"Arghh!"
Teriakan Nelson memenuhi mantion mewah itu. Penyebabnya adalah seorang gadis jelita yang menggigit tangannya. Masalahnya adalah rasa gemas Nelson pada Nurani yang tiba tiba memeluk Nurani dari belakang.
Dan si gadis merasa kaget, sehingga ia menggigit tangannya Nelson dengan kuat. Dari ujung ruangan itu, Satria terkekeh melihat Tuannya di gigit.
"Polos sekali!" gumamnya.
"Tuan enggak boleh peluk peluk!" teriak Nurani. Lagi lagi, membuat Nelson meringis. Ayolah, dia enggak pernah di dibentak oleh seorang gadis. Hanya manusia ini saja, yang pernah melakukannya karena perempuan yang lain enggak ada yang berani melakukannya. Namun entah kenapa ia malah suka dibentak oleh gadis itu.
"Saya minta maaf. saya enggak akan mengulanginya." nelson mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Tuan harus berjarak satu meter dari saya!"
Ancaman Nurani membuat satria tergelak di tempatnya. "Mana bisa tuan berjarak satu meter. Satu senti saja, Tuan udah enggak mau kayanya!" kekeh Satria.
"Baiklah, saya akan berjarak satu meter. Tapi kamu jangan gigit saja seperti tadi." bujuk Nelson.
Nurani membuang wajahnya dengan gerakan yang begitu jutek. Membuat Nelson tersenyum gemas. "Saya mau kerja, tapi saya takut kamu kabur."
"Nurani pasti kabur, kalau Tuan terus kaya gitu!" kembali si gadis jelita itu mengancamnya. Alih alih marah, nelson mengangguk pelan seolah menyetujui apa yang sedang gadis itu katakan.
"Aku setuju. Kalau aku nakal lagi, sama kamu. Kamu boleh kabur!"
Namun seiring dia berkata, langkahnya pun maju ke arah Nurani Cahya. Hal itu tidak terbaca oleh si cantik, karena fokusnya bukan ke kedua kakinya Nelson, melainkan ke wajah laki laki itu. Nurani enggak mau kecolongan.
Ingin sekali Nelson segera menangkap gadis itu dan memeluknya erat. Namun Satria menghentikannya karena ia menerima telpon dari seseorang.
"Tuan, tuan Aron menelpon anda!"
Nelson mendengus pelan. Ia pun meraih ponsel dari Satri. Memilih menjauh dari Nurani karena ia tidak mau Aron sampai mendengar suaranya Nurani.
"Ada apa?"
"Kakak ku yang baik, sedang apa?"
"Jangan basa basi!"
aron terkekeh dari sana. "Kakak sudah sangat memahamiku. " ujarnya. "Baiklah, akan aku katakan sesuatu." tambahnya.
"katakan saja. Kenapa kamu sampai harus menunda nunda." tatapannya terarah pada Nurani yang sedang duduk di sofa, kemudian mengajak Satria bermain uno balok. Ia sengaja membelikannya karena gadis itu sepertinya kesepian.
Dengan Satria, gadis itu terlihat akrab sekali. Tidak ketakutan ketika berkomunikasi dengannya. Dan hal itu jujur saja, membuat nelson merasa iri pada bawahannya tersebut.
"tentang seseorang yang saat ini berada di rumah mu!"
"Siapa?"
"Jangan kamu sembunyikan dia dariku."
Nelson menghela napas dalam. Ia tahu akan menjadi seperti ini. Aron memang selalu memata matai dirinya.
"Kamu enggak bisa mengganggunya. aron. Dia bukan gadis yang seperti kamu pikirkan!"
"Aku tahu, aku tahu!"
"Lalu?"
"Aku hanya ingin bertanya, apakah dia bernama Nurani Cahya?"
"Kamu terlalu lancang karena mencampuri privasiku!"
"Aku tidak berani."
"Untuk apa kamu mencari tahu tentang dia?"
"Ini hanya kebetulan. Jodoh berpihak padaku!"
"Bushit!"
Dia tergelak. Di sana laki laki itu memegang sebuah gelas tebal dan besar, yang isinya adalah sebuah minuman yang berwarna tea. Sebuah minuman beralkohol yang sedang booming saat ini.
"Ayolah Kakak ku yang baik hati. Tidak ada salahnya berbagi dengan adik mu kan?"
"Nurani enggak bisa dibagi! kamu enggak akan bisa merebutnya dariku!"
"Dan kamu sudah menyentuhnya bukan? apa salahnya kalau kamu berikan dia padaku?"
"AKu tidak menyentuhnya! Aku katakan sekali lagi, aku tidak akan pernah menyentuhnya!"
Ingin sekali Nelson berteriak, namun ia tahan karena ia tidak mau membuat gadis itu kaget.
"baik lah, baiklah. sekarang kedua orang tuanya sedang bersama ku. mereka mencari Nurani. Aku rasa, mererka ingin tinggal bersama sama."
"Jangan kamu apa apa kan mereka! kalau kamu lukai mereka, maka kamu akan mendapatkan akibatnya!"
Kembali Aron terbahak. "Aku tidak akan melakukan apapun pada mereka. Sebaiknya kamu segera pertemukan Nurani dengan kedua orang tuanya. Yang tentu saja, hanya akan terjadi di rumah ku saja!"
"Kamu tidak akan mendapatkan apapun! keduanya akan aku bawa ke rumah ku!"
"No! no! no! no. Jika kamu ingin mempertemukan mereka, maka jalan satu satunya adalah kamu yang harus menyuruh gadis itu untuk tinggal bersama ku!"
"b******k!"
Nelson menutup panggilan. Ia jelas tidak akan pernah menyerahkan Nurani pada laki laki perusak itu. Ia akan menjaga Nurani dari laki laki itu.
"Satria!"
ia memanggil asistennya itu. Sehingga laki laki yang dipanggil pun menghampirinya.
"Iya Tuan."
"Ayo ke ruangan saya!"
Namun sebelum keduanya pergi. nelson menatap ke arah Nurani. Ia sungguh takut gadisnya itu kenapa napa. Iya, mulai hari ini Nurani adalah gadisnya. Ia akan menjaga selamanya!
Bahkan ia akan menjaga dari dirinya sendiri!
***
"Laki laki itu sudah tahu, kalau Nurani ada bersama ku!"
Kali ini Nelson enggak akan pernah membiarkan Aron menemukan gadisnya. "Usahakan agar laki laki itu tidak sampai melihat Nurani secara langsung!"
Ia merasa bahwa pesona Nurani ini berbeda dengan gadis gadis yang pernah ia temui dan menikmati ranjangnya. Nurani tidak menginginkan banyak uang. Namun gadis ini tidak mau disentuh olehnya. Dia mahal dan ia menginginkan Nurani bukan hanya sekadar menjadi penghangat ranjangnya saja. melainkan menemani hidupnya selamanya.
"Baik Tuan!"
"Saya ada meeting penting saat ini. Tidak apa apa, kamu enggak usah ikut. Kamu jaga saja Nurani. Pastikan di luar penjagaan ketat agar laki laki itu enggak sampai masuk ke dalam rumah kita!"
Terpaksa harus meninggalkan Nurani, meski hatinya merasa amat takut gadisnya bertemu dengan sepupu sialannya tersebut. Menghampiri gadis itu, dan mengusap kepalanya.
"Tuan mau bermain uno bersama saya?"
tatapan polos itu membuatnya tersenyum. Diajak main Uno saja, Nelson sudah merasa amat bahagia.
"Boleh."
Laki laki itu duduk di depannya Nurani. Bermain sekalian menatap wajah cantik itu, sungguh memang menyenangkan. Nurani memiliki kedua mata yang berwarna coklat terang, dengan bulu mata yang lentik.
"Tuan boleh kah aku bertanya?"
"Apa itu?" Nelson mengambil balok yang berada di tenga tengah.
"kenapa tuan baik sama saya?"
menjauhkan tangannya dari balok itu, Nelson menatap Nurani dengan lekat. "karena saya ingin kamu!"
***
Nelson tidak jadi ke kantor. Ia membatalkan semua pertemuan karena ia ingin membawa Nurani berbelanja baju. Ia ingin nuraninya cantik dan juga memakai baju bagus. Maka di sini lah mereka berdua berada. Di sebuah pusat perbelanjaan dan Nelson sedang memilihkan dress.
Berbeda dengan apa yang sedang di pikirkan Nelson. Nurani justru memikirkan bagaimana caranya bisa kabur dari laki laki itu. Ia melihat ke semua arah keramaian itu. Bagaimana kalau ia kabur di sana, bagaimana kalau ia bergabung dengan orang orang. Maka ia pasti tidak akan ditemukan.
Melirik pada Nelson yang sedang memilih dress, kemudian ia menatap pada seorang pengawal yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka. rasanya Nurani bisa mengambil arah yang lain.
Saat ini Nelson terlihat sedang sibuk bersama pemilik butik itu, dan lelaki si pengawal itu sedang menelpon seseorang. Maka .... dalam hitungan ke tiga, Nurani tiba tiba lari ke arah keramaian.
Gadis itu tidak peduli ke mana pun arahnya asal ia bisa berlari dari Nelson dan satria. Tempat itu sangat ramai, dan gadis itu menabrak siapapun. Sehingga pengunjung yang ditabrak itu pun geram padanya.
Harusnya gadis itu meminya maaf. Namun karena tujuannya kabur dari Nelson maka ia tidak lagi memikirkan norma kesopanan itu.
Sementara di sisi lain dua orang berkepala botak suruhannya Pak Kepala desa sedang berjalan ke arah sana. Mereka sudah menerima arahan dari Pak Dewandaru, bahwa Nurani memang berada di kota itu.
"Kita harus mendapatkan gadis itu. Uangnya lumayan untuk pergi ke disko."
"Aku juga sudah lama enggak bemain cewek. Kalau kita dapat uang itu, maka kita akan pergi bersenang senang."
Mereka terus berdiskusi, sementara di arah yang berlawanan gadis itu berlari kencang, maka .... tabrakan pun enggak bisa dihindarkan.
Hal yang membuat kedua laki laki botak itu kaget. "Hay ..." sapanya dengan kedua mata melebar.
Nurani yang jatuh menjadi ketakutan dan gemetar. Gadis itu memekik dan mengepal eratkan kedua tangannya, sesuatu yang sedang ia hindari ternyata malah berada di depannya.
"Ini hari keberuntungan kita ...." salah satu lelaki botak itu berjongkok dan mendekat ke arah si cantik. Tangannya terulur menyentuh pipi mulus itu.
"Akhirnya aku mendapatkan mu, sayang!"