Lawong ada Bapak kok minta di antar sama ojek, kamu itu loh kalau mau ngelucu, sana diteater jangan dirumah Bapak, nggak ada yang nonton, kata Bapak sambil tertawa renyah.
"Ihhh Bapak kok gitu sih sama Syakila, sebbeeeeeellll," kata Syakila sambil menghentakkan kakinya seperti anak kecil.
"Wes to Pak Jagan di godain terus anaknya, kasihan itu loh, udah seperti udang rebus pipinya, merah banget. "kata Ibu menyahuti obrolan.
"Loh kirain tadi syakila pake blush on,"
tertawa Bapak pecah semakin keras.
"Udah ah, Syakila mau siap-siap dulu, keburu cicak pada bertanduk nanti kalau syakila meladeni Bapak terus." Kata Syakila lagi sambil menjulurkan lidah ke Bapaknya.
"Nah Buk tuh lihat anak bontot mu, masih kayak bocah, bocah yang sudah melahirkan bocah".
kata Bapak membalas Syakila sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Setelah itu syakila segera beres-beres untuk segera pulang.
Syakila pun telah siap, Pak Sas segera mengantarkan anak serta cucunya untuk pulang.
Di jalan Pak Sas sengaja tak membawa motornya laju, dia begitu santai mengendarai motornya.
"Ih Pak, kapan sampainya kalau bawa motornya kayak siput begini?, keburu maghrib, lagian Syakila juga capek atuh Pak bawa Anak 2 begini".protes Syakila ke Bapaknya.
Untuk perjalanan jauh, Syakila menggunakan gendongan kodok yang bisa dipakai depan belakang,
gimana syakila nggak protes lawong Pak Sas membawa laju motornya 20km/jam. Ya pasti kayak siput. Pak Sas pun menambah kecepatannya menjadi 40km/jam.
Tak berapa lama pun mereka sampai ke rumahnya Imam.
"Bapak langsung saja ya nduk, takutnya malah kemalaman dijalan."
"Nggak mampir sebentar Pak, nyapa mertua Syakila?" tanya Syakila menawarkan ke Bapaknya.
"Nggak nduk, sampaikan salam Bapak kepada Umi dan Abah kamu saja." Jawab Syakila.
"Baik pak," Syakila langsung mencium takzim tangan Pak Sas.
PakSas pun langsung putar balik untuk pulang.
***
Syakila masuk dengan menjinjing bawaannya ditas, tas yang berisi perlengkapan anak-anaknya.
"Assalamu'alaikum, "uca Syakila memasuki rumah.
"Wa'alaikumsalam diantar siapa Sya?, kok nggak disuruh mampir dulu?" tanya Umi kepada Syakila.
"Diantar Bapak Mi, tapi Bapak takut kemalaman makanya Bapak langsung pamit pulang!" Syakila menjawab pertanyaan mertuanya.
"Oooh, ya sudah, Rana Rani tidur?" Umi menghampiri untuk melihat keadaan cucunya.
Saat Umi mendekat, ternyata Rana dan Rani menggeliat berbarengan.
"Ohhh ternyata sudah bangun, sini biar disini saja biar mainan dulu, lagian mau maghrib jangan di biasakan tidur menjelang maghrib."
Kata Umi sambil mengambil Rani digendongan belakangku.
Dasar bocah baru juga bangun sudah terdengar berceloteh.
"Mbah Mbah Mbah, celoteh Rani, turun za nduk sini mainan sama Mbah." Sejenak Syakila tertegun dengan perubahan mertua perempuannya tersebut, biasanya tak pernah Umi mau membantu mengurus si kembar.
Baguslah ada kemajuan, semoga semakin hari semakin berubah, agar si kembar tidak merasa sendiri, batin Syakila, sedang asyik melamun ,tiba tiba Rana berceloteh.
"Ma ma ma ma ma."
Aku pun menoleh kegirangan mendengarkan Rana berceloteh.
karena ini kali pertama dia memanggil mama, biasanya yang sering disebut si kembar adalah Papa dan Mbah.
Aku segera menurunkan Rana dari gendongan, turun dulu ya nak, main sama mbah uti dulu.
Mama mau masuk kamar dulu, ganti baju. aku berkata kepada putri kecilku.
Syakila pun menitipkan si kembar ke Mbah uti nya.
"Mi, titip si kembar sebentar ya? mau ganti baju dulu".Syakila pun ke kamar berganti baju dengan daster kesukaannya. Bagaimanapun dirumah adalah paling enak menggunakan daster, menurut Syakila.
Syakila pun keluar kamar dan membawakan mainan si kembar,
"ternyata mereka sudah sebesar ini ya Sya? tak terasa mereka sudah hampir bisa berjalan," ungkap mertua Syakila.
"Iya Um, si kembar sudah 10 bulan,"
"Umi nggak pernah menggendong mereka, jadi Umi terlewat perkembangan mereka," kata Umi seperti sebuah penyesalan.
"Nggak apa-apa Umi masih belum terlambat kok, saat ini mereka sedang lucu-lucunya, lihatlah wajah tak berdosa mereka Mi, selama ini hanya Syakila sendiri yang merawat mereka, sebenarnya mereka memiliki keluarga lengkap
ada Mama Papanya, ada Mbah uti dan Mbah kung, tapi sayang, 0mereka tak pernah mendapatkan kasih sayang dari semuanya," kataku menunduk.
"Iya Sya, Umi akui Umi salah, nanti akan Umi coba untuk mengingatkan Imam, semoga Dia bisa sadar dan bisa menyayangi kalian."
Hari ini niat Syakila untuk merubah keadaan rumah tangganya bersama Imam, berbonus berubahnya sang mertua perempuan.
Emang bener y setiap niat baik pasti berpotensi menarik kebaikan yang lain. Syakila membatin.
***
Sementara itu , Imam tengah dalam perjalanan pulang dari kota, karena ngantuk yang melanda, dia hampir saja kecelakaan, untung dia hanya jatuh di bahu jalan, jadi tak menyebabkan dia cidera parah, hanya luka-luka lecet saja, tapi itu cukup membuat badannya sakit.
"Siallll, kenapa juga bisa jatuh," umpat Imam sambil memukul motornya.
"Aku harus membeli mobil, supaya aku lebih terlihat parlente, siapa tahu kalau aku sudah bergelimang harta, dan memiliki kendaraan bisa membuat Aira mau menikah denganku." batin imam dalam hati
Lalu Imam pun kembali mengendarai sepeda motornya. selang 2 jam sampailah Imam dirumahnya.
"Assalamu'alaikum," ucap salam Imam terdengar kasar.
"Wa'alaikumsalam, sudah pulang mas?" tanya syakila .
"Lah kamu lihat Aku di sini nggak? pake nanya lagi, dasar buta, "umpat Imam kepada Syakila.
"Heh mas, Syakila tanya baik-baik ya?, jangan sekata-kata kalau ngomong, "ucap Syakila tak terima .
Imam berdecih Sambil menatap sinis istrinya
"Dasar istri pembangkang," ucap Imam sambil berlalu kekamar.
Imam membuka dengan kasar pintu kamar nya, hingga menimbulkan suara yang keras dan membuat si kembar terbangun.
"huaaaaaaa," serentak mereka menangis berbarengan.
"Heiii, teriak Syakila meneriaki Imam.
" Bisa pelan nggak buka pintu nya? dasar bar bar ,"
"Nggak usah melotot, tuh urus anakmu nangis,"bentak Imam ke Syakila.
"Buta apa kamu Mas? ambil salah satu dan bantu diamkan," kata syakila memerintah.
"Ooogaaah," jawab Imam.
"Bantu diamkan atau Aku patahkan kakimu sekarang juga," ancam Syakila. dengan malas malasan Imam mengambil Rani untuk di gendong, ajaib tanpa di bujuk Rani langsung terdiam ,beda dengan Rana saat di gendong Syakila justru semakin kejer nangisnya.
Saat mau di letakkan tiba-tiba Rani menangis menjerit.
"Huwaaaa"
Imam seketika menghentikan niatnya untuk menurunkan Rani, dilihatnya, Rana yang masih menangis di gendongan Syakila, Imam melihat Rana melambai lambai kan tangannya ke arahnya, reflek Imam maju dan mengambil Rana dengan tangan kirinya.
Rana tersenyum merekah menyambut tangan papa nya.
"pa pa pa pa"
celoteh Rana dan Rani berbarengan memanggil papanya dan menepuk nepuk pipi papanya, ada perasaan tenang menelusup hatinya. rasa sakit dan capek badannya seketika hilang saat melihat kelucuan dua putrinya.
Syakila mematung melihat pemandangan itu.
Bulir bening mengalir di sudut matanya.
Perubahan Imam membuat Syakila tak percaya,
semudah itu kah?, batin syakila.