BAB 39

2024 Kata
Letnan Yeoh menyeka luka di bibirnya. Sambil membangkitkan dan memulihkan tenaganya, letnan Yeoh bersiap dengan mengepalkan kedua tangannya, “Aku..tidak akan menyerah!” “Apa yang anda lakukan di sini?” teriak Ko Ji yang muncul dari dalam kegelapan. Melihat kemunculan Ko Ji yang tiba-tiba, sedikit membuyarkan konsentrasi Yeoh. Ia sekali lagi mendapatkan luka di wajahnya. Saat tangan pelaku bertahan di wajahnya itulah, Yeoh mengambil kesempatan untuk menahan tangan tersebut dan langsung menariknya mendekat. Tak perlu berpikir lama-lama, Yeoh membanting tubuh kekar itu dengan segenap tenaganya. Tak hanya itu, Yeoh kemudian memelintir tangan itu hingga tak kembali pada posisinya. Yeoh pikir dia memenangkan dengan baik duel satu lawan satu tersebut. Tapi nyatanya, Yeoh tak melakukan apapun pada lawannya. Lebih tepatnya, serangan itu tak berarti apapun terhadapnya. “Pukulan seperti itu tidak akan berarti padanya,” ucap Ko Ji mencoba meyakinkan Yeoh untuk segera meninggalkan tempat ini bersama rekan-rekannya. “Jadi..aku harus melarikan diri sementara anggotaku berjuang?” Ko Ji menggelengkan kepalanya, “Kini kau tengah berjuang sendirian.” Letnan Yeoh menoleh ke belakang. Kini terlihat jelas baginya bahwa semua pasukannya telah tewas. Baik itu dimangsa oleh zombie maupun tertembak dan terluka karena kemunculan dua vampire misterius itu. Letnan Yeoh shock hingga ia tak bisa berkata apapun. Ko Ji yang melihat hal itu segera membawa Yeoh jauh dari pertempuran meski ia harus dikejar habis-habisan oleh kedua vampire berjubah merah itu. Yang ingin dilakukan Ko Ji adalah menjauh dari para zombie yang jumlahnya kian bertambah itu. “Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!’ letnan Yeoh mencoba memberontak. Tapi dengan sabar Ko Ji mempertahankan letnan Yeoh hingga mereka berhenti di sebuah ladang gandum yang telah mongering. “Akan kukabulkan permintaanmu.” Ko Ji segera menurunkan letnan Yeoh yang masih kebingungan. Sedangkan Ko JI telah bersiap untuk menghadapi kedua vampire tersebut. Duel sengit pun terjadi. Pertarungan dua lawan satu yang cukup besar tenaga yang harus dikerahkan oleh Ko Ji. Sebenarnya, Ko Ji menyesalkan mengapa ia harus terlibat dengan mereka. Karena seharusnya kini ia sudah sampai di rumah bersama So Ji sambil berjaga-jaga di desa Sobong. Akibat keterlambatannya itu, beberapa warga Sobong yang bergiliran berjaga di depan gerbang pun cukup heran dengan ketidakhadiran Ko Ji malam itu. Tentunya mereka khawatir, jika terjadi sesuatu padanya di luar sana. “Kenapa kakakmu belum kembali?” tanya salah satu penjaga pada So Ji yang sejak tadi terus gelisah di tempatnya. Ia juga tak bisa menjawab pertanyaan tersebut karena tak tahu situasi di luar sana. “Apa terjadi sesuatu?” “Jikat iya, kita harus bagaimana?” Mereka mulai ketakutan dan gelisah. Tentu saja jika Ko Ji tidak ada, bagaimana mereka bisa tidur dengan nyenyak? Sampai detik itu pula, mereka masih belum berani menghadapi para zombie nantinya. Padahal setiap hari, Ko Ji selalu memberikan pelatihan singkat bagaimana menghadapi zombie. Namun tampaknya, ilmu itu belum bisa di pelajari mereka dengan baik. Tentu saja, masih butuh waktu yang lebih panjang. Atau mungkin praktek langsung adalah yang terbaik. “Atau jangan-jangan…Ko Ji melarikan diri?” tukas yang lain dengan sekenanya. Padahal So Ji masih berada di dekat mereka dan kini tengah was-was menunggu. “Jangan bicara sembarangan. Mana mungkin Ko Ji meninggalkan adiknya sendiri di sini,” ucap yang lain.tak ingin membuat kesalahpahaman lagi tentang dirinya maupun kakaknya, So Ji ikut menambahkan. “Kalian tidak usah khawtir. Kakakku tidak akan pergi kemanapun,’ ucap So Ji lirih. Itu adalah keinginan Ko Ji, tapi tidak bagi So Ji yang masih merasa tak mendapatkan perlakuan yang baik dari warga desa. Sampai saat inipun, So Ji masih memendam kemarahannya atas perbuatan mereka. “Ko Ji keponakanku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu!” ungkap paman So Man yang ternyata datang sambil mendengarkan obrolan singkat mereka. Semuanya kembali terdiam sesekali menunduk menyesalkan omongan mereka sendiri. “Yang seharusnya kalian khawatirkan adalah diri kalian sendiri. Mengapa berharap orang lain akan terus melindungi kalian –“ “Tapi paman..bukankah itu kesepakatannya? Dia harus berada di garis terdepan untuk melindungi kita semua.” So Ji melirik tajam pada pemuda yang dengan angkuh menyatakan hal tersebut. Padahal, Ko Ji sama sekali tidak pernah mengatakan sepakat dari permintaan mereka. Ko Ji menjalankan semua keamanan ini hanya agar desa tercintanya tidak diusik. Karena bagi Ko ji, desa tempat ia tinggal dan dibesarkan adalah tanah yang berharga baginya. Tapi..karena sikap Ko Ji yang demikian itulah, penduduk malah memanfaatkannya terlebih ia memiliki kekuatan special. “Kesepakatan apa? apa untungnya bagi keponakanku hingga ia sepakat dengan kalian? Harusnya kalian malu tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi diri kalian sendiri. Ingat hal ini! keponakanku melakukan ini atas keinginan luhurnya untuk membantu warga desa. Bukan karena terusik atas ucapan kalian yang mengusirnya hanya karena dia seorang vampire. Apa kalian sadar, jika dia mau..kita semua kapan saja bisa mati di tangannya.” Paman So Man begitu antusias dan berapi-api membela Ko Ji di hadapan semua orang. So Ji terperangah, apalagi setelah hubungan mereka kembali membaik. So Ji senang dan bangga karena ada orang lain yang memahaminya. “Paman –“ So Man tersenyum tipis sambil kembali mengingatkan para penjaga, “Ingat kata-kataku itu dan renungkanlah. Mengerti?” Semuanya kembali duduk ke tempat masing-masing.dan tak ada yang berani membantah ucapan paman So Man. So Ji ikut sedikit tenang akhirnya mereka bisa berhenti membicarakan Ko Ji yang sekarang entah berada di mana. Sementara itu di ladang gandum, Ko Ji mulai kehabisan tenaga karena bertarung dengan dua orang algojo vampire terkuat. Pukulan mereka benar-benar menyakitkan dan merepotkan. Selain cepat dan bertenaga, mereka berdua juga bisa mengendalikan emosi dengan baik. Hal itu cukup membuat Ko Ji kerepotan. Sementara itu, letnan Yeoh masih belum bisa berdaya melihat rekan-rekan dan anak buahnya tak ada satupun yang bisa ia selamatkan. Seandainya saja ada sedikit waktu untuk membawa mereka pergi dari sana, mungkin pasukannya tidak akan terjebak dalam inner circle musuh. Suara dentuman keras terasa dekat dengannya. Letnan Yeoh mengangkat kepalanya setelah ia sadar akan situasinya yang sekarang. Dia sendirian dan telah gagal mengembankan tugas. Rekan-rekannya tak ada yang selamat. Letnan Yeoh terus menyesali keadaan dan kini hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. Baginya..tidak ada lagi gunanya hidup. Semuanya telah hancur berantakan. “Sial –“ gerutu Ko Ji sambil mengamati letnan Yeoh yang tengah bersiap untuk menancapkan belatinya ke lehernya sendiri. Melihat hal tersebut, Ko Ji langsung cepat mencegahnya demi menyadarkan letnan Yeoh agar tak melakukan hal bodoh. “Apa yang anda lakukan! Apa ini caramu menyelesaikan masalah?” bentak Ko Ji kesal. Letnan Yeoh malah menatap sinis Ko Ji sambil menyelahkannya, “Kau siapa? Kenapa ikut campur urusan kami!” Ko Ji terperangah. Awalnya juga ia tak ingin melakukan hal itu. Dia ingin kabur meninggalkan para tentara yang tengah mengincar zombie dan vampire sepertinya. Tapi Ko Ji memilih balik arah dan memperingatkan mereka. Meski pada akhirnya tetap terlambat untuk menyelamatkan paling tidak sebagian dari mereka. “Yah..maafkan aku. Jadi ini semua salahku?’ ucap Ko Ji seolah bertanya pada letnan Yeoh, apakah dia benar-benar salah . Letnan Yeoh tak menggubrisnya. Ia tetap ingin melukai dirinya sendiri di hadapan Ko Ji. Tarik menarik pun terjadi. Ko Ji yang berusaha mencegah Yeoh melukai dirinya, sedangkan Yeoh berjuang untuk mempertahankan diri. Perdebatan disertai adu keahlian tangan pun tak terelakkan. Mereka malah saling tarik menarik dan adu cepat untuk mengambil dan merebut pisau yang akan digunakan letnan Yeoh itu. Kedua vampire di hadapan mereka saling menatap bingung satu sama lain. Mereka merasa diabaikan oleh dua orang yang tengah bertikai itu. “Lepaskan!” “Tidak akan!” cegah Ko Ji lebih gesit lagi untuk merebut belati tersebut. Dengan kecepatan tangan yang tinggi, akhirnya Ko Ji bisa merebutnya lalu menyembunyikannya disebalik punggungnya. Sementara Yeoh berusaha untuk merebut kembali, dua vampire yang merasa diabaikan itupun mendekati mereka. Mulai mengarahkan tinju bersama-sama dari arah belakang punggung Ko Ji itu. Yeoh terbelalak lalu mendorong Ko Ji agar tak terkena pukulan itu. Yeoh sendiri ikut menyingkir. Merasakan sedikit betapa dahsyatnya serangan mereka. “Mereka ternyata gigih juga,” ketus Yeoh yang kembali teringat dengan kegagalannya saat berduel dengan salah satu dari mereka. “Yah..sepertinya mereka marah karena diabaikan.” Ko Ji sedikit tertawa mengejek melihat kedua vampire itu kesal kaena diabaikan. “Jadi..apa mereka bisa kita singkirkan?” “Karena itulah aku mencegahmu –“ tatap Ko Ji pada Yeoh yang akhirnya terbuka matanya untuk tidak melakukan hal-hal konyol. Yeoh menghela napas panjang sambil teringat dengan seluruh perjuangan rekan-rekannya. Ia sadar, bahwa perbuatannya barusan justru hanya akan mengecewakan mereka yang telah berjuang. Ini semua harus dihentikan. Terutama sekali adalah mengalahkan vampire yang menjadi dalang dari serbuan zombie itu. “Anda dengar derap langkah itu? Mereka mulai keluar dari hutan,” ucap Ko Ji khawatir. “Maksudmu para zombie?” “Yah..aku harus cepat sebelum mereka sampai ke desaku,” tunjuk Ko Ji kea rah pintu gerbang yang sempat Yeoh intip lewat teropong sebelumnya. “Tapi ini tidak mudah kan? Mereka cukup tangguh,” kesan Yeoh yang sejak tadi sebenarnya memperthatikan Ko Ji bertarung sendirian. Letnan Yeoh mulai membuka matanya. Wanita yang baru menginjak umur awal tiga puluhan itu mulai menyiapkan dirinya dengan berbenah diri. Semangatnya mulai kembali. Dan ia tentu saja tak bisa membiarkan Ko Ji bertarung sendiri.meski anak buahnya semua telah tewas, dia yang kini seorang diri tetaplah seorang prajurit. Maka status tugasnya belum selesai. Ia ingin menyelesaikannya sekarang. Baik dalam keadaan hidup maupun mati. Ko Ji melirik letnan Yeoh yang sedang bersiap. Meski dia sedikit ragu dengan kemampuan wanita tangguh di sampingnya itu, paling tidak itu lebih baik daripada dia mengakhiri hidupnya sendiri karena kegagalan tugasnya. “Kau bilang punya cara untuk mengalahkan mereka,” tukas Yeoh yang sudah terlihat siap sekali untuk memulai pertarungan. “Cuma satu –“ Yeoh mendengarkan dengan serius. “—pukul mereka sekuat tenaga,” ucap Ko Ji jujur meski sebenarnya terdengar menggelikan. Aksi adu pukulan pun berlangsung. Tak ingin kalah dengan Ko Ji, letnan Yeoh menaruh semua kekuatannya untuk melawan vampire wanita yang ada di hadapannya. Tatapannya yang tajam dan kurang bersahabat, sungguh menganggu letnan Yeoh. Maka untuk memastikannya, letnan Yeoh terus mengincar wajah wania itu untuk ia berikan pukulan terbaiknya. “Aku tahu ini akan sia-sia. Tapi aku tidak akan menyerah!” Yeoh menarik lengan wanita tersebut untuk menjatuhkannya kea rah depan. Tapi tubuh vampire itu tak mudah ia angkat begitu saja. Yeoh memutar badan dan mencoba untuk memiting lehernya. Cukup berhasil membuat wanita itu tergagap. Yeoh memanfaatkannya dengan mengeluarkan belati lalu menekannya ke leher. Tapi berhasil ia sanggah dengan tangannya. Darah hitam mengucur deras di tangannya dan ia terlihat sama sekali tak terganggu. Sebagai serangan balasan, wanita tersebut memberi pukulan keras hingga nyaris merontokkan gigi Yeoh. Aksi saling melemparkan tendangan dan pitingan pun terjadi. Meski tangan wanita tersebut berhasil Yeoh patahkan, tetap saja vampire tersebut bertahan. Tapi Yeoh tak ingin menyerah. Ia mengambil kesempatan untuk melompat dan menyerang lutut wanita itu. Dengan sekali tikaman, wanita tersebut tak bisa menggerakkan salah satu kakinya. Ia terlihat kesal namun Yeoh puas melihat ekspresi lain darinya. “Ternyata kau bisa marah juga, huh!” Letnan Yeoh melancarkan serangan terakhirnya, yaitu menyikut bagian leher lalu tak lupa sebilah pisau ia tancapkan. Dengan gerakan cepat, Yeoh mengakhiri pertempurannya. Wanita itu tergolek tak berdaya dengan leher yang telah patah. Ko Ji sendiri juga sedang berada dalam performa terbaiknya. Meski sebenarnya ia tak yakin kenapa sebelumnya bisa gagal dan lemah ketika menyerang musuh di hadapannya tadi, kini Ko Ji yakin bahwa satu-satunya titik kelemahan pria di hadapannya adalah, ia kurang cepat. “Aku tidak akan salah kali ini –“ Ko Ji menyerang dengan pukulan berulang secara dekat. Ia semakin mempercepat laju tangannya ketika musuhnya terus melakukan kesalahan. Sebagai usaha terakhir, ia menyepak kaki lawannya dengan keras hingga membuatnya tak fokus. Dan saat itulah Ko Ji memberi pukulan sikut ke kepalanya. Menciptakan bunyi gemertak yang mengilukan. Belum puas, Ko Ji lalu menendang dagunya hingga vampire tersebut mendongak. Memberi Ko Ji sentuhan akhir yang jujur saja entah sejak kapan, Ko Ji menyeringai begitu menyukainya. .Tapi sebelum Ko Ji melakukannya, ia terlebih dulu bertanya pada musuhnya itu. Yang tampaknya malah mengejek Ko Ji dengan seringainya. “Siapa yang menyuruhmu?” Vampire tersebut tak mau menjawabnya. “Apa kalian akan datang kembali?” “Tentu saja –“ ucapnya. Kali ini dengan senyum lebarnya yang nyaris mencapai telinganya. “—ratu akan mendatangimu.” “Ratu?” . BERSAMBUNG
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN