Nurani perlahan memasuki pintu berukuran besar yang terbuat dari mahoni tebal, pintu yang menyimpan kehangatan dan misteri di baliknya. Di dalamnya, Nelson sedang menunggunya, membelakangi pintu dan menatap jendela lebar yang menyajikan pemandangan indah kota yang berkilauan dalam malam ini. "Tuan memanggil saya?" suara Nurani terdengar lembut, penuh hati-hati, menghiasi keheningan dengan keindahan yang tulus. Nelson, dengan tubuh tinggi dan tegap, berbalik menatapnya. Senyuman lembut menghiasi wajah tampannya, sorot matanya penuh kelembutan yang menenangkan. "Kemarilah, sayang," ajaknya, sambil melebarkan kedua lengan kokohnya, mengundang Nurani untuk mendekat. Dengan ragu-ragu, Nurani melangkah, tubuh kecil dan mungilnya tampak begitu rapuh di hadapan pelukan erat Nelson. Pikirannya