BAB 4

1408 Kata
“Kau yakin kita bisa kabur dari kakakmu?”   Itu EumJi. Teman karib So Ji yang ia ajak untuk bolos sekolah hari ini. Dengan modal nekat, So Ji ingin mewujudkan ucapannya terakhir kali semalam untuk membawa temannya merasakan juga tentang kehidupan kota baru.   “Hari ini kakak sedang kerja keras di ladangnya. Aku rasa dia tidak akan mencariku sampai petang nanti.”   “Tapi kakakmu itu cukup menyeramkan. Dia bisa muncul kapan saja tanpa terduga. Seperti hantu.”   So Ji harus mengakui tentang hal itu. Terbukti salah satu contohnya saat ia mencoba kabur dari restoran semalam. Hasilnya? Dia tetap tertangkap. So Ji pikir mungkin kakaknya punya kekuatan super sehingga bisa melakukan segala hal dengan cepat dan baik. Atau mungkin untuk mendukung kemampuannya itu, kakaknya telah memasang alat pengintai di tubuhnya sehingga So Ji selalu bisa ditemukan.   Entahlah mana yang benar. Tapi So Ji yakin kali ini, ia bisa bermain dengan puas di kota.   “Ah..tenang saja. Aku yakin kita tidak akan ketahuan,” rangkul So Ji pada EumJi yang percaya saja dengan bujukan So Ji  sahabatnya itu.   Dua gadis itu memilih menaiki bus untuk pergi ke kota. Dengan segala macam bayangan yang akan mereka lakukan di sana, tak khayal mereka berdiskusi untuk pergi kemana saja nanti setibanya di kota. Sampai di sebuah terowongan, So Ji kembali teringat dengan pengalaman mengerikannya di dalam sana. Untung saja waktu itu ada Ko Ji kakaknya yang datang menyadarkan dia tentang hal mengerikan itu.   Namun..entah bagaimana, misteri tentang siapa sosok makhluk itu, tetap saja membuat So Ji merinding sendiri. “Di depan ada apa?” tanya EumJi yang berhasil membuyarkan lamunan So Ji tentang kejadian semalam.   Beberapa mobil patrol kepolisian hutan terparkir di tepi jalan. Tampak dari mereka tengah sibuk melakukan pemeriksaan terhadap beberapa bangkai rusa yang berjejer di pinggir jalan. So Ji yang melihat hal itu kembali ikut teringat dengan kondisi rusa yang mereka tabrak malam tadi.   “Kenapa bisa banyak sekali bangkai rusa? Apa mereka ditembak mati pemburu?”   “Tidak. Tadi malam pun kami menemukan rusa liar yang aneh.”   Bus akhirnya kembali berjalan dengan normal, meninggalkan para petugas patroli yang tengah sibuk itu. Termasuk Lee Yeon yang tengah memeriksa luka yang terdapat pada rusa-rusa yang mati itu.   “Apa itu ulah pemburu?”   “Semua menyerang titik vital. Dan cabikan ini cukup mengerikan,” sambung Lee Yeon yang tertarik untuk melihat salah satu rusa yang mengeluarkan belatung di mulutnya.   “Yang ini mengeluarkan belatung!” pekiknya dan beberapa petugas mengamatinya dengan sedikit jijik.   “Apa itu mati beberapa hari yang lalu? Sepertinya tidak –“   “Memang tidak. Suhu tubuhnya bahkan belum menurun. Ini masih baru,” sambung Lee Yeon. “Robekan yang ini malah lebih brutal daripada yang lain. Apa mungkin mereka pilih-pilih mangsa antara betina dan jantan?”   “Sepertinya tidak demikian –“ sanggah kepala polisi hutan yang terlihat sudah sangat lelah dengan pengamatan ini.   Ia kemudian memandang ke langit dan pohon-pohon hutan yang menjulang tinggi hingga nyaris ke langit. Matahari padahal bersinar cukup terik, tapi di kawasan yang tertutup hutan rimbun, selalunya hanya menyisakan kegelapan dan kesunyian. Juga cuaca yang sejuk tanpa tahu waktu dan musim.   “Oh..Ko Ji juga memberikan laporan yang sama tentang ini,” tukas Lee Yeon yang baru ingat tentang ucapan temannya pagi tadi.   “Ko Ji?”   “Iya. Keponakan paman So Man. Ia semalam dengan adiknya juga melintasi kawasan ini. mereka menabrak rusa yang nasibnya juga sama seperti rusa yang mengeluarkan belatung ini.”   “Kenapa ia tak melaporkan hal ini?” kesal asisten kepala yang usianya jauh lebih tua dari kepala polisi itu sendiri. Dengan pongah ia memarahi Lee karena tak menangkap Ko Ji sebagai pelaku tabrak lari salah satu rusa.   “Kau kan mengerti aturannya. Setiap pelanggar harus bertanggung jawab atas kematian rusa itu. Ini sudah tertera dalam undang-undang kita kan.”   Lee hanya bisa menyesali ucapannya karena melaporkan temannya sendiri ke kantor, “Baik pak. Nanti aku akan minta dia untuk datang ke kantor.”   Suara eraman terdengar jelas di sekitar mereka. Beberapa petugas tampak menghentikan aktifitas untuk mendengarkan secara seksama darimana munculnya suara eraman yang kuat itu. Benar-benar seperti binatang yang mendekat untuk memangsa buruannya.   Lalu tiba-tiba, salah satu petugas yang tengah memeriksa rusa, terjungkal karena terkejut melihat apa yang baru saja ia lihat tadi.   “Bergerak! Kakinya bergerak pak!” teriaknya.   Beberapa petugas meragukan ucapannya itu. Tapi setelah mereka melihatnya sendiri barulah mereka percaya. Salah satu rusa mulai menggerakkan kakinya liar ke sana kemari untuk mencoba merenggangkan ototnya. Tak lama, lehernya yang terbalik ke belakang pun tiba-tiba juga bergerak dan memutar ke arah semula. Gerakannya amat lambat tapi sukses membuat para petugas bergidik.   Bukan hanya satu rusa, namun beberapa rusa lain yang bangkit dengan mulut penuh belatung itu juga  melakukan gerakan yang sama. Satu persatu mulai seperti normal, namun mereka terdengar menggeram dan hendak menyerang petugas.   Reflek, salah satu petugas menembak rusa yang tampak berbahaya itu. Tapi perbuatannya malah membuat kemarahan wakil polisi hutan.   “Hei! Kenapa kau menembaknya!”   “Mereka hidup lagi!” teriak petugas tersebut yang mulai ketakutan. Terlihat rusa tersebut malah tubuhnya membesar hingga melebihi ukuran tubuh sebelumnya.   Semua yang ada di sana terperangah tak percaya. Dan akhirnya pun menembaki mereka untuk berhenti mendekat. Kepala polisi hutan langsung masuk ke mobilnya untuk menjauh dari jangkauan rusa yang semakin mendekat. Lewat eraman mereka, suasana mencekam semakin menjadi-jadi.   “Apa yang harus kita lakukan. Rusa-rusa itu tidak mati!”   “seperti zombie saja!” teriak petugas lain yang membuat Lee Yeon menyadari situasinya sekarang.   Ia lantas berlari ke mobil pick up untuk mengambil sesutau. Sementara anggota lain mulai memanggil bantuan untuk menangani kelima rusa yang bangkit kembali itu.   “Mungkin ini bisa menyelesaikannya.”   Lee Yeon lantas mengambil sebilah kapak dan parang untuk dibawa ke hadapan para rusa tersebut. Keadaan semakin tak terkendali. Petugas yang berada di dalam mobil bersama kepala patroli mengalami serangan dari rusa mengamuk itu. Rusa tersebut terus menghantamkan dirinya ke badan mobil hingga mereka cukup ketakutan berada di dalamnya.   Beberapa yang tersisa mengeluarkan kemampuan mereka untuk menembak, tapi rusa tersebut terus bangkit. Hingga petugas Lee Yeon memberanikan diri menyerang kepala rusa lalu menebasnya dengan parang. Melihat rusa tersebut menggelepar, mereka menyangka rusa tersebut akhirnya mati. Dan benar saja, rusa yang menyerang mobil kepala patroli sama sekali tidak bangun lagi.   “Berhasil! Hei! Tebas kepala mereka!” teriak Lee pada rekannya yang lain. Semua mengikuti saran Lee tersebut dan mereka mulai mengincar dan menembaki kepala-kepala mereka.   “Pak! Tidak ada jawaban dari pusat pelayanan hewan.”   “Kenapa bisa? Kalau begitu kita harus laporkan ini ke militer atau polisi,” perintah wakil patroli yang ketakutan di dalam mobil bersama dengan ketua mereka.   Melihat itu kepala patroli geram sendiri karena ia pun menjadi bagian dari orang yang sama sekali tidak melakukan apapun. Iapun akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil sambil menyiapkan senapan angin untuk melindungi diri. Namun belum sempat ia keluar, seekor rusa yang terinfeksi menyerang kembali. Kepala patroli hutan langsung membuat aba-aba namun terlambat. Beliau hanya bisa mengelak jauh dari mobil lalu senapan anginnya pun terbuang jauh darinya.   Berniat untuk mengambilnya namun kembali rusa menyerang. Ia mencoba menahan kepala rusa tersebut tapi akhirnya ia terjungkal ke belakang. Lee Yeon yang melihat lantas bergerak menghadang sebelum kepala patroli benar-benar diserang oleh rusa tersebut. Namun terlambat, tangannya terkena gigitan dan ia segera memutuskan kepala rusa tersebut untuk menyelesaikan pertarungan mereka.   Keduanya selamat, meski Lee yang lebih banyak mendapatkan luka.   “Semua sudah diamankan!” teriak petugas yang lain. Beberapa memang terluka namun yang terkena paling parah adalah petugas Lee yang harus mengeluarkan banyak darah.   “Kita ke rumah sakit dulu! Yang lain berjaga dan tunggu bantuan. Tunggu aba-aba dari kami nanti!” pesan kepala patroli yang lantas dengan sigap membawa petugas Lee dan petugas lain yang terluka ke pengobatan terdekat.   “Apa ini semacam rabies?”   “Mungkin saja –“ pekik petugas Lee Yeon yang mulai merasakan nyeri yang cukup dalam di lengan tangannya.   “Dari mana kamu tahu kalau kita harus menebas kepala rusa-rusa itu?”   Petugas Lee merasa malu untuk mengatakannya. Ia hanya nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, “Aku tak sengaja melihat itu seperti di dalam film.”   “Film?”   Wakil kepala nyaris terbahak-bahak, “Film apa? horror?”   “Film zombie.”   “Tapi syukurlah kalian selamat. Cepat pulih dan aku akan segera kabarkan ini ke pusat. Sepertinya, ada masalah serius di hutan,” titah kepala patroli yang sebenarnya belum menyadari, keadaan lebih buruk mulai mengintai hutan lebih jauh.   .   .   bersambung  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN