Nelson POV.
"Anda tidak boleh masuk!"
Terdengar suara pengawal ku ketika aku berada di lantai bawah. Sepertinya ada orang yang ingin masuk secara paksa ke dalam mantion kami.
"Saya harus bertemu Nurani. kedua orang tuanya ada bersama saya!"
Ah! sial!
Laki laki itu sudah mulai lancang dan mengganggu kami. Segera aku menghampiri sepupu pengganggu ku itu. Dia adalah saingan terberat ku. Tidak, sebenarnya aku enggak pernah menganggapnya saingan. Hanya saja, aku merasa bahwa laki laki itu selalu saja membuat semua yang aku miliki juga harus menjadi miliknya.
Aku membeli Aston martin, maka dia juga kemudian membeli Aston martin. Aku membeli mantion, maka dia juga akan membeli sebuah mantion. Aku berpacaran dengan Kristi, maka dia juga mendekati Kristi, bahkan setelah Kristi tiba tiba menghilang pun, dia masih saja berbuat ulah dengan mendekati soraya yang menjadi perempuan selinganku, dia pun mendekatinya, bahkan aku mendengar kabar burung kalau dia juga menidurinya.
Aku tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam pikiran laki laki ini. Yang jelas, Aron memang sangat berbahaya untuk hidup ku.
"Ada apa sepupu? bukan kah pengawal ku melarang kamu masuk!"
Laki laki itu tersenyum setenang mungkin. Aku tau apa yang ada di dalam otaknya Aron. Dia ingin bertemu dengan Nurani dan mungkin menggodanya. Atau bahkan ia akan memaksa gadis itu untuk ke rumahnya dengan alasan bahwa di rumahnya ada kedua orang tuanya Nurani kan? dia memang sangat b******k!
Aku berdiri di tangga agak jauh dari gerbang. Ku biarkan laki laki itu kepanasan di sana. Aku tidak akan mengijinkan laki laki itu masuk atau pun bertemu dengan Nurani ku.
"Aku ini sepupu mu! kenapa aku enggak boleh masuk? se mentara kamu bebas masuk ke dalam rumah ku kan?"
Tentu saja, dia membebaskan aku masuk ke dalam rumahnya karena ia ingin memperlihatkan padaku, bahwa apa yang aku miliki, dia juga memilikinya. Dia ingin mengatakan tidak secara langsung padaku bahwa dia jauh lebih mampu mengimbangi apa yang aku punya.
"Kita memiliki alasan yang berbeda. Kita juga memiliki kepentingan yang sangat berbeda. Kamu enggak bisa masuk ke sini apapun alasannya!"
Dia terdengar menghela napas dalam. "Baiklah. Kalau begitu aku akan pergi."
Dia mundur perlahan, kemudian masuk ke dalam mobil yang sama persis dengan mobil yang aku miliki. Laki laki ini memang sangat luar biasa sekali.
Aku masuk dan begitu kagetnya menemukan Nurani berada di pintu. Segera aku menoleh ke belakang syukur lah sepupu b******k ku itu telah pergi.
"Ada apa sayang?" tanya ku. Ku pegang kedua sisi wajahnya.
"Itu siapa tuan?" tanya nya.
"Dia sepupu saya."
"kenapa dia enggak masuk?"
"karena saya enggak bisa mengijinkannya masuk."
Aku tahu banyak sekali pertanyaan yang bercokol di dalam otak cantiknya mengenai hubungan persepupuan kami.
"Oh." beo nya.
Kuusap pucuk kepalanya dengan lembut. "Ayo kita masuk. Kamu jangan pernah memikirkan hal hal yang enggak penting. Cukup lah otak mu hanya memikirkan aku saja."
Dia menunduk dan aku melihat sisi wajahnya yang memerah merona. Dia cantik sekali.
"Nurani ..."
Dia menatap ku. "Iya tuan."
"Ayo ikut bersama ku."
Ku lingkarkan lengan ku di pinggangnya, dan aku bawa gadis ini ke dalam ruang kerjaku. Aku tidak pernah membawa siapapun ke sini, kecuali Satria saja.
"Duduk lah." ujarku.
Dia pun duduk dan menatap ke arah sekeliling ruangan ini. "Apakah kamu suka ruangannya?" tanya ku.
Dia mengangguk pelan. "Di sini nyaman sekali."
"Bagus lah."
Aku mengeluarkan jumlah uang yang telah aku berikan pada kepala desa itu. "Aku sudah mengeluarkan uang sebanyak yang diinginkan oleh kepala desa itu." ujarku.
Dia menegang. Aku yakin karena jumlahnya yang memang besar. Aku bisa merasakan kalau dia merasa gugup karena nya, sehingga kedua tangannya terlihat mengepal erat.
"Te-terima kasih tuan."
"Ini sesuai perjanjian. Aku sudah membayar semua nya, dan kamu menjadi milik ku. Apa aku benar?"
Dia menatap ku selama beberapa saat. Ada siratan ketakutan juga kebingungan di sana. Untuk menenangkannya, ku raih telapak tangan yang lembut itu. Ku genggam dan aku kecup.
"Kamu takut padaku?"
Dia menggeleng, kemudian mengangguk. Aku rasa ia ingin mengakuinya namun juga kagok. Jadinya ia membuat kedua gerakan itu.
"Saya bingung apa yang harus saya lakukan?"
Aku terkekeh .... ku angkat dagunya, dan aku bisa menemukan kedua sorot mata indah itu. "Jangan menunduk!" ku tahan dagu itu agar dia enggak menunduk. AKu ingin menatap lebih lama kedua mata ini.
Ku rasakan tubuhnya gemetar dan ada tiktik keringat di kedua pelipisnya. Apa yang membuat gadis ini sampai segugup ini padaku.
"Aku ingin, kamu enggak tergoda pada laki laki lain!"
Aku berkata dengan mata kami yang enggak terputus. Dan percayalah! aku sungguh tergila gila pada kedua sorot mata itu. Dia cantik dan menawan sekali.
Gadis muda yang masih suci dan belia.
"Saya enggak mudah jatuh cinta pada seorang laki laki, tuan." suaranya lembut namun juga menyiratkan sebuah keteguhan hatinya. Aku menyukainya, tapi hanya itu saja.
"Dan apakah kamu sudah jatuh cinta padaku?'
Dia terdiam. Wajah cantiknya merah merona. Apakah gadis ku ini mulai tergoda padaku?
Kalau begitu, maka bagus sekali.
"Berusaha lah, agar kamu menyukai ku. Karena kamu tidak diijin kan bertemu dengan laki laki lain selain aku!"