BAB 15

1159 Kata
Setelah terlemas dari Rock Lee, Ko Ji lekas segera melanjutkan perjalanannya mebcari So ji. Padahal sudah mengikuti jejak darah dan bau tubuh So Ji di tempat ia melarikan diri. Tapi tetap saja Ko Ji belum mencapai adiknya itu. Hingga ia berdiri di atas jembatan sambil memperhatikan lokasi di mana So Ji lompat setelah melewai kejaran pada zombie.   Ko Ji sempat lemas jika So Ji menghilang setelah ia terjun, tapi berkat angin, Ko Ji bisa menemukan kembali bau adiknya. Atensi Ko Ji jatuh ke sebuah jalanan sepi yang ada di tepi sungai. Di sana Ko Ji memang tampak ada keributan. Namun sejurus kemudian KO ji kembali awas setelah ia merasakan suatu energy yang berbeda. Ko Ji sempat ragu untuk ke sana, tapi melihat situasi yang memburuk, Ko Ji terpaksa memutar menghindari jalan layang baru kemudian sampai ke tempat yang ia tuju.   Sementara itu dari lokasi, One melihat keberadaan Ko Ji dari atas. Ia juga sudah berhasil membuat So Ji lari ketakutan karena zombie yang mulai mendekat. Bukan hanya satu melainkan beberapa. Dan lama kelamaan juga menjadi banyak karena tingkah One yang menyebalkan.   “Kau masih tertawa di saat seperti ini?”   One menatap serius So Ji yang ada di sampingnya. Kemudian tatapannya melunak setelah ia meletakkan tangannya di atas kepala So Ji tanpa seijin gadis itu.   “Senang bisa bertemu denganmu. Sampai jumpa lagi waktu,” tukas One yang langsung membuat So ji berhenti berlari. So Ji terbelalak melihat One menghilang seperti angin dengan melompat dan terbang ke arah gelapnya malam.   “Dia..seenaknya saja,” ucap So Ji lirih.   Namun sejurus kemudian So Ji kembali sadar dengan situasinya. Ia kini sendirian dan sedang dikejar-kejar oleh beberapa zombie. Sialnya, So Ji terjatuh hingga menyulitkannya untuk kembali berdiri dan berlari. So Ji yang sendirian terus berusaha menghindari para zombie yang masih terus mengejarnya meski ia tengah tertatih. Sampai, sedikit lagi ia dekat dengan salah satu zombie, So Ji berteriak histeris hingga ia mendengar suara dentingan pedang.   Perlahan, So Ji membuka matanya. Terlihat seseorang berkelahi dengan zombie tersebut dengan senjata berupa pedang. So JI pikir itu One yang kembali datang untuk menyelamatkannya, tapi ternyata itu adalah Ko Ji kakaknya yang ia tunggu kedatangannya.   “So Ji! Kau tidak apa-apa?” panggil Ko Ji sembari menyelesaikan tebasan terakhirnya pada zombie tersebut.   So Ji kembali teringat percakapannya dengan One. Cerita tentang misteri kakaknya yang juga selama ini selalu So Ji rasakan.   --KILAS BALIK--   “Apa kau gila!”   One tersenyum manis, “Hum. Aku tergila-gila dengan wangi darahmu,” ucapnya dan hal itu langsung membuat So Ji merinding.   “Apa kau tahu..kakakmu juga begitu.”   Mendengar nama kakaknya disebut, So Ji lantas terdiam. Ia tak terima dengan ucapan One yang mengada-ada itu.   “Apa maksudmu?”   “Kakakmu..dia sama sepertiku,” ucap One enteng. So Ji meremehkannya dengan tawanya yang ia buat-buat itu. “Mana mungkin! Kakakku tak seperti dirimu –“   “Dia seperti diriku. Apa kau tak menyadarinya?”   Tatapan tajam One itu mengingatkan So Ji akan sebuah kejadian. Ketika itu ia tengah pergi ke hutan bersama kakaknya dan mereka dikejar babi hutan. Daripada berlari, kakaknya Ko Ji malah memilih untuk menghadapi babi liar tersebut dengan tangan kosong. Dan saat Ko Ji mulai berhadapan dengan babi tersebut, tatapan matanya sama persis dengan One. Merah mengkilat seperti mata kucing. Dan secara menakjubkan, kakaknya bisa mengalahkan babi tersebut dengan cepat dan mudah.   One tersenyum menang. Ia yang bisa membaca pikiran So Ji itupun ikut mengiyakan apa yang So Ji bayangkan tadi.   “Itu benar kan? Dari sudut manapun terlihat aneh mengalahkan babi hutan dengan tangan kosong –“   “Kau membaca pikiranku lagi!” pekik So Ji kesal. Gadis itu juga melayangkan pukulan ke arahnya tapi dengan mudahnya One menangkisnya.   “Cari tahulah kakakmu itu siapa. Maka kau juga akan tahu, siapa aku.”   --KILAS BALIK SELESAI--   Dan kali ini, entah bagaimana kakaknya bisa menemukannya. So Ji sempat senang karena kehadiran kakaknya itu. Tapi sejurus kemudian, ia juga jadi curiga dengan kemampuan kakaknya yang EumJi bilang adalah anjing tampan. Terkadang juga hantu tampan karena dirinya yang selalu muncul kapan saja tanpa terduga. Dan lewat penciumannya ia bisa menemukan dirinya di manapun.   Memang penuh tanda tanya bagaimana semua itu bisa terjadi. Tapi sementara So ji akan mencari tahunya, gadis itu hanya bisa memeluk erat Ko Ji kakaknya setelah Ko Ji datang menghampirinya. Lewat tangis harunya, So Ji meluapkan segela ketakutannya kepada Ko Ji.   “Kakakk! Kenapa kakak lama sekali! Kenapa kakak datang lama sekali!” isak So Ji tak tertahankan lagi. Ko Ji yang mendengar itupun hanya bisa menepuk lembut punggung So Ji untuk menenangkannya kembali.   “Maaf. Kakak terlambat.”   So Ji menangis lagi tapi kini bisa lebih tenang. Setelah Ko Ji memeriksa keadaan adiknya dengan seksama, mereka berdua pun memutuskan mencari tempat yang aman.   “Kak..aku minta maaf karena datang ke sini tanpa sepengetahuanmu –“ isak So Ji lagi mengingat kesalahan fatalnya yang tak mendengarkan perintah kakaknya itu. Dalam keadaan terisak itu, So Ji ikut terkenang dengan EumJi.   “Dan gara-gara aku, EumJi..dia –“   Ko Ji terdiam. Dia tak bisa mengatakan apapun tentang keberadaan EumJi. Ia juga sempat mencari keberadaan bau darah gadis itu, tapi yang ia temukan EumJi telah berbaur dengan para zombie. Meski berat mengatakannya, tapi Ko Ji menyampaikannya pada sang adik hingga membuatnya kembali menangis sekuat hatinya.   So Ji benar-benar menyesali semua hal. Meskipun dengan kejadian hari ini, ia bisa mengalami perjuangan hebat untuk bertahan hidup.   “Kakak senang kamu masih hidup. Usaha yang bagus,” puji Ko Ji pada sang adik yang mengarah kepada bagaimana So Ji bisa bertahan dari semua serangan zombie.   Di atas langit, masih terus bermunculan roket dan serangan bertubi-tubi ke bumi. Pertempuran belum selesai sama sekali dan sepertinya jumlahnya pun kian bertambah. Setelah temu sapa selesai, Ko Ji dan adiknya melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah. Memang sedikit melelahkan. Karena mereka harus kembali ke tengah kota untuk bisa menuju jalan ke desa.   Tapi Ko Ji tak hilang akal. Ia memilih menyabotase mobil yang ditinggalkan pemiliknya. Lalu mereka pun mulai melanjutkan perjalanan dengan tujuan kembali ke desa.   “Apa kakak tahu lokasi mana saja keberadaan zombie?” tanya So Ji khawatir. Pasalnya zombie-zombie tersebut sangat sensitive dengan suara dan cahaya. Jika mereka menggunakan mobil bukankah akan memancing mereka datang untuk berkerumun?   “Hum. Mereka menuju ke pertempuran. Karena di sana cahaya begitu terang,” ungkap Ko Ji sambil terus menjalankan mobilnya menuju gang-gang yang sudah ia cermati sebelum sampai ke tempat So Ji tadi.   Gang yang gelap, membuat Ko JI berjalan dengan hati-hati. Sampai mereka di sebuah pertigaan, sekumpulan zombie yang tak bergerak karena gelap, menghalangi jalan mereka. So Ji menahan napas melihat apa yang ada di hadapannya itu. Dengan cepat Ko Ji bergerak mundur untuk menghindari para zombie yang tersesat.   Namun sayangnya, belum sempat mereka memundurkan mobil, seseorang memecahkan kaca mobil menyerang keduanya. Dua bersaudara itu terkejut karena mereka sekarang tengah diserang oleh sekelompok orang bersenjata.   Mereka berniat untuk masuk ke dalam mobil dan merampasnya.   “Jangan bergerak! Atau kalian kutembak!”   .   .   .bersambung  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN