Vienza bangun pagi-pagi sekali, dia mandi dan bersiap akan kerumah sakit.
Selama berada di Yamun dan tinggal di villa ini hubungannya dan Akhtar banyak kemajuan, dan terbilang lumayan karena sesekali Akhtar tersenyum kepadanya dan dia mulai mau membuka percakapan bersama Akhtar. Tapi tak dipungkiri juga kalau dia masih bertanya-tanya kemana Ghafur pergi. Setelah kejadian sore itu, besok paginya Ghafur sudah tidak ada di villa itu.
Hanya Thomas dan dua pengawal lainnya yang mengantar atau mengawalnya dirumah sakit. Sedangkan Akhtar bersama pengawal lainnya mengurus pekerjaannya, sesekali Akhtar akan menemaninya dirumah sakit tapi dia lebih sering sendiri.
Tiga hari berlalu dan ini adalah hari terakhir mereka berada dikota Yamun. Besok paginya mereka akan pergi ke luar negri untuk berbulan madu.
Karena kebaikan hati ayah mertuanya, Akhtar dan Vienza dipaksa berbulan madu. Dan semuanya sudah dipersiapkan.
Villa, jet pribadi, rute perjalanan bahkan sudah disiapkan untuk mereka berdua.
Vienza teringat malam dimana dia demam tinggi saat itu, dan karena demam itulah dia dan Akhtar bisa lebih dekat sekarang.
Flash back
Akhtar masuk kedalam kamar dan langsung berbaring disebelah Vienza yang menutup matanya.
Saat akan memejamkan matanya, Akhtar mendengar suara menggigil dari sebelahnya. Dia langsung menyingkap selimut yang dikenakan Vienza lalu menempelkan telapak tangannya.
Dan saat itu Akhtar tahu kalau Vienza sedang demam.
"Vienza, Vienza." Vienza membuka sedikit matanya dan kembali menutupnya setelah bergumam tak jelas.
"aku akan panggilkan Dokter oke," secepat kilat dia menuruni anak tangga dan menyuruh Thomas membawakan Dokter ke villa saat itu juga.
Bibi Hafna membantunya menyiapkan kompres agar panas tubuh Vienza menurun.
Bibir Vienza sudah bergetar menahan dingin yang menusuk kulitnya.
"ehm.. Pangeran. Lebih baik pangeran memeluk tubuh tuan putri. Agar suhu badan pangeran dapat membantu mengurangi rasa dingin tuan putri."
Akhtar secepat mungkin masuk kedalam selimut memeluk Vienza.
"maaf pangeran, tapi agar bereaksi baju putri Vienza harus dilepaskan. Begitupun pangeran." mata Akhtar membesar tak percaya akan apa yang dikatakan bibi h
Hafna. Dia mana mungkin bisa tahan pikirnya. Tapi biarlah dia menahannya asal Vienza bisa membaik.
"bantu saya membuka baju Vienza" bibi Hafna mengangguk dan membukakan baju Vienza. "beri tahu saya jika Dokter sudah datang." bibi Hafna memberi hormat dan meninggalkan Vienza juga Akhtar. Akhtar masih berdiri dan menarik nafasnya, lalu dia membuka baju nya. Dia naik ke tempat tidur memeluk erat Vienza dan menutup kedua tubuh mereka dengan selimut. Sesekali Akhtar memeras kain dan mengompres kembali Vienza, lalu memeluknya lagi. Vienza berkata kedinginan, tapi Akhtar merasakan tubuh Vienza sangat panas.
Ntah Vienza sadar atau tidak, tapi Vienza memeluk erat Akhtar. Membuat pria itu menahan nafasnya sejenak.
Sesuatu yang selalu ditahan Akhtar jika berdekatan dengan Vienza kembali mengeras, dan Akhtar sendiri sekarang merasakan gerah.
Ditatap nya wajah Vienza yang pucat tapi masih terlihat sangat cantik.
"ehm... Dingin..." suara Vienza membuat Akhtar memeluk lebih erat tubuh istrinya itu.
"bersabarlah Dokter akan segera datang." Akhtar mengusap-usap belakang tubuh Vienza agar Vienza merasa lebih hangat.
Tak lama pintu pun diketuk.
"masuk," Akhtar menjawab masih sambil memeluk Vienza.
Tapi sedikit bagian tubuhnya yang bertelanjang d**a terlihat.
Ghafur masuk bersama seorang Dokter, dan dia tidak suka dengan pemandangan ini. Tapi wajah pucat yang menutup kedua matanya itu lebih membuat jantungnya tak tenang.
"pangeran, ini Dokter Ahmed." Ghafur menunduk sopan.
"bisakah tunggu diluar sebentar." Pinta Akhtar sopan. Tangannya masih memeluk Vienza dan yang sebelahnya dia pakai untuk menopang beban tubuhnya.
Ghafur dan Dokter Ahmed keluar dari kamar dan menunggu diluar. Akhtar memakai pakiannya dengan cepat dan dia juga yang memakaikan pakaian Vienza, setelah selesai dia segera keluar dan memanggil Dokter Ahmed untuk memeriksa Vienza.
Dokter Ahmed mengeluarkan stetoskop nya dan mengkerutkan keningnya saat memeriksa bagian leher Vienza.
"bagaimana Dokter?"
Tanya Akhtar tidak sabaran. Dan dokter itu tersenyum.
"tuan putri hanya mengalami demam pangeran. Saya akan memberikan obat nya, kebetulan ada ditas saya obat yang dibutuhkan tuan putri."
Dokter Ahmed membuka tas nya dan mengeluarkan dua botol obat lalu menuliskan aturan makannya.
" ini pangeran, obat ini akan membantu memulihkan kondisi tuan putri. Saya permisi pangeran."
Akhtar mengangguk dan memberi kode kepada Ghafur untuk mengantar dan juga memberikan bayaran kepada Dokter Ahmed.
Ghafur dengan berat hati meninggalkan v
Vienza, dia tidak ada hak untuk tetap bersama Vienza didalam kamar ini.
Semalaman Akhtar menjaga Vienza, dia memeluk tubuh istrinya itu setelah memaksa Vienza minum obat.
Ternyata Vienza sangat susah meminum obat, hingga Akhtar hampir hilang kesabaran. Semalaman juga dia memandangi wajah Vienza yang tertidur dalam pelukannya. Andai dia bisa seperti ini terus dengan istrinya ini, pikirnya.
Vienza sendiri tahu kalau Akhtar semalaman tidak tidur dan hanya memeluk tubuhnya. Vienza tahu tiap Akhtar mengecup kening atau bibirnya malam itu, tapi dia berpura-pura tertidur pulas. Ada sedikit rasa nyaman saat Akhtar memeluknya, dan juga rasa bahagia karena Akhtar bisa bersikap baik kepadanya.
Flash back end.
Dan sejak malam itu vienza tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Dia hanya perlu menerima segalanya, jika Akhtar datang kepadanya dia harus menerima nya dengan tulus. Tapi jika a
Akhtar pergi meninggalkannya dia juga harus bisa terima.
Vienza mulai membiasakan dirinya untuk tersenyum sedikit jika Akhtar melihatnya, dan Akhtar sedikit terkejut dengan perubahan istrinya itu.
"malam ini kamu ada acara lagi" tanya v
Vienza kepada Akhtar saat mereka sedang sarapan.
"tidak ada, memangnya ada apa.? Tumben sekali bertanya."
Vienza hanya tersenyum sedikit saja, membuat Akhtar kembali salah tingkah dengan senyuman tipis itu.
"aku hanya ingin bertanya"
Vienza menjawab lagi. Akhtar berpikir inilah percakapan pertama kali mereka setelah satu bulan lebih menikah.
Akhtar tiba-tiba saja berpikir ingin kesuatu tempat dan mengajak Vienza.
"Vienza, jam empat sore aku akan menunggumu di villa." perintah Akhtar itu membuat Vienza bingung.
"tapi pangeran, aku akan kembali dari rumah sakit jam tiga sore. Memangnya ada apa jam empat sore?"
Akhtar sedikit merasa konyol sekarang.
"baiklah jam tiga sore aku akan menunggumu. Kita akan kesuatu tempat. Gunakan baju santai saja oke?"
Akhtar pergi meninggalkan Vienza setelah berjalan mendekat dan mencium tangan Vienza.
Orang lain yang melihat pasti akan mengatakan mereka sangat romantis.
*********
Akhtar bolak balik melihat jam dipergelangan tangannya. Bahkan dia tidak konsentrasi terhadap apa yang Gubernur Yamun katakan, ponselnya berdering dan dia pamit kepada Gubernur yamun untuk mengangkat telpon.
"hallo... Ayah ada apa?"
Akhtar bagaimana keadaan kalian disana? Apa semua berjalan baik?
"ya ayah, ayah tenang saja. Semua baik-baik saja disini. Ayah sendiri bagaimana disana?"
Ayah sangat baik, apalagi setelah mendengar kabar dari Thomas pagi ini.
Akhtar, belajar lah mencintainya. Kau butuh mencintai seseorang nak, jangan terus mengingat hal yang membuatmu akan terus dalam kegelapan. Ayah yakin Vienza adalah wanita yang baik.
"ayah, please. Aku tahu apa yang akan aku lakukan, sampaikan salam ku kepada Mahira dan ibunda. Dan satu lagi, jangan anggap aku tidak tahu maksud ayah dengan memberikan kami kado berlibur nantinya."
Hahahahha... Tentu saja tujuanku untuk hal yang menyenangkan bagimu putraku.
Kau rugi jika membiarkan Vienza begitu saja,
Dan Akhtar kau berkewajiban memberikan keturunan untuk kerajaan Wieldburg kau ingatkan?
"jangan membayangkan yang tidak - tidak ayah. Sampai jumpa."
Akhtar memutuskan sambungan telponnya, dia ingat besok pagi akan pergi meninggalkan kota Yamun dan pergi berbulan madu bersama Vienza.
Bulan madu apa, jika Vienza saja takut dengan sentuhan yang dia berikan. Akhtar jadi memikirkan Vienza sedang apa saat ini, dan saat dia melihat jam ternyata sudah jam 2dua siang. Langsung saja dia berpamitan kepada Gubern Yamun dan menuju villa menantikan kedatangan Vienza.
****
Vienza sedang sibuk mengurus anak-anak yang ada di bangsal saat ini, lalu dia membuka ponselnya dan menemukan pesan dari Akhtar.
My sweet husband : aku sudah dijalan dan akan pulang. tidak lupa janji kita bukan ?
Vienza tersenyum simpul melihat pesan pertama Akhtar untuknya. dan dia membalasnya dengan segera.
To: My sweet husband . " aku tidak lupa"
vienza memasukkan ponselnya kedalam saku dress nya, lalu melanjutkan aktivitasnya kembali. hari ini adalah hari terakhir dia bersama anak-anak di rumah sakit ini. besok dia akan pergi ke suatu tempat yang Vienza tak tahu dimana .yang dia tahu hanya dia akan berbulan madu.
Dia tersenyum lagi saat menebak bagaimana cara Akhtar mengotak atik ponselnya, mengganti wallpaper hingga nama kontaknya.
**************************
Vienza masuk kedalam villa dan tak melihat keberadaan Akhtar. Bibi Hafna menyambutnya dengan senyuman yang selalu terlihat oleh Vienza.
"pangeran Akhtar kemana ya bi?"
Tanya Vienza sambil dia menaiki anak tangga menuju kamar nya dan Akhtar.
"pangeran sedang berada ditaman belakang villa ini tuan putri."
Vienza tersenyum lalu bergegas masuk kedalam kamarnya.
Vienza mandi dan segera memakai pakaian santainya, setelah mengoleskan lotion keseluruh badannya Vienza keluar kamar dan menemui Akhtar di taman belakang villa.
"ehm... Pangeran. Saya sudah siap".
Akhtar menolehkan matanya melihat Vienza yang berada disebelahnya. Akhtar terlihat sedang memegang ponselnya.
Akhtar memandangi Vienza dari rambut hingga kakinya, membuat Vienza merasa risih.
"apa ada yang aneh?" tanya nya heran.
Akhtar hanya tersenyum dan berjalan mendahului Vienza.
"tidak, hanya terlihat berbeda."
Vienza mengangguk mengerti.
"jadi kita akan kemana?" Vienza mengikuti Akhtar berjalan.
"kau nanti akan tahu putri, jadi bersabarlah sedikit". Vienza kesal karena Akhtar bermain teka teki kepadanya.
Menyebalkan sekali.
Vienza dan Akhtar diantarkan oleh Thomas kesebuah danau yang indah.
Setelah itu mereka ditinggalkan berdua oleh Thomas, udara yang sejuk menyapa Vienza dan Akhtar.
Akhtar mengajaknya berjalan ke tepi danau. Disana sudah ada perahu dan beberapa pengawal, Vienza tidak mengerti apa maksud Akhtar dengan perahu itu. Tidak ada yang menarik dengan perahu kayu biasa itu.
"tidak keberatan kan jika aku ajak kamu menaiki perahu ini?" Akhtar memastikan kalau Vienza tidak keberatan.
Dan Vienza hanya menggeleng lalu sedikit tersenyum.
Akhtar membantu Vienza naik keperahu kayu itu, tangan Akhtar menggenggam tangan Vienza. Mereka sempat betatapan sesaat dan Vienza duduk diperahu itu.

"ini sangat indah, apa kamu sering kesini pangeran?".
Akhtar mendayung perahu sambil memandangi wajah Vienza.
"tidak, hanya jika saat aku merasa butuh hiburan. Danau ini adalah tempat favoritku, dan juga itu." Akhtar menunjukkan sebuah rumah kecil yang berada diatas danau dan dekat dengan air terjun.

Mata vienza menatap takjub kepada sebuah bangunan. Kain putih dirumah itu melambai-lambai seperti memanggil Vienza untuk datang.
Saat perahu mereka sampai ditepi danau, Akhtar menuntun Vienza menaiki anak tangga menuju rumah yang lebih terlihat seperti gazebo itu.
Saat sampai dirumah itu Vienza semakin suka dengan tempat ini.

"kau suka putri?" Akhtar menatap wajah Vienza yang sepertinya menyukai tempat favoritnya itu.
Vienza mengangguk dan tersenyum lebar. Senyum yang membuat detak jantung Akhtar berdetak lebih cepat.
Mereka masih bergandengan dan berjalan kearah teras, Vienza membentangkan tangannya dan dia tertawa saat cipratan air terjun mengenai wajahnya.
"aku akan sangat bahagia jika memiliki sebuah rumah disini" Vienza membayangkan bagaimana nyamannya saat dia memiliki sebuah rumah ditempat yang menurutnya menakjubkan ini.
"Vienza...." akhtar melihat mata Vienza, lalu yang ditatap juga menatapnya dengan serius.
"ada apa pangeran?"
Akhtar tersenyum dan menarik nafasnya.
"boleh aku tau alasanmu mau merubah sikapmu kepadaku?"
Vienza menatapnya dan tak senang.
"bukankah kau yang berubah menjadi sangat sopan dan perhatian padaku pangeran?"
Akhtar dan Vienza tertawa bersama akhirnya. Saling menatap dan kembali melempar senyuman.
"aku tidak tahu, hanya saja aku ingin hubungan kita lebih baik." Akhtar tak percaya Vienza mengatakan kalimat seperti ini. "aku juga mengerti kau tidak menyukaiku menjadi istrimu, dan aku lelah bersikap kaku kepadamu."
Akhtar masih terus memandangi wajah Vienza. "ku rasa kita bisa menjadi teman baik, bukankah begitu pangeran?"
Senyuman diwajah Akhtar berkurang.
"maksudmu menjadi teman baik?"
Akhtar sangat ingin memastikan apa benar dugaan nya.
"kau tidak mencintaiku, dan aku juga begitu. Tapi dari pada saling membenci, lebih baik kita berteman bukan. Jika kita berteman kita tidak akan canggung seperti dulu, dan saling menghargai."
Ternyata dugaan Akhtar benar, Vienza bukan mulai menerimanya sebagai suami.
"aku tidak pernah memiliki teman sebelumnya, selain sepupu atau kerabatku. Jadi maukah kau menjadi teman pertama ku pangeran?"
Akhtar masih diam, hingga tatapan mata Vienza yang seolah bertanya kepadanya.
"teman tidak berbulan madu Vienza, apa kau lupa besok kita akan melakukan apa?" Vienza mengerti maksud akhtar.
"anggap saja kita liburan bersama, tidak ada masalah bukan. Aku tidak akan melarangmu jika disana nanti kau berdekatan dengan wanita lain. Aku janji". Akhtar tertawa hambar, bisa-bisanya Vienza mengatakan hal seperti ini.
"kau bisa menyuruhku berdekatan dengan wanita lain, tapi aku ingatkan kalau kau adalah milikku Vienza. Dan kau tahu apa artinya itu"
*************

Tbc ....