Akhtar diam menatap Vienza yang masih tersenyum melihat pemandangan didepannya.
"Kau milikku, dan kau tahu artinya." kalimat itu hanya bisa dia ucapkan didalam hatinya. Akhtar tahu sekarang Vienza dan dirinya berteman. Berteman dalam ikatan pernikahan, apakah Vienza tidak tahu kalau Akhtar sudah berusaha sangat keras untuk bisa membuka hatinya dan bersikap lebih manis kepada Vienza, tapi Vienza hanya menganggapnya teman.
Sungguh ironis sekali bukan.
"Kau memikirkan apa Pangeran?"
Vienza melihat Akhtar yang hanya diam melihat wajahnya.
Akhtar hanya tersenyum sebelum mengeluarkan pertanyaan yang membuat Vienza kaku.
" Vienza, apakah kau memang sangat mencintai pria yang pernah kau ceritakan?"
Vienza menunduk merasakan debaran dihatinya. Dan dia mengangguk, lalu menatap Akhtar yang masih mendayung perahu untuk mereka kembali.
"Bagaimana kau tahu itu cinta?"
Vienza mengernyit bingung tapi mencoba menjawab pertanyaan Akhtar.
"Ntah la, aku hanya merasa aku sangat bahagia jika melihatnya. Bisa tersenyum lepas saat dia menatapku, dan yang pasti aku sangat nyaman jika berada didekatnya." Akhtar hanya diam menanggapi.
"Apakah sekarang kalian masih berhubungan?" Akhtar sepertinya sangat ingin tahu saat ini.
"Sekarang sudah tidak, aku sadar aku sudah menikah. Jadi kau tenang saja Pangeran." Akhtar melepaskan dayungan perahunya. Dia sedikit terusik dengan kata aku sudah menikah yang diucapkan Vienza.
Akhtar mendekati Vienza diatas perahu yang mereka naiki, membuat Vienza takut karena perahu itu bergoyang-goyang.
"Akhtar apa yang mau kau lakukan."
Vienza menahan nafasnya saat wajah Akhtar sudah sangat dekat dengannya. Akhtar tersenyum lalu mencium pipi Vienza. "Kau istriku, kau sendiri tahu itu Putri. Lalu bagaimana bisa aku menganggap mu temanku?"
Vienza merinding mendengar suara Akhtar. Dia tahu maksud ucapan Akhtar. Tapi Vienza belum siap sepenuhnya membuka hati untuk mencintai pria lain, ataupun melupakan Ghafur.
"Kita coba pelan-pelan oke?"
Akhtar langsung menjauhkan tubuhnya memastikan bahwa Vienza yang mengatakan hal itu. Entah kenapa dia sangat bahagia, padahal dia juga tidak ingin mencoba mencintai Vienza.
Dia melihat wajah Vienza yang merona karena senyuman konyol yang dia berikan. Lalu Vienza tertawa , membuat Akhtar begitu terpesona.
Perahu mereka bergoyang, Vienza panik dan memeluk tubuh Akhtar. Lalu melepaskannya lagi setelah sadar dia sudah memeluk Akhtar. Pergerakan Vienza membuat perahu mereka terbalik dan mereka terjebur ke danau.
Air dingin dari Danau langsung menyapa mereka berdua.
Akhtar dan Vienza tertawa bersama mengingat kekonyolan mereka berdua.
"Kau bisa berenang Putri?"
Akhtar padahal tahu sendiri jawabannya setelah melihat Vienza yang tidak panik.
"Kau ragu dengan kemampuanku?"
Vienza mengatakannya lalu berenang kedepan sedikit menjauh dari Akhtar.
"Apa masih jauh untuk mencapai tepinya?" Vienza berhenti menggerakkan tangannya, bermaksud menunggu Akhtar.
"Kurasa sedikit lagi". Akhtar mendekati Vienza lalu menahan leher Vienza untuk tidak menjauh.
Bibir Akhtar menempel dibibir Vienza, sensasi luar biasa yang dirasakan Vienza membuatnya merinding dan seperti menginginkan terus bibir Akhtar menciumnya.
Tanpa dia sadari dia membuka mulutnya membiarkan Akhtar menciumnya. Akhtar tahu Vienza membuka mulutnya tapi tidak membalas ciumannya. Dan dia menjauhkan bibirnya menyudahi aksi ciuman itu, anehnya Vienza merasa sangat kecewa.
"Romantis bukan," kata Akhtar membuat Vienza merasa malu. Dan menyadari kalau yang dilakukan Akhtar tadi terbilang romantis. Tapi dia berpura-pura merengut setelahnya dan pergi berenang meninggalkan Akhtar yang mengejarnya.
Saat kaki Vienza dapat berjalan dipasir, dia berlari membuat Akhtar juga ikut berlari.
Vienza tertawa melihat Akhtar yang memanggilnya. "Vienza...."
Vienza berhenti dan melihat kearah Akhtar. Akhtar mendekatinya, dan melihat tubuh Vienza dari atas hingga kebawah.
"b*a mu terlihat sangat jelas sayang" Vienza merasa bodoh melihati tubuhnya sendiri. Bajunya memang menerawang akibat basah dan b*a hitamnya terlihat jelas. Apalagi dia memakai baju berwarna putih.
Vienza sadar Akhtar tertawa didepanya. Dan menjitak kening pria itu,
"Dasar m***m kamu" Vienza menggerutu dan berjalan. Akhtar tahu Vienza marah, dia menarik tangan Vienza dengan kuat. Membuat tubuh Vienza menabrak tubuhnya, dia menggeserkan helaian rambut diwajah Vienza dan menatap matanya.
"Kau sangat cantik." sekali lagi Akhtar mencium bibir manis dan seksi milik Vienza, Vienza lagi-lagi membiarkan akhtar menciumnya. Akhtar memasukkan tangannya kedalam baju Vienza, mengelus belakang tubuh wanita itu. Membuat Vienza terbuai dan membalas ciuman Akhtar, tangan sebelah Akhtar semakin mendekatkan tubuh Vienza. Akhtar turun menciumi leher Vienza dan menghisapnya membuat Vienza mendesah. Akhtar menggendong Vienza masih sambil mencium bibir istrinya itu.
Saat dia merasa sudah dekat dengan parkiran mobil dia berhenti mencium Vienza. Wajah Vienza merah semerah tomat.
"Siapa yang menjemput kita?" Vienza melihat tidak ada orang diparkiran itu.
Hanya ada sebuah motor. Mungkin milik penjaga danau ini.
"Ah... Aku lupa menyuruh Thomas menjemput kita." mata Vienza menatap Akhtar dengan tatapan membunuh.
"Kau ini, biar aku tebak ponselmu pun tertinggal di mobil bukan?"
Akhtar hanya tertawa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Disini tidak ada sinyal, sehingga aku meninggalkannya saja didalam mobil."
Akhtar seperti sedang berpikir, dan dilihatnya Vienza menjetikkan telunjuknya.
"Aku ada ide, kau pinjam saja motor ini. Dan kita pulang dengan ini."
Akhtar menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak bisa mengendarai motor".
Vienza terkejut setelahnya tertawa, "Hahahhaah... Kau tidak bisa mengendarai motor. Sangat menyedihkan Pangeran".
Akhtar merasa kesal karena ditertawakan oleh Vienza. Lalu Vienza berjalan kearah motor itu dan menaiki nya.
"Sana pinjamlah, aku yang akan mengendarai motor keren ini." Akhtar menatap vienza seolah bertanya benarkah dia bisa mengendarai motor.
"Is... Aku bisa Pangeran. Percayalah.."
"Baiklah aku percaya, kau tunggu disini sebentar."
Vienza melihat Akhtar menuju sebuah pondok yang agak kedalam hutan didekat danau itu. Dia lalu memikirkan ciuman mereka tadi sampai dia tidak tahu Akhtar sudah kembali membawa kunci motor itu.
"Ini, ayo. Sebentar lagi akan hujan. Dan aku harap kau benar-benar bisa membawa motor Putri."
Vienza mengambil kunci yang diberikan Akhtar dan menghidupkan motor sporty milik penjaga danau itu.
"Baiklah ready pangeran," Akhtar berdebar saat Vienza membawa motor dengan kecepatan yang lumayan kencang.
"Vienza pelan sedikit, aku tidak terbiasa menaiki motor."
Vienza malah tertawa, dan petir menyambar membuat tawanya berhenti. Kecepatan pun mulai diturunkan Vienza. Dirasakannya Akhtar dengan hati-hati memeluk tubunya. Meletakkan kepalanya disebelah kepala Vienza, Vienza menoleh kesamping melihat Akhtar yang menggodanya.
"Kau pasti bisa membawa motor kan?"
Tanya Vienza dan Akhtar menggeleng. Akhtar sudah tidak tahan berada sedekat ini dengan Vienza. Lagi-lagi Akhtar membuat Vienza meremang, Akhtar menciumi leher Vienza dan sebelah tangannya masuk menyusuri perut rata dan menyentuh p******a Vienza.
"Akhtar..... Aku tidak bisa berkonsentrasi"
Akhtar malah meremas p******a itu membuat Vienza menggigit bibir nya.
Hujan turun dan Vienza harus bisa berkonsentrasi. Akhtar benar-benar membuatnya gila sekarang.
"Belok kiri sayang..." Akhtar tahu Vienza hampir lupa arah mereka kembali.
Sepanjang perjalanan Akhtar terus menjelajahi tubuh Vienza. Meski hujan mengguyur tubuh mereka, Akhtar tahu mereka sudah sedikit lagi tiba di villa dan dia mengeluarkan tangannya dari dalam baju Vienza.
Dia melihat tidak ada siapa pun didepan villa dan mobil Thomas juga tidak ada. Pengawal pun sepertinya sedang tidak ada, Vienza turun dari motor setelah mematikan motor itu, Akhtar menahan tangannya dan Vienza terduduk dimotor kembali tapi menghadap Akhtar.
Akhtar memeluk tubuh Vienza, tidak perlu waktu lama sehingga dia bisa mencium bibir Vienza lagi. Vienza sudah benar-benar gila dibuat Akhtar, dibawah hujan dan diatas motor ini Akhtar menciumi nya.
"Vienza, ijinkan aku..."
Vienza masih ikut membalas lumatan dibibirnya.
"Aku taku... t.. ad.. a yang li.. hat" Vienza mengatakannya terputus-putus.
Akhtar mengerti dan menggendong Vienza, masuk kedalam villa, menuju kamar mereka.
Akhtar sudah tidak terkendali saat didalam kamar, tubuh mereka yang basah tidak dihiraukan Akhtar.
Masih sambil berdiri dia melumat bibir Vienza, dan membuka kancing kemeja putih yang dikenakan Vienza.
Vienza hanya tinggal memakai b*a dan celana pendeknya.
Perlahan Akhtar membawa Vienza tidur diranjang mereka, Vienza sudah terbawa hasratnya saat Akhtar menggodanya.
Akhtar mencium seluruh tubuh Vienza dan Vienza meremas rambut Akhtar.
Akhtar tidak sabar dan membuka semua pakaiannya juga celana pendek Vienza. Dia menarik selimut tebal dan menutupi tubuh Vienza dan dirinya, saat ini Akhtar berada diatas Vienza dan tatapan memuja kepada Vienza diberikan Akhtar.
Vienza menggigit bibir bawahnya dan mengatakan " ah... Akhtar. A..ku bel...um bisa melakukan.. in.. i."
Akhtar langsung berhenti melakukan aktivitasnya menatap Vienza tak percaya. Dia melihat Vienza juga menginginkan ini, tapi wanita ini barusan mengatakan tidak bisa.
Akhtar kecewa dengan Vienza, dan Vienza tahu hal itu.
Tapi selanjutnya Vienza tersenyum, mengalungkan tangannya keleher Akhtar.
"Aku tidak bisa jika kita melakukan ini, dan besoknya saat aku terbangun kau tidak ada disebelahku lagi."
Akhtar tersenyum mengerti. Dia mengecup kedua mata Vienza.
"Bukankah kita sepakat untuk mencobanya pelan-pelan." Akhtar mencium bibir Vienza sekilas.
"Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi Vienza." Akhtar mencium kening v
Vienza. Lalu menatap kearah Vienza lagi.
"Aku... Ehm.. Aku... Aku menyukaimu"
TBC..