Baekhyun terduduk, mengucek kedua matanya. Tubuhnya benar-benar remuk. Ia rasa mungkin ia tak bisa berjalan karena lubangnya yang benar-benar terasa sakit setelah di hajar berkali-kali.
"Kau lapar?" tanya Chanyeol yang baru keluar dari kamar mandi dengan tubuh basahnya, juga handuk kecil yang hanya melilit dari pangkal pusarnya sampai pertengahan paha atasnya.
Satu kata yang mendeskripsikannya, sexy.
Baekhyun hanya mengangguk kecil yang di jawab dengan tatapan datar Chanyeol, dan sang dominan langsung melangkah ke lemari pakaiannya.
"Aku sudah memasak tadi. Makanlah jika kau lapar."
Baekhyun mengangguk, lalu menggerakkan kakinya untuk menginjak lantai.
"Sshh..." Baekhyun tak sengaja berdesis sakit. Benar dugaannya, ia tak akan mungkin bisa berjalan dengan a**s yang mungkin benar-benar lecet parah.
Chanyeol menoleh, dan sudah mendapati Baekhyun yg terduduk di lantai.
"Sakit?" tanyanya.
Baekhyun langsung menggeleng cepat. "A-ani. Ini hanya nyeri sedikit. Aku tidak ap- ughh..." Baekhyun memejamkan matanya saat ia tak sengaja menggerakkan pantatnya hingga menimbulkan rasa nyeri.
Chanyeol semakin menatapnya intens.
"A-aniya. Aku benar tidak apa-apa. Kau lanjutkan saja pekerjaanmu."
Mendengar itu, Chanyeol hanya menaikkan salah satu sudut bibirnya, setelahnya kembali sibuk memasang bajunya. Bersikap bear-benar tak peduli.
Baekhyun kembali menyeret tubuhnya di lantai. Berusaha tidak mengeluarkan rintihan sekecil apapun yang dapat mengganggu masternya, walaupun kini sakitnya benar-benar terasa menyiksa.
Ia bernapas lega saat berhasil membawa tubuhnya ke depan pintu kamar mandi yang masih berada di kamar Chanyeol. Tangannya terulur untuk menggapai kenop pintunya.
"Akhh..." Tiba-tiba tubuh Baekhyun terangkat, siapa lagi kalau bukan Chanyeol.
"A-aku tidak apa-ap..."
"Kau pikir kau siapa bisa melarang apa yang ingin aku lakukan?" tanya Chanyeol dengan nada tajam, membuat Baekhyun bungkam. Lalu Chanyeol membawa slave itu duduk di dalam bath up.
"Kau mau apa?"
"A-aku, aku hanya ingin menyikat gigi dan mencuci mukaku dulu saja."
"Mandilah. Aku benci bau s****a yang mengering. Itu menjijikkan."
Refleks, ucapan Chanyeol membuat Baekhyun menundukkan wajahnya, malu. Ia mengangguk, tangannya kemudian terulur untuk menghidupkan air keran bath up.
"Jangan kau beri sabun. Cukup saat kau berbilas saja jika anusmu sudah agak mendingan. Nanti aku akan menyuruh Sehun mengurusmu," ujar Chanyeol yang di balas dengan anggukan paham oleh Baekhyun.
"Dan satu lagi baby. Jangan kau perlihatkan tubuhmu pada Sehun, apalagi meladeninya untuk memuaskanmu. Jika kau melakukannya, peluru panas akan bersarang tepat di otakmu," ancam Chanyeol, lantas setelahnya ia melangkah keluar, meninggalkan Baekhyun yang kini terpaku menatap kepergian Chanyeol.
"Jangan puaskan Sehun." Baekhyun bergumam pelan sambil menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mulai memejamkan matanya untuk menikmati air hangat yang terasa seolah memijat tubuhnya.
Cklek...
Baekhyun langsung membuka matanya, saat mendengar pintu yang terbuka, dan mendapati seseorang dengan wajah datar dan berkulit putih pucat, kini telah berdiri di ambang pintu dengan memangku kedua tangannya di depan d**a.
"K-kau Seh--"
"Kukira kau bunuh diri atau semacamnya, karena aku sudah menunggumu hampir satu jam di luar, semenjak kepergian Chanyeol yang menyuruhku untuk mengurus b****g lecetmu," potong seseorang yang Baekhyun yakini adalah Sehun itu.
"M-mianhe. Aku akan bergegas." Baekhyun hendak berdiri, namun langsung mengurungkan niatnya tatkala teringat akan ancaman Chanyeol.
"M-maaf, tapi bisakah kau keluar? A-aku ingin mandi."
Mendengar ucapan naif itu, Sehun menyeringai. "Hei, kau kan jalang. Kau kira tubuhmu seberharga itu sehingga kau mengusirku agar tidak melihatnya?" Sehun berdecih.
Baekhyun lagi-lagi menunduk. "Maafkan aku. Tapi master menyuruhku untuk tidak memperlihatkan tubuhku padamu, apalagi memuaskanmu."
Sehun spontan mendelik, karena ini pertama kalinya Chanyeol memperingati slavenya. Biasanya Sehun bisa dengan puas untuk menikmati tubuh slave milik Chanyeol.
Sehun tersenyum miring. "Baiklah, aku tunggu kau di luar."
...
"Chanyeol membolehkanmu memakai baju?"
Baekhyun menghentikan kegiatan menyendok makanannya ke dalam mulut, beralih menatap Sehun yang kini juga menatapnya.
"Apakah harusnya aku tidak boleh?" tanyanya lugu.
"Maksudku, apakah Chanyeol mengatakan sesuatu padamu, seperti kau tidak boleh memakai baju sehelai pun jika berada di rumah."
Baekhyun menggeleng sebagai respon. "Master tidak mengatakan itu."
Ah, untuk pertama kalinya kau hyung. - pikir Sehun.
Sehun mengangguk, kembali memakan makanannya, namun matanya tak lepas dari leher putih Baekhyun yang terekspos karena dua kancing teratas kemejanya tidak di kaitkan, dan itu benar-benar menggoda di tambah dengan bercak kemerahan yang menambah kesan seksi Baekhyun.
"Menikmati makananmu Baekhyun?"
Baekhyun menggangguk cepat, tersenyum lebar menunjukkan kedua matanya yang berbentuk bulan sabit. "Masakan master benar-benar enak. Aku menyukainya," ucapnya semangat.
Sial. Daerah selatan Sehun semakin berkedut hanya karena senyuman Baekhyun.
Acara makan mereka selesai dua puluh menit kemudian. "Aku akan mencucinya." Baekhyun lantas berdiri, mengumpulkan piring juga gelas kotor di atas meja, membawanya dengan tertatih, karena daerah anusnya masih terasa sakit, walau sudah tidak sesakit tadi.
Baekhyun spontan mendelik, saat seseorang menempeli tubuh belakangnya, siapa lagi kalau bukan Sehun.
Ia mendorong tubuhnya ke depan untuk menjauh, tapi tangan Sehun langsung menariknya dalam pelukannya, juga mulai menyibak kemeja Baekhyun dan bermain di perutnya.
"Menyukainya, jalang?" bisik Sehun, sambil menjilat telinga Baekhyun.
Tak menjawab, Baekhyun langsung memutar tubuhnya menghadap Sehun, dan semakin merapatkan tubuhnya pada tempat mencuci piring.
"Sehun-ah, Master tak membolehkan--hmptt."
Sehun langsung mencium bibir Baekhyun dengan ganas. Baekhyun meronta, yang ada di pikirannya saat ini adalah Chanyeol, Chanyeol, dan Chanyeol. Ia takut akan mengecewakan masternya lalu masternya akan menghukumnya.
Tangan Baekhyun mendorong tubuh Sehun sekuat tenaga, menolehkan kepalanya berusaha melepas ciumannya, juga kakinya yang ia gerakkan berusaha lepas dari kungkungan Sehun.
"Berhenti munafik Baekhyun, kau menikmatinya," geram Sehun, yang mulai menurunkan ciumannya pada rahang juga leher Baekhyun, juga tangannya yang sudah menyusup ke d**a Baekhyun, membuat slave itu mati-matian menahan desahannya.
Ia terus meronta, masih berusaha melepaskan diri dari Sehun.
"Berhenti-hhh... Ah, kumhoo hhonn. Mash-mashter akan memarah-hhhiku." Baekhyun memohon dengan putus asa, ia tersengal kepayahan.
Sehun yang geram langsung mengangkat tubuh Baekhyun dengan susah payah menuju karpet berbulu di dekat sofa. "Jangan sok jual mahal kau jalang!"
Brett!
Kemeja yang di kenakan Baekhyun di koyak secara kasar. Kancingnya berceceran, dan terpampanglah tubuh putih mulus bak porselen di depan wajah Sehun, membuatnya meneguk ludahnya dengan susah payah.
"Ahhhh!!!" Baekhyun melenguh, saat dengan buasnya Sehun menciumi tubuhnya.
Tes...
Baekhyun menangis. Ia benar-benar takut. "Kumoh-kumohon, berh-berhenti eungh. Berhentilah." Air mata Baekhyun tumpah semakin banyak. Tangannya masih berusaha mendorong Sehun tapi tetap saja percuma, tenaganya tak sebanding.
Bugh!
"Sial!"
Sehun terguling ke samping, saat sebuah bogem mentah mendarat di pelipisnya, membuatnya pening dan juga tendangan yang menyusul tepat di perutnya.
"MASTER!" Baekhyun langsung duduk, lalu mendekat ke kaki Chanyeol dan bersimpuh di sana. "M-maaf hiks, maafkan aku. A-aku salah. Aku, aku tadi sudah menol--"
Grep!
Chanyeol menggendong Baekhyun ke kamarnya, yang di iringi dengan seringaian Sehun.
"Menyukai jalang itu hyung?" gumamnya.