BAB 38

1044 Kata
EPISODE SEBELUMNYA   “Tunggu sebentar!”   Ko Ji terus menghindari peluru tanpa ingin menyerang balik. Dengan mudahnya Ko Ji mengelakkan peluru dengan membuat roda berputar dengan samurainya.   “Jangan kasih kelonggaran! Tembak terus!” teriak para pasukan yang mencoba menyemangati rekannya yang lain.   Tapi berbeda dengan letnan Yeoh yang mendengar bahwa  Ko Ji mengatakan sesuatu. Ia pun lantas menanggapi teriakan Ko Ji itu.   “Apa yang kau katakan!” teriak letnan Yeoh namun tetap menembaki Ko Ji tanpa henti.   Ko Ji lantas mendekati letnan Yeoh dengan berlari ke arah wanita tersebut secepat kilat. Menghindari peluru serta menghemat waktu. Karena jika ia bicara di tengah pertempuran, mereka hanya akan saling berteriak. Belum lagi, peluru juga hanya akan membuatnya tertembak dan terluka.   Seperti dalam gerak lambat, Ko Ji menarik tangan letnan Yeoh lalu mereka saling bersitatap dengan dekat. Letnan Yeoh langsung memahami situasinya meski ia sempat tak bisa berpikir apapun saat bersinggungan mata dengan Ko Ji.   “Tarik mundur pasukanmu, segera!”   Letnan Yeoh terperangah, “Apa?”   Letnan Yeoh seperti masih terpana dengan kemunculan Ko Ji yang tiba-tiba. Semua gerak lambat itu berakhir ketika Ko Ji mendarat ke tanah tanpa tahu bisa menghentikan laju teleportasinya sendiri. Tabrakan antara keduanya pun tak terelakkan. Mereka saling terseret jauh dari tempat semula.   “Tarik pasukanmu segera! Atau –“   Letnan Yeoh bangkit lebih dulu dan langsung mengarahkan senjatanya tepat ke kening Ko Ji. Diikuti oleh bawahannya yang lain. Kini Ko Ji benar-benar dikepung oleh sinar laser merah yang siap menghujaninya timah panas.   Meski Ko Ji tidak akan mati dengan serbuan peluru itu, tapi tetap saja terasa akan menyakitkan bila diterjang ratusan peluru dari pasukan khusus ini.   “Atau apa?” tanya Letnan Yeoh yang mencoba berkomunikasi dengan tenang dihadapan Ko Ji.   “Para zombie akan mengepung kalian di hutan ini,” ucap Ko Ji yang sedikit agak terlambat.   Pasalnya, tanah tempatnya berpijak mulai bergetar. Seperti ada langkah-langkah seribu gajah yang menghampiri mereka. Semuanya berbalik dan mencoba menerka apa yang akan menghampiri mereka. Ko Ji yang sudah memberi peringatan pun memilih untuk kabur sebelum bersinggungan dengan serbuan zombie itu. Tapi..rasa kemanusiaan lah yang membuatnya menahan diri dan berbalik. Ko Ji menarik lengan letnan Yeoh untuk menyadarkannya dengan situasi yang akan mereka hadapi sebentar lagi.   “Aku tidak berbohong padamu. Tapi mereka datang dengan jumlah yang lebih besar,” tukas Ko Ji yang seketika itu pula letnan Yeoh berteriak meminta anak buahnya untuk mundur.   Namun terlambat. Pasukan yang berada lebih dekat dengan kedatangan para zombie pun telah lebih dulu menjadi mangsa. Mereka yang ada di depan tak sempat untuk melawan ataupun lari mundur ke belakang.   Melihat dan mendengar teriakan rekan mereka, sebagian memilih untuk memberondongi peluru kearah para zombie datang. Tapi usaha itu sia-sia saja karena mereka kini telah dikepung dengan jumlah zombie yang lebih banyak.   Ko Ji kembali mendengar, seseorang mengatakan sesuatu.   “Makan mereka semua sepuasnya –“ terdengar demikian lalu ditutup dengan kekehan yang menyeramkan.   Ko Ji kembali mengingatkan letnan Yeoh untuk mundur.   “Mundur lah! Kalian masih kalah jumlah!”   Mendengar hal itu, tanpa diberi aba-aba banyak pasukan mereka yang memilih mundur meninggalkan lokasi. Akan tetapi bagi mereka yang sudah terjebak, tidak bisa melakukan banyak hal selain menyerahkan diri. Meski ada yang sebagian yang lain memilih berkorban dengan melindungi rekannya yang ada di belakang untuk bisa kabur sambil memberondongi para zombie dengan peluru.   “Pergilah letnan! Kami akan urus sisanya!”   Teriakan seperti itu malah membuat letnan Yeoh tak bisa bergerak sedikitpun. Ia ragu untuk maju namun juga tak ingin mundur meninggalkan anak buahnya. Begitu pula dengan rekannya yang ragu untuk memilih. Melihat keduanya yang tak bergeming, Ko Ji menghela napas panjang lalu menyiapkan pedangnya untuk membuat penghalang.   “Kalian pergilah dulu! Aku akan menyusul –“   Ko Ji menghalangi langkah letnan Yeoh tersebut. Tapi tindakan Ko Ji itu malah ditanggapi dingin oleh wanita itu.   “Apa kalian ingin mati konyol? Pertempuran ini tidak sebanding seperti yang tadi!”   “Siapa kau sebenarnya? Kenapa ikut campur?” teriak letnan Yeoh yang lagi-lagi mengacungkan senjatanya tepat di hadapan Ko Ji.   Melihat mata mengkilat Ko Ji yang berwarna merah, letnan Yeoh langsung bersiaga karena menyadari siapa sebenarnya Ko JI.   “Kau seorang vampire!”   “Kenapa? apa seorang vampire tidak berhak membantu? Cepat tarik mundur pasukanmu. Dan pergilah ke pemukiman itu,” tunjuk Ko Ji yang langsung berteleportasi mendekati area depan.   Letnan Yeoh terperangah. Ko Ji melesat cepat masuk ke dalam gerombolan zombie dan langsung menyerang mereka hingga setengah baris. Sadar jika mereka benar-benar telah terjebak, pasukan SAT khusus tersebut memilih mundur perlahan sambil mengawal Ko Ji yang masih bertarung sendirian dengan pedangnya.   Letnan Yeoh pun sesempatnya untuk turun gunung menuju pemukiman yang Ko Ji maksud. Namun di tengah perjalanan, mereka malah mendapat serangan dari dua orang misterius. Mereka mengenakan jubah merah serta bertaring panjang. Pasukan khusus pun langsung menyadari bahwa mereka adalah vampire.   “Siapa kalian?”   Salah satu dari mereka menyeringai mendengar pertanyaan itu. Lantas dengan sekali kedipan mata saja, tentara tersebut telah terluka parah di bagian lehernya.   “Letnan Kim!” teriak letnan Yeoh yang tak menyangka rekannya akan tewas seperti itu saja.   Kemarahan mulai membuncah di hait setiap tentara. Mereka mulai mengabaikan perintah Ko Ji dan letnan Yeoh untuk segera turun gunung. Dalam keadaan mendesak dan kalah dalam jumlah, menjadikan semua rencana menjadi kacau balau. Bisa dipastikan, tidak ada yang akan selamat dalam perang ini.   Ko Ji melesat meninggalkan pertempurannya. Menuju kea rah pasukan letnan Yeoh yang sedang mencoba membalas perbuatan para vampire. Tapi keadaan malah semakin memburuk.mereka kalah dalam pertempuran jarak dekat. Mengandalkan senjata tidak akan mengakhirinya,   Letnan Yeoh mendapat pukulan tajam dari salah satu vampire yang mengahdangnya. Lewat kemampuan bela dirinya yang ia pelajari selama di pelatihan akhirnya bisa ia gunakan di medan pertempuran yang sebenarnya.   Adu serangan dan kekuatan menjadi fokus letnan Yeoh sekarang. Letnan Yeoh terus berusaha memberikan pukulan dan tendangan yang optimal tapi sayangnya vampire berperwakan bule itu tampak tak terganggu dengan serangan letnan Yeoh.   Tentu saja pukulan tersebut tak berpengaruh kepada vampire tersebut yang memiliki ketahanan tubuh dua kali lipat dari tubuh letnan Yeoh yang manusia biasa. Beberapa kali Yeoh harus terseungkur karena terkena tendangan keras di wajah dan bebrapa anggota tubuhnya.    Letnan Yeoh menyeka luka di bibirnya. Sambil membangkitkan dan memulihkan tenaganya, letnan Yeoh bersiap dengan mengepalkan kedua tangannya, “Aku..tidak akan menyerah!”   . .   bersambung      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN