P R O L O G
Pesta yang diadakan pada malam hari itu terlihat begitu meriah juga mewah. Semua yang datang tampak berlomba-lomba memamerkan kekayaan yang mereka miliki. Beberapa ada yang menyombongan saham-sahamnya dibeberapa perusaah besar, dan beberapa lagi ada yang tampak memuji hanya untuk menjilat agar mendapat keuntungan. Sementara itu Elena Gabriella Carrington, putri semata wayang dari Christoper Carrington itu tampak memutar bola matanya malas sesaat setelah telingannya mendengar tawa-tawa palsu dari sekitarnya. Ia lantas mengedarkan pandangannya untuk membuang rasa bosan yang melandanya sejak tadi. Ya Tuhan! Kapan pesta ini akan segera berakhir?! Rasanya ia ingin segera pulang dan melepas gaun sialan ini dari tubuhnya.
"Tunjukan senyumanmu, El. Orang-orang memperhatikanmu."
Bisikan dari Felix itu benar-benar membuat Elena sedikit muak, pasalnya Felix sudah mengatakan itu lebih dari tiga kali. Lewat tatapan matanya, pria itu bahkan memberikan peringatan lalu tersenyum hangat. Jika sudah seperti itu, Elena tidak punya cara lain selain menuruti ucapan Felix itu. Lagi pula ia sedang malas untuk berdebat. Ia kemudian menunjukan senyumannya meski dalam hati ia terus mengumpat pada Felix yang terus mengobrol ringan disertai tawa. Sementara dirinya harus merasa pegal karena terus tersenyum.
***
Beberapa menit setelah meninggalkan Felix di ballroom hotel bersama teman-teman pria itu, Elea memilih untuk cepat-cepat kabur ke toilet agar bisa menghindar dari beberapa orang yang ia kenal namanya. Duduk di atas closet yang tertutup, Elena bernafas lega karena akhirnya bisa duduk juga. Jika saja Felix terus mehanannya di samping pria itu, bisa Elena pastikan jika sudah terduduk saking lelahnya memakai heels. Sembari memainkan ponsel untuk membuang waktu, Elena terdiam saat mendengar pintu toilet terbuka dan ia mendengar suara wanita dari luar sana. Tapi bukan itu yang membuat Elena terdiam, melainkan saat salah satu dari mereka menyebut namanya dengan nada yang menyebalkan.
"Aku benar-benar tidak habis pikir, kenapa bisa Felix menyukai Elena yang sombong dan manja itu?"
"Ya mungkin karena Elena kaya."
Kedua wanita itu tertawa begitu puas setelah membicarakan Elena. Mereka sama sekali tidak menyadari jika Elena ada disalah satu bilik toilet dengan kedua tangan mengepal. Elena lantas membuka pintu bilik toilet dengan kencang hingga mengejutkan kedua wanita itu. Ia lantas berjalan pelan, mencuci tangannya sambil melayangkan tatapan sinis pada kedua wanita tadi. "Kenapa diam? Kalian takut?" Elena mendengus. Dengan sengaja ia mengibaskan tangannya pada kedua wanita tadi hingga sisa air yang ada ditangannya mengenai wajah kedua wanita itu.
"Sialan!" Salah satu wanita berambut coklat itu mengumpat kesal lalu menarik keras rambut Elena. "Jalang sialan! Mati saja kau!"
Bukannya merasa takut, Elena justru tertawa keras sebelum balik menarik rambut wanita di hadapannya dengan lebih kencang, membuat wanita itu memekik kesakitan. "b******k! Jangan diam saja, bantu aku." Ia meminta bantuan temannya.
Sialnya, belum sempat Elena menghindar, kakinya justru terpeleset dan membuatnya terjatuh hingga merobek baju bagian depannya. Belum cukup sampai di situ, kedua wanita tadi justru mengeluarkan ponselnya untuk merekam Elena yang tampak mengenaskan. Tapi untungnya sebelum hal itu terjadi, pintu toilet sudah lebih dulu terbuka.
Seorang pria muncul dari sana dan langsung menahan tangan kedua wanita tadi yang akan merekam Elena. "Kalian berdua bisa dipenjara jika mengambil video tanpa izin." ucap pria itu dengan tatapan tajamnya, membuat kedua wanita tadi ketakutan dan langsung berlari pergi.
Setelah mereka pergi, Elena melihat pria itu mendekat sambil melepas jas dan menyelimutkannya pada tubuh Elena agar tidak terekspos. Pria itu juga menggendong tubuh Elena dengan mudah, membuat Elena hanya bisa diam sambil menahan diri agar tidak menghirup parfum pria itu yang memabukkan. Astaga!