Tedy memandang Nurani dengan rasa simpati. “Jika kamu ingin, aku bisa membawakan kamu teh atau minuman lainnya. Terkadang, sedikit suasana baru bisa membantu.” Nurani mengangguk, menerima tawaran tersebut dengan senyuman kecil. Tedy bangkit dan berjalan kembali ke rumah, meninggalkan Nurani untuk menikmati keindahan taman. Sementara itu, Aron tetap berada di balik jendela, menatap Nurani dengan rasa kekaguman yang mendalam. Setiap gerakan Nurani, setiap kilau rambutnya yang tertiup angin, seolah menambah daya tariknya. Aron memindahkan kameranya dari satu sudut ke sudut lain, berusaha menangkap setiap detail keindahan gadis itu dalam bingkai. Sesekali, Nurani melirik ke arah jendela, merasakan seolah ada sesuatu yang mengamatinya. Namun, ia mengabaikannya dan kembali fokus pada ikan ko