Angin malam berembus begitu kuat di dekat sungai. So Ji mulai merasakan tubuhnya kedinginan. Bagaimana tidak? Ia baru saja keluar dari sungai. Seragam sekolahnya bahkan belum mongering. Lalu sekarang, angin kencang menerpanya ditambah lagi tatapan dingin namun sengaja dibuat ramah oleh seorang pemuda yang sekarang tengah berdiri berhadapan dengannya.
So Ji jelas merasakan aura yang tak mengenakkan darinya. Itulah mengapa ia mulai menggigil. Menahan diri untuk tak diam saja namun juga tak berani untuk melarikan diri.
Pemuda itu memang terlihat tenang. Parasnya yang tampan menjadi poin dia sebenarnya enak untuk dipandang. Dia terlihat normal. Benar-benar pemuda normal bila dilihat dengan kasat mata. Mengenakan pakaian yang trendy seperti jeans koyak-koyak di bagian lutut lalu kemeja berbunga dengan warna yang mencolok. Tapi entah kenapa, So Ji merasakan hal yang ganjil dengannya.
Pemuda itu berdiri diantara para zombie yang telah mati. Tampak sangat menikmati waktunya bersandar di lampu jalan. Dan yang lebih mencolok dari semua itu adalah, pemuda itu menghampiri So Ji dengan kecepatan angin sambil bertanya dengan pertanyaan yang aneh.
“Hai..kamu manusia murni?”
“A..apa maksudnya?” gumam So Ji. Pemuda asing itu tersenyum misterius sambil sedikit membungkukkan badan lalu menghidu sesuatu di sekitarnya.
“Sepertinya benar-benar manusia.”
“Apa maksudmu? Kau ini siapa?” tanya So Ji gugup. So Ji benar-benar ketakutan sekarang. Padahal ia pikir tadinya bisa merasa nyaman dan aman karena ada seseorang yang bisa ia ajak bicara, tapi ternyata, manusia juga bisa menyeramkan dari zombie. Apalagi dilihat dari situasi seperti sekarang.
“Apa kau perampok? Atau –“
“Tadi bukannya kau ingin minta pertolongan padaku?” ucap pemuda tersebut dengan masih mempertahankan senyuman misteriusnya.
“Tidak..tidak jadi.”
So Ji mencoba mundur, tapi pemuda tersebut memilih maju sesuai seberapa banyak So Ji melangkah mundur. Dari situ gadis delapan belas tahun itu semakin yakin pemuda yang berdiri di hadapannya itu ingin melakukan sesuatu terhadapnya.
“Jangan takut. Aku tidak berniat jahat padamu.”
“Bagaimana aku tahu? Kau..sedikit aneh,” ujar So Ji gamblang. Dan setelah mengatakannya ia menyesalinya.
Pemuda itu hanya menaikkan sudut bibirnya saja lalu menghampiri So Ji yang mencoba untuk menjauhinya. Tapi dia sadar, itu hanya akan sia-sia saja. Pemuda aneh itu sudah lebih dulu menarik ujung roknya menahan So Ji untuk tidak lari.
So Ji membulatkan matanya sembari berteriak histeris, “Apa yang kau lakukan? Kau m***m!”
“Aku tak bisa menarik tanganmu, jadi hanya itu yang bisa kudapatkan.”
“Ka..kau!”
So Ji mencoba memberikan pukulan untuk pemuda aneh tersebut. Tapi yang terjadi tangannya malah tertahan olehnya. So Ji terjebak dan dia benar-benar diam tak bergerak saat mata cokelat miliknya itu menatap kelereng mata So Ji dalam.
So Ji sempat terpana, hingga ia tak menyadari dengan apa yang akan dilakukan pemuda tersebut. Dengan perlahan pemuda itu mendekatkan wajahnya sembari tersenyum tipis. Semakin dekat hingga hidung mereka nyaris bersentuhan. Tapi dengan cepat pula, So Ji sadar dan melayangkan pukulan keras ke wajah pemuda tersebut.
“Jangan macam-macam denganku, atau –“
“Kau akan menusukku dengan pisau itu?” tunjuknya pada pisau kecil yang So Ji punya.
Merasa tertantang, So Ji pun mendekatkannya ke leher pemuda tersebut. Begitu sedikit lagi mendekati kulit lehernya, So Ji terdiam. Ia merasakan tangannya kaku untuk berbuat demikian. Namun dengan santainya, pemuda itu malah mendekatkan diri ke mata pisau hingga terdapat goresan di sana.
So Ji ketakutan sendiri. Ia menjauh dan tanpa tahu di belakangnya ada tubuh zombie menghalanginya. So Ji pun terjatuh lalu berteriak histeris melihat kepala zombie itu bergerak sambil membuka mulutnya hendak mengigit atau menguyah sesuatu.
Melihat So Ji yang ketakutan malah membuat pemuda itu tertawa terbahak-bahak. So Ji melirik bingung sambil menatap benci pemuda yang tak tahu sopan santun itu.
“Apa ini lucu buatmu?”
“Yah! Kamu sangat lucu. Karena itu aku menyukaimu,” ucapnya enteng.
So Ji semakin tak habis pikir dengannya. Bukan hanya aneh, sosoknya juga ternyata berandal dan sesuka hatinya. So Ji sama sekali tidak suka dengan model pria seperti itu.
“Aku memang berandalan tengik, tapi tenang saja aku akan berbuat baik kepadamu.”
So ji menatapnya bingung. Bukankah itu yang ia katakan dalam hati tadi?
“Ka..kau membaca pikiranku?”
Pemuda itu hanya menyunggingkan senyum saja sembari mengitari tubuh So Ji yang lagi-lagi tak berkutik ketika ia mulai mendekat.
“Hum.”
“Aku tahu ada yang tak beres dengannya. Dia memang aneh –“ monolog So Ji yang lagi-lagi bisa didengarkan oleh pemuda tersebut. Dengan tawa renyahnya, pemuda berambut belah tengah dengan anting di telinga itu mengulang apa yang dikatakan So Ji dalam pikirannya.
“Aku aneh, tapi akui saja aku juga tampan, kan?”
“Sial,” sungut So Ji kesal. “Apa maumu sebenarnya? Dan siapa kau sebenarnya?”
Dengan tak terduga, pemuda tersebut malah mengulurkan tangan, “Kalau begitu, pertama-tama kita berkenalan dulu. Namaku One ( dibaca Won ) dan kau?”
So Ji ragu untuk mengulurkan tangannya. Tadi saja ia sudah terjebak dengan tingkah One padanya. Bisa saja kali ini aka nada hal lain yang akan Ia lakukan. Untuk berjaga-jaga, So Ji memilih untuk tidak menyambut uluran tangan itu.
“So Ji. Namaku Han So Ji.”
One tersenyum manis sekali. Senyum seperti seseorang yang baru saja mendapat hadiah.
“Nama yang bagus.”
“Jangan memujiku. Katakan apa maumu?”
“Apa kau akan langsung memberikannya?” tantang One yang langsung membuat So Ji salah langkah. Ia malah semakin terjebak dan tak bisa kabur dari pemuda berkemeja bunga-bunga itu.
“Jangan bercanda. Kali ini aku akan benar-benar menyerangmu jika kau –“
So Ji beralih ke goresan yang tak sengaja ia berikan ke leher pemuda itu. Dan alangkah terkejutnya So Ji ketika melihat, goresan itu menghilang seolah tak terjadi sesuatu. One yang tahu ke arah mana So Ji melihat, membuat senyuman aneh lagi pada So Ji.
“Ka..kau bukan manusia. A..apa kau zombie juga?”
One mendengus. Ia terlihat kecewa saat dianngap zombie, “Aku bukan zombie. Apa aku terlihat jelek seperti mereka?” rengek One tak terima. So Ji nyaris tertawa melihat tingkah pemuda itu.
“Kalau begitu kau siapa? Dan apa semua mayat ini, kau yang melakukannya?”
So Ji kembali bergidik ngeri jika itu benar terjadi. Itu artinya, One bukan pemuda biasa. Dia juga bukan manusia yang bisa beregenerasi seperti itu. Terlebih mengalahkan semua zombie-zombie tersebut. So Ji mulai menyadari keadaan dimana ia berdiri dan berhadapan sekarang. Karena perlawanan apapun tidak akan berarti apapun pada One.
Nyawanya benar-benar terancam sekarang.
bersambung