Akhtar duduk di sofa cafe, dia perhatikan Vienza sedari tadi hanya diam.
Wanita itu hanya tersenyum seadanya dan tidak banyak bicara, bahkan gurauan Akhtar yang biasa membuatnya merona kini Vienza seperti tidak mendengarkan apa pun perkataan Akhtar.
Vienza sendiri duduk termenung tanpa dia sadarai Akhtar memperhatikannya sedari tadi. Jika kalian mengira Vienza sudah bisa melupakan Ghafur maka jawabannya salah.
Tidak sedikit pun dia melupakan pria itu, dia hanya mengikuti apa yang disarankan adiknya, dan dia ingin Ghafur menjauh darinya.
Tapi saat Ghafur menatapnya dengan tatapan kecewa dirinya malah sangat ingin memeluk ghafur dan bersama pria itu saat ini. Ghafur pasti sangat hancur melihat kemesraannya dengan akhtar tadi.
Meski tidak dipungkirinya kalau dia pun merasa sangat nyaman didekat Akhtar dan perasaan menggebu setiap akhtar menyentuhnya selalu dia rasakan.
Satu sisi dia ingin hidup tenang bersama Akhtar tapi satu sisi dalam hatinya mengatakan kalau dia sangat jahat terhadap Ghafur.
Ghafur akan pergi setelah acara penobatan Akhtar sebagai Raja, ya tuhan apa yang telah dia lakukan. Ghafur pasti sangat menderita dan dia bermesraan sengan Akhtar.
"Sayang kamu tidak apa-apa?"
Akhtar memegang tangan Vienza membuat wanita itu terkejut.
"Ha.. Oh itu. Ehm... Aku lelah, bisakah kita kembali ke bungalow?"
Akhtar sedikit heran kenapa dengan Vienza, apa yang dipikirkan wanita ini sedari tadi.
"Kita akan menyelam bersama fasya dan Aurel, apa kau lupa?"
Vienza menggaruk kepala nya yang tidak gatal dan tersenyum merasa bersalah.
"Ku pikir tidak jadi, karena tania belum sampai."
Akhtar tertawa dan meminta maaf.
"Oh.. Ya maafkan aku sayang. Aku lupa memberitahumu kalau Tania tidak jadi datang kesini. Urusannya belum selesai."
"Vienza apa kau keberatan jika besok kita ke New york?"
Vienza kembali tidak berkonsentrasi, dia tidak mendengarkan apa yang Akhtar tanyakan.
"Vienza" Akhtar menyentuh tangannya lagi, Vienza menoleh meminta maaf. Tapi Akhtar hanya diam. Dia menarik tangannya dan menatap dalam Vienza. Tapi Vienza tidak peka dengan perasaan kesalnya saat ini. apa yang sebenarnya terjadi, pikir Akhtar.
Setelah semalam dan baru tadi pagi mereka begitu romantis dan mesra sekarang Vienza menjadi seperti ini.
"Apa yang sebenarnya kau pikirkan Vienza?"
Perkataan dingin Akhtar menusuk pendengaran Vienza. Dia melihat wajah dingin Akhtar, apa yang harus dia katakan kepada Akhtar. Berbohong tidak ingin dia lakukan, lalu apa yang harus dia katakan sekarang. Kejujuran kalau dia sedang memikirkan Ghafur, itu sama saja dia membuat Ghafur dalam masalah.
"Vienza, apa kau mendengarku?"
Kesabaran Akhtar hilang seketika karena kelakuan Vienza saat ini.
"Maafkan aku, aku hanya sedang memikirkan sesuatu. Sorry... Aku tidak bermaksud mengacaukan liburan kita."
Vienza menggigit bibir nya dan hal itu tentu saja membuat Akhtar frustasi.
Dia mendekat dan langsung mencium bibir itu, terlalu cepat gerakan Akhtar sampai Vienza terkejut.
Seisi cafe melihat mereka dan hanya tersenyum, Akhtar lalu menarik tangan Vienza untuk mengikutinya keluar.
Akhtar menggandeng tangan Vienza sambil berjalan didaerah pertokoan di kota Male.
Male adalah ibukota Maladewa, kota ini sangat tenang dan juga memiliki penduduk yang sopan. Kebanyakan wanita yang dijumpai Vienza disini menggunakan hijab, bahkan Vienza disuruh Akhtar memakai pakaian tertutup saat mereka akan pergi ke tempat ini tadi.
"Kau suka tempat ini?"
Akhtar melihat Vienza yang asik melihati jalanan yang mereka lewati.
"Sebentar lagi thomas akan menjemput kita. Aku sudah mengirim pesan kepada Fasya kalau kau lelah dan kita tidak ikut menyelam."
Vienza merasa tidak enak akan hal itu.
"Kau pergi saja pangeran, aku tidak apa-apa sendiri di bungalow. Aku hanya berencana berendam sebentar lalu tidur."
Akhtar menggeleng dan mencium tangan Vienza. "Aku tetap akan menemani istriku. Lagi pula ini bulan madu kita, ini saat nya kita untuk saling mengenal satu sama lain bukan?".
Vienza setuju, mereka memang harus saling mengenal satu sama lain mulai sekarang.
"Apa yang kau pikirkan, bisakah kau memberitahuku?"
Vienza tidak yakin Akhtar akan menerima jawabannya saat ini.
"Maaf kan aku. Jika aku tidak menjawab pertanyaanmu, apakah kau akan marah?"
Akhtar merasa ada yang disembunyikan Vienza kali ini, tapi tidak apa-apa dia akan tahhu secepatnya apa yang disembunyikan istrinya ini.
"Baiklah tidak apa-apa, dari pada kau membohongiku. Aku lebih suka kau tidak menjawabnya, tapi Vienza kau harus tahu satu hal tentang ku."
Vienza menelan ludahnya terasa sangat berat, dia merasa seperti Akhtar memberinya peringatan.
"Apa itu?"
Akhtar tidak langsung menjawab, dia mengajak Vienza duduk disalah satu bangku ditaman kota. Mereka duduk disana sambil menunggu Thomas menjemput mereka.
"Aku paling tidak bisa mentolerir kebohongan dan penghianatan."
Vienza menatap mata Akhtar yang penuh kebencian saat mengatakan hal itu.
Vienza bersandar dibahu Akhtar membuat Akhtar kembali lembut dan tidak dingin lagi.
"Aku tidak akan membohongimu, apalagi menghianatimu. Kau tahu kenapa?"
Akhtar mencoba melihat wajah serius Vienza.
"Karena aku sangat mencintai Ayah dan Ibundaku. Aku sama saja akan melukai mereka jika aku melakukan hal itu."
Akhtar bahagia mendengar jawaban itu, dan dia yakin Vienza tidak akan membohonginya.
"Pangeran pernahkah kau memiliki pacar?"
Vienza duduk dengan serius ingin mendengar jawaban Akhtar, dan dia ingin membuat dirinya sendiri melupakan hal tentang Ghafur.
"Ya aku memiliki satu, ehm.. Dua, mungkin tiga atau lebih teman kencan"
Vienza mendelik tak suka. Dan mencubit perut Akhtar. Sedangkan Akhtar hanya tertawa melihat wajah kesal Vienza.
"Jangan marah sayang, wajar saja bukan. Aku Pangeran yang tampan, dan juga yah kategori yang diimpikan setiap wanita."
Vienza membuang muka nya tak ingin melihat Akhtar.
"Baiklah aku akan menceritakan yang sebenarnya. Tapi nanti setelah kita sampai dibungalow, Thomas sudah sampai. Ayo sayang.."
Vienza lagi-lagi bergandengan tangan dengan Akhtar tanpa rasa canggung. Mereka menaiki mobil dan setelah itu pergi dengan helikopter untuk sampai di resort mereka. Vienza tertidur dipundak Akhtar saat di helikopter dan Akhtar memeluk tubuh Vienza.
Saat menaiki speedboat ke bungalow Vienza kembali hanya diam. Dia sempat berpapasan dengan Ghafur ditepi pantai, tapi Ghafur melihatnya sebentar dan membuang wajahnya.
Dan dia semakin merasa bersalah saat dilihatnya tangan Ghafur yang memengan sebotol wine. Akhtar sempat menyapa Ghafur dan Fasya yang sedang menikmati udara dipantai, mereka sudah selesai menyelam dan menikmati pemandangan laut yang begitu indah.
******
Vienza keluar dengan piyama tidurnya yang berwarna merah.
Rambutnya yang basah terurai sambil dia keringkan dengan handuk. Akhtar sedang duduk ditempat tidur sambil membaca majalah, dia melihat foto cover majalah dan melihat kearah Vienza. Tiga kali akhtar melihat Vienza lalu beralih ke sampul majalah itu lagi.
Vienza tahu apa maksud Akhtar seperti itu dan dia tertawa lalu duduk disamping Akhtar, mengambil alih majalah dari tangan Akhtar.
"Dia kembaranku, cantik bukan?"
Akhtar tampak terkejut, dia belum pernah bertemu dengan kembaran Vienza selain Zyan. Dan wanita yang terlihat mirip dengan istrinya ini sepertinya adalah Zia adik paling kecil Vienza, yang sering dibicarakannya.
"Jadi adikmu ini seorang aktris atau model?" tanya Akhtar sambil memeluk tubuh Vienza disampingnya.
"Dia seorang Aktris, dan seorang top model. Apa kau tidak pernah melihat dia di televisi setidaknya?"
Akhtar seperti sedang mengingat-ingat apakah pernah dia melihat Zia. Dan dia mendapatkan jawabannya.
"Ah... Ya pernah, dulu aku dan Fasya juga Tania bersama-sama ke Vegas. Aku ingat saat itu wanita yang paling disukai Fasya dari semua model adalah Zia. Ya aku ingat, dia memakai lingerie begitu seksi."
Wajah Vienza kesal waktu Akhtar menyebut adiknya seksi.
"Ehm... Jadi dia salah seorang Angel Victoria secret juga. Kenapa kau tidak memutuskan menjadi seorang model juga, kau dan adikmu sama-sama cantik"
Vienza berbaring ditempat tidur, mata nya menerawang mengingat masa lalu.
"Bagaimana bisa wanita yang pemalu sepertiku menjadi seorang model terkenal seperti Zia. Aku dan Zia sangat jauh berbeda." vienza tersenyum miris mengingat perbedaan karakter yang sangat jauh antara dia dan Zia.
Akhtar memang menyadari jika Vienza lebih terlihat feminim dan anggun sedangkan Zia lebih riang dan s*****l. Cocok dengan image nya sebagai seorang Angel victoria secret.
"Saat itu kami beranjak remaja dan kedua adikku memutuskan sekolah di luar negri dari pada di Fortania. Zia ikut dengan kakek dan nenek ku ke Indonesia, sedangkan Zyan yang sudah ditetapkan sebagai Penerus kerajaan disekolahkan ke London. Sekolah yang sama dengan ayah dan ibunda."
Akhtar mengerti ada nada sedih saat Vienza menceritakannya.
"Kau pasti bertanya kan kenapa aku tidak ikut bersama Zyan atau pun Zia." vienza sedikit tertawa.
"Jawabannya adalah karena aku terlalu takut kalau orang-orang akan menculikku seperti dulu. Jadi aku meminta ayah dan ibunda untuk tidak mengirimku keluar negri. Wajahku juga masih tetap disembunyikan dibalik penutup wajahku, meski luka bakar itu sudah lama sembuh."
Akhtar ikut berbaring disebelah Vienza dan memainkan rambut vienza.
"Saat usia kami mencapai 17 tahun, aku sudah memasuki kuliah. Begitupun Zyan, sedangkan Zia yang terlalu sibuk dengan dunia modeling dan juga keaktrisannya masih dibangku SMA."
Akhtar melihat wajah sendu tadi tersenyum
"Lalu kau tahu, Vienza dipaksa kembali ke Fortania. Karena ayahku begitu terkejut melihat foto dirinya hanya memakai bikini menghiasi seluruh majalah VOGUE. Ayah tidak setuju jika Zia menjadi model Victoria seperti ibunda ku dulu. Tapi Zia sangat keras kepala dan dia tetap pada dunia modeling nya."
Vienza duduk dan menatap wajah Akhtar sambil memicingkan matanya.
"Bukankah kau berjanji akan menceritakan semau mantan pacarmu? Kenapa jadi aku yang bercerita. Ayo sekarang ceritakan semua mantan pacarmu pangeran."
Akhtar mendesah pasrah, dia duduk dan mencium bibir Vienza.
Lalu mengajak Vienza keluar kamar.
"Aku akan menceritakan semua tentangku, tapi kau harus berjanji tidak akan merubah sikap mu kepadaku. Kau mau berjanji?"
TBC...