oke, Jum. Kalo lu udah sampe, jangan lupa kabarin gua, ya?"    "Siap, Mas."                         *****    Semenjak kepergian Juminten, Paijo semakin hari semakin galau tak tentu arah memikirkan sang kekasih. Sebelum Juminten pergi mereka sudah sepakat untuk menjalin komitmen dan berjanji untuk sehidup semati menjalin hubungan itu. Paijo merasa seperti sangat berat untuk melepas dan menanti Juminten hingga kembali. Karena sepenuhnya rasa cinta dan kasih sayangnya telah tercurahkan kepada gadis itu.    "Jo, seng sabar, ya? Bukannya Juminten sedang meraih cita-citanya. Doakan saja Juminten kembali dan menemuimu, lagi," ucap emak pada Paijo.    "Iya, mak. Aku cuma belum bisa aja jauh dari Juminten," balas Paijo.    "Kalo masih baru memang begitu, Jo. Dulu waktu emak sama bapakmu pun juga gitu. Rasanya itu nggak kuat kalo jauh-jauh gitu, pengennya nuempeel terus sampe lengket,"    "Moso si, mak?"    "Lah, iyo tho. Wong bapakmu juga tergoda banget sama emak, Jo. Berarti kan emakmu ini ayune luar biasa,"    "Luar binasa, mak, bukan biasa,"    "Kuamprett, lu, Jo."   Ampun! Paijo beranjak berlari meninggalkan emaknya saat sebuah tendangan sandal mengenai p****t Paijo. Ternyata cukup handal juga emaknya Paijo dalam menggunakan jurusnya. Ya jelas saja, semasa muda dulu, emak calon anggota IKS, atau ikatan kerasakti. Karena merupakan alumni IKS dan postur tubuh yang ideal dan menggoda, maka si bapak tergoda dengan si emak.   Seperti biasa, Paijo lebih suka menghabiskan waktunya di dalam kamar ataupun di pondok belakang rumah untuk menikmati tontonannya. Semua ponselnya penuh dengan koleksi film horror, dengan berbagai genre. Paijo pun masih setia menanti kabar dari kekasih di negeri orang sana. Setiap detik, menit, dan jam selalu dia tunggu untuk mendapatkan kabar sang kekasih.   Sementara di sisi lain, Juminten telah tiba di suatu negara yang dikunjunginya itu. Dengan rasa senang bercampur haru dia berjalan menyusuri setiap jalan yang ramai kendaraan berlalu lalang di jalanan sana. Dia pun menyewa taxi dan meminta untuk segera mengantarkan ke alamat yang dituju. Hampir dua jam lebih Juminten menghabiskan waktunya di dalam taxi sambil terus mengamati alamat tersebut.   Kayaknya, ini alamat sudah benerlah. Nggak mungkin kan mas Sujimin berbohong padaku?   Hingga tibalah di suatu daerah yang gersang dan tandus, Juminten segera turun dan mrmbayar ongkos taxi tersebut. Dia mengamati dengan jelas daerah tersebut dan berkali-kali dia mengecek petunjuk nama daerah tersebut. Ternyata sudah benar dan sesuai dengan alamat yang tertulis di kertas.   Daerah itu cukup tandus dan hanya ada beberapa perumahan saja. Juminten mengembus napas lelah. Sudah cukup lama dirinya muter-muter mencari alamat agency di daerah tersebut, tapi tak ketemu.    "Pak, apa bapak tau alamat agency X yang ada di kota T?" Juminten mencoba bertanya kepada salah satu penduduk daerah itu.    "Nggak, Non. Di sini nggak ada agency X, setau saya agency ini ada di kota Seoul, Korea Selatan," jawab bapak tersebut.    "Lah! Jadi, ini di mana, Pak?"    "Ini di daerah S, non, sangat jauh alamatnya,"    "Apa?!"   Juminten langsung syok dan setres tak habis pikir jika Sujimin sangat tega mengirimnya di daerah yang sangat tandus dan jauh dari kota tujuan sebenarnya yang ingin ia tuju. Juminten kini menyadari bahwa dirinya telah tersesat dan menyesali diri karena begitu percaya terhadap omongan Sujimin yang sudah begitu baik padanya. Mungkinkah Sujimin sudah mengetahui hubungan Juminten dengan Paijo? Sehingga dia ingin membalas dendam kepada Juminten. Atau mungkin Juminten merasa sakit hati akibat tak pernah dianggap ada oleh Juminten? Pokoknya Lek, lu kudu buat nih anak mati dalam waktu dekat. Gua udah capek dimanfaatin dan dimainin ame tuh anak.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN