Rencananya adalah, mereka dibuat menjadi dua tim. Satu tim sebagai umpan. Menarik setengah perhatian para zombie atau mungkin seluruhnya. Sedangkan tim yang lain mengambil truk yang sudah ditargertkan.
Dalam tim umpan juga tak semua tawanan yang mengendalikan. Ada satu perompak yang akan memimpin pergerakan mereka dan menghalangi para tawanan untuk kabur nantinya. Semua sudah dipersiapkan. Ko Ji dan adiknya serta dua tawanan lain bersiap dengan senjata mereka yaitu bunga api roket dan beberapa alat pelindung sederhana. Sedangkan tim perompak juga sudah bersiap untuk menyaksikan pertunjukan apa yang akan mereka lakukan untuk menarik perhatian zombie.
“Kalian sudah siap?” tanya perompak yang berada di tim tawanan. Dia bertindak sebagai supir. Sebelum ia memberikan kode pada tim lainnya, tanpa diduga Ko Ji melancarkan serangannya.
Dari kursi belakang, dengan mudah Ko Ji menyekap perompak hingga ia benar-benar pingsan. Cara Ko Ji melakukannya dengan cepat mencengangkan penumpang yang lain. Tak terkecuali So Ji sendiri. Lewat aba-abanya Ko Ji memimpin keadaan ini.
“Tetap tenang. Kita tetap lakukan rencana mereka.”
“Setelah itu kita bisa kabur!” pekik bahagia dari salah satu tawanan yang ikut. So Ji memperingatkan untuk tetap tenang dan diam.
“Tapi kak..tawanan yang lain bagaimana? Apa kita akan kabur begitu saja?”
Tak lama mereka memberikan kode. Ko Ji yang telah memindahkan perompak ke sisi yang lainnya, berpura-pura menjawab kode tersebut dengan mengacungkan jempol keluar dari kaca mobil.
“Kita akan selamatkan mereka juga.”
Mobil pun bersiap. Dengan perlahan Ko Ji melajukan mobilnya mendekat ke kumpulan para zombie. Dan dengan kecepatan tinggi itulah, Ko Ji menyalakan lampu untuk menyilaukan mereka. Para zombie mulai menyadari kedatangan mereka dan langsung berbondong-bondong mengejar mobil mini bus yang membawa enam penumpang itu. Tak cukup dengan menyalakan lampu, para tawanan juga menyalakan bunga api mereka hingga benar-benar menarik perhatian lebih banyak para zombie yang berkumpul.
Mereka datang dari berbagai arah hingga menyisakan sedikit zombie yang memudahkan para perompak untuk beraksi kemudian. Ko Ji yang berada di sisi jalan lain, melihat tim dua mulai bergerak mendekat ke arah truk. Hanya menyelesaikan sedikit zombie yang tersisa dengan mudah mereka sampai ke truk tersebut. Setelah melihat mereka berhasil mendapatkan truk, Ko Ji banting stir ke sisi jalan sebelahnya. Putar arah membiarkan para zombie ikut menyertainya.
Tim kedua bingung karena mereka belum memberikan aba-aba untuk putar balik. Lewat panggilan talkie walkie mereka mengatakan untuk tahan dan tidak putar balik. Tapi Ko Ji memilih untuk tidak mendengarkan dan terus melaju mendekati. Merasa bahwa ada yang tak beres dengan rekannya, mereka pun tak bisa menjalankan misi mereka dengan baik. Dengan buru-buru mereka kembali ke dalam mobil untuk menyerang Ko Ji dan yang lainnya. Namun tanpa terduga, Ko Ji menabrakkan mobilnya untuk mencegah mereka kabur. Tabrakan kuat pun tak terelakkan. Salah satu dari mereka terpental dan mengalami luka-luka.
Zombie yang mengejar pun kian mendekat. Ko Ji dan lainnya mulai meninggalkan tim dua dan tancap gas untuk melakukan aksi lainnya. Memang terlihat kejam. Tapi tidak ada cara lain untuk membalas apa yang telah mereka lakukan. Tawanan-tawanan tersebut juga manusia. Tak semestinya mereka memanfaatkan kelemahan orang lain untuk melindungi atau menjadi tameng bagi yang berani bertindak.
Gara-gara virus ini menerpa, hanya dalam satu hari saja penjajahan sesame manusia langsung terjadi. Tak bisa dibayangkan, bagaimana jika ini berjalan sampai lama? p********n manusia mungkin akan kembali terjadi dan akan berlangsung selamanya.
Di sisi kota yang lain, tiga orang misterius mengamati keadaan. Mulai dari stasiun kereta hingga tempat di mana Ko Ji dan Rock Lee bertempur. Salah satu dari mereka berhasil menemukan kepala Rock Lee. Ia lantas memberitahukannya kepada wanita berambut merah yang tengah asik mengamati bulan.
“Dia sudah mati –‘
“Ih! Kenapa kau membawanya ke sini?” oceh rekannya yang lain dan terlihat masih ke kanak-kanakan.
“Sudah kukatakan dia itu lemah. Tapi masih percaya diri,” ungkap wanita berambut merah keriting yang mengarahkan rekannya itu untuk menyingkirkan kepala tersebut.
“Jadi..vampire tak terdeteksi itu yang mengalahkannya?”
“Mungkin saja. Kita harus cari tahu. Baunya saja sangat khas. Sepertinya dia belum keluar dari kota ini,” jelas wanita itu lagi tampak bersemangat untuk melakukan sesuatu malam ini.
Mereka yang berada di gedung tinggi itu, terlihat asik mengamati para manusia yang mati-matian mengalahkan para zombie. Sesekali mereka menertawakan bagaimana zombie tersebut berjalan dan bertingkah serta manusia yang menderita ketakutan.
“Kalau begini, makanan kita akan menyusut kan?” celetuk gadis berambut biru.
Pria yang bersama mereka berdiri gagah sambil mengamati. Ia lantas melihat ledakan besar yang terjadi di sisi barat.
“Ya..karena itu kita harus memimpin manusia agar yang tersisa dari mereka bertekuk lutut pada kita,” ucap pria tersebut yang mendapat apresiasi dari wanita berambut merah.
“Oh begitu. Menarik! Kalau begitu, ayo kita cari dia. Eh tapi..untuk apa?” tanya gadis itu bingung.
Pria berbadan padat dan tinggi itu kembali menjelaskan kepada rekannya yang memang suka bertanya itu. Meski dalam hati ia juga menggeram karena lagi-lagi gadis tersebut tak mendengarkan dengan baik rapat mereka sebelum mereka diberikan tugas ke sini.
“Ini berdasarkan asumsi Dr.Cha bahwa ada vampire terkuat yang ia ciptakan pertama kali. Dan dia bersembunyi selama ini. lalu Tania mendeteksi dirinya lewat ramalannya. Vampire itu akan muncul di sini.”
Gads tersebut akhirnya mengerti. Iapun mengangguk puas sembari ikut bersiap untuk mulai menangkap vampire special tersebut.
“Malam ini sebelum matahari terbit, kita harus dapatkan dia. Kalau tak, kemungkinan dia akan bersembunyi lagi.”
“Dan lagi aku tak mau dimarahi oleh Tania! Dia itu cerewet dan kejam,” oceh gadis kecil itu yang mulai tak sabar untuk segera berangkat.
“Bagus. Ayo..kita tangkap dia,” aba-aba sang pria yang juga tak sabar untuk menghadapinya.
Menghadapi musuh baru mereka yang kini tengah berusaha keras untuk mengelak dari serangan para perompak yang mengetahui aksi pemberontakannya itu. Aksi kejar-kejaran pun tak terelakkan. Ko Ji sebisa mungkin untuk mengelak tapi kemampuan drivingnya bukanlah yang terbaik dan tercepat. Belum lagi para zombie juga mengepung, membuat mereka mengendara dengan tak tentu arah.
Ko Ji melihat sebuah gedung yang memiliki banyak kaca. Ia lantas melihat senapan di sampingnya dan meminta rekan mereka yang ada dibelakang untuk mengambil senapan tersebut. Lewat idenya, pria tersebut tak ragu-ragu untuk melaksanakannya dengan membidik arah senapannya pada kaca gedung tersebut.
“Tembak yang banyak saat kita melintas nanti.”
“Ada apa di sana kak?” tanya So Ji bingung.
Ko JI tak sempat menjelaskannya dan ia sedikit melambatkan lajunya. Lalu secepat mungkin, pria di belakangnya menembak secara brutal ke arah kaca gedung hingga pecah. Setelah meninggalkan lubang yang besar di sana, Ko Ji terus melajukan mobilnya dan menunggu hitungan ketiga.
Kaca gedung retak dikarenakan tembakan. Dan yang membuatnya semakin meluas karena tak bisa menahan beban dari zombie yang terjebak di dalamnya. Ketika mobil perompak lewat mengejar Ko Ji, mereka terjebak dengan hancurnya kaca gedung yang mengeluarkan begitu banyak zombie. Hingga mobil mereka terpaksa terhenti karena menumpuknya mayat hidup tersebut menghalangi mereka.
Setelahnya, mobil mereka tenggelam dalam lautan manusia. Ko Ji dan rekan tawanannya yang lain bersorak-sorai memenangkan pertempuran ini.
.
.
bersambung