Pedih hati Pak sas membayangkan nasib putri kecilnya. Putri yang sangat dekat dengannya, putri yang selalu di sayang dan di cintai sepenuh hati. Dalam hati Pak Sas menyesali keputusannya yang telah merestui keputusan Syakila dulu, bukan Pak Sas tak mengetahui apa yang telah terjadi pada putri bontotnya. Sebagai seorang lelaki dan seorang ayah, dia tak mampu membantu putrinya, Pak Sas tak bisa berbuat apa-apa, Pak Sas sangat menyesali hal itu, ingin rasanya Dia memberikan pelajaran kepada Imam, tapi, atas dasar apa ?, sedangkan Syakila sendiri tak pernah menceritakan masalahnya. Dia selalu membalut luka dalam rumah tangganya hanya dengan tersenyum, seolah semua baik baik saja, andai saja Syakila mau bercerita, sedikit saja tentang deritanya, maka Pak Sas sendiri yang akan maju paling depa