21.

1531 Kata
Vienza tidak melihat ponselnya saat dia bangun dipagi hari. Setelah dia mandi dan sholat subuh, dia menyiapkan sarapan untuk Akhtar dan dirinya. Sore ini mereka akan ke New york dan Vienza ingin memberikan kejutan untuk adiknya tercinta itu. Akhtar bangun, dia berjalan ke pantry mencium bahu Vienza sambil memeluknya. Mandi dulu, lalu kita sarapan bersama. Akhtar tidak beranjak pergi, dia masih terus menciumi leher Vienza. "Ah.. Aku lupa sayang. Tadi ibundamu menelpon dia menyuruhmu menelpon balik." Vienza lalu melepaskan pelukan Akhtar dia bermaksud ingin mengambil ponselnya. Tapi Akhtar menahan tubuhnya. "Mau kemana sayang?" Akhtar menyentuh bibir Vienza. Membuat Vienza menginginkan hal yang sama. "Ehm... Akhtar aku ingin menelpon ibunda." Akhtar memberikan ponselnya dan dia duduk dimeja bar memakan roti bakar selai kacang yang dibuatkan Vienza. "Tadi ibunda mu menelpon ke ponselku sayang, dia bilang ponselmu tidak bisa dihubungi. Pakai lah ponselku untuk menghubunginya." Vienza meminta password untuk ponsel Akhtar. Akhtar menarik tubuh Vienza dan mendudukkan Vienza dipangkuannya. Dia memperlihatkan password ponselnya dengan satu tangan dan tangan satunya lagi untuk memeluk tubuh Vienza. "Kau ingatkan ini tanggal apa." Vienza merona karena akhtar ternyata membuat password ponselnya dengan tanggal pernikahan mereka. Akhtar benar-benar manis sekali. Vienza..... Oh... Ibunda benar-benar merindukan putri ibunda. Suara Zira langsung membuat vienza tersenyum sambil melihat Akhtar yang memeluknya dan meletakkan dagunya dibahu Vienza. "Vienza juga merindukan ibunda dan ayah" Apa kau bahagia sayang?? Ibunda sangat senang melihat kedekatan kau dan Akhtar. Ternyata kalian berdua begitu serasi. Vienza tidak tahu dari mana dia dan Akhtar dekat. Apa Akhtar sudah mengatakan semuanya. "Ibunda tahu dari mana tentang hal itu?" Ha... Vienza sayang. Bukan hanya ibunda yang tahu kalau kau dan Akhtar sangat romantis dan serasi. Seluruh dunia juga hampir semua tahu sayang. "Maksud ibunda apa?" Oh tuhan vienza, apa kau tidak tahu kalau Akhtar memasukkan semua foto-foto kalian di media sosialnya? Vienza menatap Akhtar yang sekarang sedang menghisap dalam lehernya. Tidak sengaja Vienza mendesah dan lupa kalau dia sedang menelpon. Vienza... Ya tuhan anak ibunda benar-benar sudah nakal sekarang. Hahahhaha... Katakan pada Akhtar untuk bersabar sebentar. Baiklah jaga dirimu baik-baik disana dan buatlah Akhtar puas oke, hahhhahahah... "Apaan sih ibunda is..." Vienza memberikan ponselnya kepada Akhtar dengan kesal. Dia malu sekali saat ini, ibunda nya pasti akan menceritakan ini kepada Zia dan ayah nya. "Akhtar stop aku ingin tidur." Akhtar tahu Vienza kesal. Dan dia mengikuti saja Vienza kekamar mereka. Vienza lalu mengambil ponsel akhtar lagi dari tangan pria itu. Mulutnya menganga saat dia melihat fotonya sedang tertidur dengan lengan Akhtar sebagai bantalnya. Ada lagi saat mereka diner semalam, kapan Akhtar menyuruh orang mengambil foto mereka. Dan banyak lagi lainnya, Vienza mencubit perut Akhtar karena geramnya. Akhtar hanya tertawa dan menciumi pipi Vienza. Lalu menggelitiki Vienza, mereka tertawa bersama setelah itu. Akhtar mencium sekilas bibir Vienza dan memeluk Vienza. "Aku akan mandi sekarang, setelah itu kita bisa ke resort menemui Fasya". Vienza melihat Akhtar yang memasuki kamar mandi. Dia mengambil ponselnya yang berada dinakas dan menemukan pesan itu. Vienza membalas pesan itu dan menghapus semua pesan nya. To : ghafur Jangan ganggu hidupku lagi please. Aku tidak akan menemuimu, kau bisa katakan jika kau memang ingin mengatakannya. Vienza membuka pintu walk in closetnya dan mengambil stelan santai untuk dia dan Akhtar gunakan. Setelahnya dia menunggu Akhtar di kursi depan bungalow, sambil memikirkan semuanya. Dan pikirannya kembali ke saat dimana dia masih bersama Ghafur, dulu Ghafur akan membawakannya secangkir coffee hangat di cafe sambil memberikan secarik kertas dengan puisi-puisi romantis untuknya. Mereka akan duduk bersama didepan piano dirumah Akhtar, bermain piano bersama dan menyanyikan lagu yang diciptakan Ghafur untuk nya. Hanya dia dan Ghafur yang tahu lagu itu. Dan sebuah lagu yang masih disusun Ghafur liriknya, andai saja Ghafur mau menerima tawaran rekaman waktu itu. Pasti dia sudah menjadi penyanyi terkenal saat ini. Ghafur begitu menjaga janjinya kepada ibu nya, ghafur hanya merasakan kasih sayang ibunya.karena Ghafur bercerita kalau ayahnya meninggal saat usianya masih lima tahun. Dan ibunya meninggal ketika Ghafur berusia 16 tahun. Akhtar datang dan dia melihat Vienza melamun seperti bersedih. Dia memegang bahu Vienza membuat Vienza terlonjak karena terkejut. "Aku merasa orang yang sedang kau pikirkan itu benar-benar beruntung Vienza" Vienza hanya menunduk merasa bersalah. "Boleh aku tahu sekarang siapa yang sedang kau pikirkan?" Vienza melihat Akhtar dengan memohon. Dia tidak bisa berbohong ataupun mengatakan yang sebenarnya. "Katakan Vienza. Setidaknya aku tahu apa yang menggaggu pikiranmu saat ini." Akhtar duduk menatap tajam Vienza. Rahangnya mengeras karena marah melihat Vienza seperti ini. Dia tentu tahu Vienza memikirkan hal lain, dan dia tidak suka hal itu. "Aku memikirkan mantan kekasihku." Akhtar berdiri dari duduknya dan merasa dipermainkan. Tapi Vienza menarik tangannya. "Maafkan aku, aku tidak bermaksud begini. Kau tahu, aku bahagia saat bersamamu. Aku merasa sangat nyaman dan menyukai setiap ciumanmu. Aku ingin mengikuti alur pernikahan ini dan menjadi istri yang baik untukmu." Akhtar tidak jadi pergi dan sedikit melirik Vienza yang ternyata meneteskan air mata. "Lalu apa yang membuatmu masih memikirkan pria lain?" "Karena aku tidak mudah melupakan nya. Dan aku merasa bahagia diatas penderitaanya, apa kau mengerti sekarang. Maafkan aku, Tapi sungguh ingin menjalani semua ini denganmu. Tapi aku belum bisa sepenuhnya melupakannya." Akhtar menghapus air mata Vienza dan duduk disebelah wanita yang membuat dirinya berbeda sekarang. "Berjanjilah untuk tidak menutupi apapun kepadaku mulai sekarang." Vienza mengangguk dan akhtar memeluknya erat. Bagaimana Akhtar bisa memaksa perasaan Vienza sepenuhnya untuknya, sedangkan dia sendiri masih tidak bisa mengatakan mencintai wanita ini. *******     Ghafur masih dikamarnya, memandangi foto Viza nya. Foto yang dia ambil secara diam-diam saat wanita itu berada di cafe tempatnya bekerja dulu. Viza nya begitu lugu dan manis saat itu, meski tidak ada yanh menyadari kecantikannya akibat kaca mata tebal dan jaket besar yang selalu dia pakai kemana-mana. Saat pertama mereka berkencan saat itu lah Ghafur melihat kecantikan yang begitu memukau nya. Dan dia bahagia karena wanita cantik itu adalah dirinya. Seseorang mengetuk pintu kamarnya, ghafur buru-buru membuka pintu kamar itu karena dia pikir itu adalah Viza. "Vi...." Akhtar terkejut karena Ghafur begitu semangat membuka pintu kamarnya. "Apa kau menunggu seseorang Ghafur?" Akhtar tertawa dan masuk begitu saja kekamar Ghafur. Dia duduk di tempat tidur Ghafur dan melihat Ghafur yang menunduk. "Hei... Kau bisa biasa saja kepadaku. Ghafur aku punya satu permintaan kepadamu apakah boleh?" Ghafur menunduk lalu menatap Akhtar. "Tentu pangeran." "Is... Ckckckck.. Sudah kutakan panggil saja aku Akhtar jika tidak di istana bukan." Ghafur tahu kalau Akhtar terlalu baik untuk dia sakiti. Andai dia mengatakan yang sebenarnya, Akhtar pasti sangat marah. Karena dia tahu Akhtar mulai menyukai kekasihnya. "Aku ingin belajar bermain piano kepadamu. Yah... Aku bisa bermain gitar, tapi aku tidak tahu bagaimana bermain piano. Aku ingin menyanyikan sebuah lagu untuk Vienza. Dan kuharap kau mau mengajariku secara cepat." Ghafur tidak suka dengan ini, semua lagu-lagunya berisi akan Viza nya dan kenangan mereka. "Ghafur apakah kau mau mengajariku?" "Ya tentu." "Oke sekarang kau bisa melanjutkan aktivitasmu, dan jangan lupa nanti sore kita akan berangkat ke New York." Ghafur membukakan pintu untuk Akhtar, Akhtar keluar setelah menepuk pundaknya dan mengucapkan terimakasih. Ghafur mengacak rambutnya frustasi. Sekarang dia harus mengajari Akhtar untuk membuat Vienza bahagia. Bagus sekali pikirnya. *****     Fasya melihat Vienza yang melamun ditepi pantai, dia memperhatikan semuanya. Dan fasya sangat ingin menanyakan hal ini kepada Vienza. "Vienza." Vienza menoleh dan tersenyum. "Apa kau bahagia bersama Akhtar sekarang?" "Tentu." "Apa kau sudah melupakan Ghafur?" Vienza menatap terkejut Fasya yang mengetahui nama itu. Dari mana Fasya mengetahui hubungannya dan Ghafur. "Kau tidak perlu takut aku akan membocorkannya kepada Akhtar. Aku tahu kau tidak bersalah, kau hanya terjebak dengan dengan ini semua." Vienza masih diam, dia ingin tahu dari mana Fasya tahu hal ini. "Aku tahu dari dompetnya. Kemarin dia meninggalkan ini dan aku tidak sengaja membukanya." Fasya memberikan dompet Ghafur kepada Vienza dan Vienza membukanya. Foto Vienza ada disana, dan dia langsung menutup dompet itu. "Aku akan berpura-pura tidak tahu Vienza. Aou tahu kalau saat ini Akhtar mulai menyukaimu, jangan pikir kau bisa bermain-main dengan Akhtar. Dia bisa sangat menyeramkan dari sebelumnya jika dia tahu kau menghianatinya." Vienza mengembalikan dompet Ghafur kepada Fasya. "Aku tidak ingin mengkhianatinya, aku juga sedang berusaha melupakan masa laluku dengan Ghafur. Apa Aurel tahu hal ini?" "Tidak, tenang saja. Aku tidak akan menceritakannya pada siapapun. Tapi kau harus berjanji jika kau akan melupakan Ghafur." Vienza mengangguk dan berterimakasih kepada Fasya. "Sungguh Ghafur yang malang, setiap hari dia akan melihat bagaimana romantisnya kalian berdua. Dan adegan kalian kemarin, jika jadi dia aku akan menenggelamkan diriku ke laut." "Stop Fasya kumohon." "Oke baiklah, maafkan aku." Fasya meneguk wine nya dan saat itu juga Aurel datang setelah berendam lama diair laut. Akhtar juga datang dan mengajak Vienza berjalan-jalan disekitar pantai. "Aku punya sesuatu untukmu." Akhtar menyuruh Vienza menutup matanya. Dan saat mata Vienza terbuka dia dapat melihat sebuah gelang kaki terjuntai. "Suka?" Vienza tersenyum dan mengangguk. Gelang kaki ini sepertinya buatan Akhtar sendiri karena hanya tali dan beberapa hiasan karang yang sering terlihat ditepi pantai. Akhtar memakaikan gelang kaki itu ke kaki Vienza dan Vienza tersenyum. "Gelang kaki ini bukti kalau kau hanya milikku. Dan kau tidak boleh lari kemanapun." Akhtar mencium kening Vienza dan juga tangan Vienza. Mereka berjalan ditepi pantai lagi sambil bercerita banyak hal. Akhtar tidak bosan melihat senyuman vienza saat menceritakan kekonyolan kedua adiknya. Sebenarnya jika memang waktunya tepat Akhtar akan menceritakan sebuah rahasia kepada Vienza. Tapi sepertinya tidak sekarang saatnya. ********* TBC...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN