"Ka, kamu pengen makan?" tanya perempuan berambut pirang itu.
"Peduli apa lo sama gue? Kita udah nggak ada hubungan sama sekali," sinis laki - laki yang tak jauh darinya. "Aku hanya ingin selalu ada."
"Selalu ada? Kemana aja lo selama ini?" ketus laki - laki itu.
"Ka ...,"
"Sekarang gue udah bahagia, tanpa adanya lo! Dan seenak jidat lo bilang selalu ada? Bangun lo, tidur lo miring!" cibirnya kembali.
"Raka ...," Laki - laki itu tersenyum miring.
Raka, laki - laki itu, ia tak menyangka Arden akan ke rumahnya. Sejak kehadirannya, hidup Raka tidak tentram.
"Lo pergi dari sini! Gue nggak butuh perhatian munafik lo!" ketus Raka.
"Ka, aku ...,"
"PERGI!"
"Gue muak sama lo, Den. Gue nggak peduli lagi sama penyakit lo! Mau lo sekarat, mati sekalipun gue nggak peduli!" sinis Raka.
Air mata Arden lolos, hatinya teriris mendengar ucapan Raka. "Ka, aku cuman mau menghabiskan waktu bersama kamu. Kenapa kamu jahat sama aku? Kamu juga setuju kan kalau aku kembali sebentar di kehidupan kamu." cicit Arden.
"Oke! Dulu gue masih peduli sama lo, mau kembali pun nggak masalah. Tapi sekarang, hidup gue hancur lagi gara-gara lo! Mau lo kena kanker stadium empat gue nggak peduli! Pintu keluar di sebelah sana!" ketus Raka lalu meninggalkan Arden.
Sejak seminggu yang lalu, Arden datang padanya mengemis meminta Raka untuk menerimanya kembali. Berkali - kali Raka menolaknya, namun nihil. Perempuan itu bersikeras, dan pada akhirnya ia mengijinkan untuk kembali. Ia ingin tau bagaimana respon dari Genta, sejak mereka menyepakati perjanjian gila itu gadisnya sering jalan dengan laki-laki lain.
Raka mencari ponselnya lalu mengetik sebuah pesan dengan tersenyum miring. Ada sebuah rencana yang ia siapkan.
Me
Temui saya di Kafe Melati
Di sisi lain, perempuan cantik bersama laki - laku tinggi itu sedang menikmati pemandangan sekitarnya.
"Sejuk ya di sini," Laki - laki itu mengangguk menyetujui.
"Males pulang deh," ucap perempan itu terkekeh. "Ya kali lo mau tinggal di sini,"
"Oh ya, katanya temen - temen lo mau ke sini?" Perempuan itu mengangguk. "Iya. Paling bentar lagi nyampe."
"Ta, lo nggak kabarin Pak Raka?" tanya laki - laki itu.
"Males. Buat apa, orang dia lagi seneng - seneng sama cewek lain."
Genta dan Remon, mereka tengah berjalan di sekitar Villa milik keluarga Remon. "Minta penjelasan dong sama doi, sapa tahu aja cuman rekan kerja."
Genta menggeleng," Gue rasa bukan. Rekan kerja dia nggak ada yang sampai kek gitu."
Remon menghembuskan napas beratnya. "Serah deh, Ta."
Tak lama kemudian, suara geberan motor memekakkan telinga. Rombongan anak Elang sampai di Puncak. "Anak - anak tuh,"
Genta dan Remon menghampiri rombongan yang baru sampai. Genta tersenyum tipis melihat bendera hitam bertuliskan ELANG JAWA. Abimanyu menjadi orang yang paling terakhir sampai.
"Selamat datang!" teriak Bendi.
"Santai ae woy!" ucap Diko dengan memukul kepala Bendi.
"Dingin banget!" desis Faizal.
"Yuk langsung masuk, minum yang anget - anget." ucap Remon yang di angguki oleh semua.
Anak Elang sore ini berkumpul di Villa Remon, tetapi tidak semua. Mereka di sini sesuai ajakan Genta dan Abimanyu. Menghabiskan weekend di sana.
"Oh my god! Besar banget Villa lu, Mon!" ucap Tofa. "Punya babe sama enyak saye, Bung. Bukan punya saya."
"Sok ngerendah lu, Mon." cibir Tofa.
"Oh iya, nanti jadi bakar?" tanya Remon.
"Jadi dong. Asal jangan bakar hati aja," ucap Faizal asal.
"Eh bangke!"
Sebagian beristirahat di kamar tamu yang sudah di sediakan. Namun, berbeda dengan Faizal, Bendi, Fandi, Diko, Angga dan Remon yang asik bergurau di depan televisi ruang keluarga.
"Nonton film dong," ucap Diko.
"Film apa?" tanya Angga. "Terserah. Yang penting jangan Disney,"
"Kenapa emang sama Disney? Bagus tahu, gue aja suka sama Frozen," timbrung Bendi. Mereka duduk sambil mengemil kacang.
"Gue suka Tangled, sama Frozen," ucap Faizal.
Remon menganggukkan kepalanya, "Gue suka drama Korea. Lu pada pernah nonton kagak?" tanya Remon.
"Gue nonton yang tokoh utamanya tentara sama dokter. Paan tuh judulnya, Bang?" jawab Diko.
"DOTS. Descendant Of The Sun. Gue juga suka tuh. Apa lagi kalau ada Cha Eun Woo, gantengnya sampai ubun - ubun." timpal Remon.
"Eh anjir, sukanya cowok cantik kalian." desis Fandi. "Lah di banding lo, nggak suka apa - apa. Gue heran sama lo, Fan. Apa sih yang lo suka dari duni ini? Cewek? Nggak pernah pacaran. Musik? Jarang banget gue liat lo dengerin musik. Film? Di ajak ke bioskop aja ogah. Kartun? Apa lagi, film aja kagak mau. Drama? Boro - boro. Lo sukanya apa? Nonton film yang iya - iya aja, kata lo jorok." cibir Faizal.
Fandi mengetuk kepala Fandi keras. "Kalau ngomong kira - kira. Gue punya kesukaan sendiri, tanpa kalian ketahui." jawabnya dingin.
"Tuh kan, lo langsung adem kek kulkas." ucap Faizal.
"Udah udah. Yuk kita liat Frozen!" teriak Angga menengahi.
"So-so!" ucap Remon. (Baiklah)
Ting!
082456xxxxxx
Hai, sayang? Bagaimana kabarnya? Apa liburanmu di Puncak menyenangkan? Hmm... Tunggu aku besok di sana :*
(Defrian tersayang)
Genta menggeram kesal, ia membanting ponselnya di atas ranjang. "Dari mana dia tahu?" desisnya.
Me
Sepertinya anda salah orang.
Ia meninggalkan kamarnya, mencari keberadaan Abimanyu.
"Kalian tahu dimana Bang Manyu?" tanya Genta.
Dahinya mengernit melihat keenam cowok yang tengah melihat kartun Frozen.
"Di taman belakang, Ta." jawab Faizal tanpa mengalihkan pandangan. "Muka sangar tontonannya kartun." cibir Genta.
Langkah kaki Genta menghampiri Abimanyu yang duduk di ayunan taman. "Bang!" panggil Genta.
Abimanyu mengintruksi untuk duduk di sampingnya. "Kenapa?" tanya Abimanyu.
Genta menyandarkan kepalanya di d**a Abimanyu, "Kenapa? Ada masalah?" Abimanyu mengelus puncak kepala Genta.
"Gue pikir ada yang berkhianat, Bang." ucap Genta.
"Maksudnya? Berkhianat gimana?" Genta duduk tegak. "Nih, Bang."
Abimanyu membaca pesan itu sebentar, "Udah gue duga." desis Abimanyu lalu mengembalikan ponsel Genta.
"Abang tahu siapa?" Abimanyu mengangguk mantab. "Dari dulu hanya di yang berbeda sendiri. Gue bakal ngasih tahu, tapi nggak di sini." Genta mengangguk, paham.
"Udah jam segini kok anak - anak belum pada ke sini. Emang kagak jadi buat sate?" tanya Abimanyu.
"Sebagian masih di atas. Yang enam tadi liat Frozen." jawab Genta.
"Gila tuh anak, nggak ajak - ajak. Gue kan juga kangen sama Elsa." Genta membelakkan matanya.
"Lo juga suka, Bang?" Abimanyu mengangguk. "Eh kenapa enggak? Frozen itu bagus, mengajarkan banyak hal bagi gue." ucap Abimanyu.
###
"Saya tidak mau tahu, anda harus bantu saya." Laki - laki penyesap secangkir kopi itu menatap perempuan di depannya tajam.
"Tidak! Terlalu berbahaya. Saya tidak mau ikut campur urusan dia,"
Laki - laki itu tersenyum miring, "Mau saya buka aib anda?"
Perempuan itu mengepalkan tangannya, sudah dia duga jika laki-laki di depannya adalah manusia yang licik. "Baik, jika itu keinginan anda."
Laki - laki itu tersenyum tipis, "Bagus! Lebih cepat lebih baik,"
"Nanti saya akan urus semuanya," Laki - laki itu mengangguk lalu berpamitan pergi.
Bulan bersinar terang di gelapnya malam, bintang - bintang bertebaran memenuhi angkasa. Gelak tawa beriring syair merdu memenuhi taman belakang Villa Remon. Rencananya mereka akan membuat sate. Bendi dan Rendi, sejoli itu bertugas sebagai pembakar. Sedang yang lain, menyiapkan bumbu, ayam, tempat, minum dan lain - lainnya.
"Let it go! Let it go!" teriak Faizal lantang dengan memukul abstrak ember di depannya.
"Berisik, a***y!" ucap Tofa.
"Biarin dia senang kali, Fa." kata Dino.
Tak lebih dari 20 orang berkumpul di taman belakang Villa Remon. Ini hanya sebagian, belum semua.
"Let it go! Let it go!" nyanyi Bendi dengan mengipasi daging ayam di panggangan.
"Nyanyi mulu, bakar yang bener!" ucap Diko dengan melempar kulit kacang.
"Gue itu mengembangkan bakat yang tertunda. Gini - gini gue jago nyanyi." bela Bendi.
"Iya deh iya! Diko anak baik, iyain aja!" kata Diko terkekeh.
"Kalau mau nyanyi yang benar dong. Nih gue sebagai pengiringnya," ucap Faizal bangga.
Semua bersiul melihat Faizal membawa gitar, "Cie cie cie! Mantan playboy mah harus bisa main gitar dong." sindir Aldo.
"Bang, sekarang tuh Bang Faiz gebetannya sekelas sama Kak Genta." ucap Angga lantang.
Faizal berdecih. “Dasar Angga, ember luar biasa.”
"Beneran? Siapa? Kok gue kagak tahu?" tanya Aldo kepo.
Aldo Febriansyah, anak SMAPA kelas XII IPS 1. Nakalnya nggak di ragukan lagi. "Siapa itu namanya? Gue lupa. Bang Mon, siapa nama temen lo cewek yang di gebet Bang Faiz?" tanya Angga.
Remon menoleh, "Renia." jawabnya.
"Renia? Renia Putri, Mon?" tanya Aldo yang di angguki Remon.
"Waduh, mantan gue tuh!" kata Aldo lantang dengan tertawa. "Beneran, Bang?" tanya Angga kepo.
Aldo mengangguk, "Bentar lagi ada judul FTV gini, Masa lalu ku adalah masa depanmu." ucap Angga.
Semua tertawa, kecuali Faizal, pipinya memerah malu. “Ledek terus teman-temen sampai sukses.”
"Atau nggak gini, Ngga. Mantan pak waketu adalah calon ibu dari anak - anak ku." timpal Dino.
"Udah woy, kasihan tuh Faiz. Merah pipinya," goda Aldo dengan terkekeh.
"Santai, Zal. Gue udah punya yang lain kok," ucap Aldo kembali.
"Lebih cantik pastinya," kata Rendi.
"Kalian nggak kasihan, lihat deh Faiz. Diem aja mau noleh susah," kata Fandi.
"Bang Manyu mana?" tanya Bendi. "Tadi gue lihat dia mangku laptop, mungkin ada tugas." jawab Aldo.
Angga melirik pojok taman, terlihat Jery sedang menyendiri. "Woy, Bang Jer! Gabung sini napa!" teriaknya.
Semua mata menatap Jery, "Iya, maaf tadi ada urusan." jawab Jery dengan terkekeh.
"Yang lain pada kemana sih?" tanya Dino. "Masih di ruang tengah, tadi gue lihat anak SMAPA di sana." jawab Aldo.
"Ajak ke sini lah, Bang. Masa cuman orang ini aja,"
Aldo mengangguk, lalu berlalu menghampiri anak SMAPA yang masih asik dengan game. Abimanyu dan Genta beriringan menuju tempat kumpulnya anak Elang. Mereka bercanda gurau satu sama lain.
"And here i stand, and here i'll stay! Let it go! Let it go! ..." beo Bendi.
"The cold bothered me anyway!" lanjut Abimanyu dengan tertawa.
"Widihh! Fans-nya mbak Elsa pada kumpul nih," ucap Fauzan.
Abimanyu terkekeh, "Sebagai pencinta Disney gue hapal semua soundtrack film yang ada." kata Abimanyu bangga.
"Bang hapal lagunya Aladdin?" tanya Faizal.
"Proses nih, masih cari lirik di rumahnya simbah." jawabnya.
"Ntar kalau udah, sini gue gitarin." ucap Faizal.
"Iya deh, gue hapalin dulu."
Abimanyu dan Genta duduk berdampingan.
"Eh gue hapal, Zal!" ucap Aldo yang baru datang.
"Hapal paan?" tanya Faizal. "A whole new world," jawab Aldo.
"Yuk nyanyi," seru Faizal lantang.
Di sudut lain, Jery dan Zulham mengamati teman - teman yang lain. Tengah bersenandung gurau. "Nggak join?" tanya Zulham.
"Males. Gue di sini aja," Zulham mengangguk, paham.
"Jer, sini!" teriak Aldo. Jery mengangguk, "Iya. Ntar gue nyusul."
"Lo nggak lagi jadi ...," Jery melotot.
"Udah ayo, gabung!" ucap Jery lalu menarik tangan Zulham.
"I can show you the world
Shining, shimmering, splendid
Tell me, Princess
Now when did you last let your heart decide?
I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over sideways and under on a magic carpet ride
A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we're only dreaming."
Suara Aldo mengalun merdu berpetik gitar oleh Faizal, tak di ragukan lagi kemampuannya. Ia vokalis band di SMAGA. Aldo menatap Genta, tersenyum mengajak gadis itu berduet bersamanya.
"A whole new world
A dazzing place
I never knew
But when I'm way up here
It's crystal clear
That now i'm in a whole new world with you
(Now I'm in a whole new world with you)
Unbelievable sights
Indescribable feelings
Soaring, tumbling, freewheeling
Through an endless diamond sky."
Keduanya saling tersenyum. Lalu mengangguk bersama.
"A whole new world
(Don't you dare close your eyes)
A hundred thousand things to see
(Hold your breath - it gets better)
I'm like a shooting star
I've come so far
I can't go back to where I used to be
A whole new world
(Every turn a surprise)
With new horizons to pursue
(Every moment red-letter)
I'll chase them anywhere
There's time to spare
Let me share this whole new world with you
A whole new world
(A whole new world)
That's where we'll be
(That's where we'll be)
A thrilling chase
(A wondrous place)
For you and me."
(A Whole a New World by Zayn Malik and Zhavia Ward)
Tepukan tangan bergemuruh, semua menatap Aldo dan Genta takjub. "Bu ketua sama pak ketua mah kagak di ragukan lagi," puji Bendi.
"Suara kalian bagus loh, mendingan ikutan kontes nyanyi." usul Samuel.
"Nah bener tuh, kek DA, Lida, dangdut pantura, KDI, atau apa lagi?" tambah Bendi.
Rendi memukul kepala Bendi, "Bego banget sih. Mereka itu bukan aliran dangdut, kasih saran yang bener." kata Rendi.
Aldo Febriansyah, anak SMAPA tingkat akhir. Memiliki vokal yang mumpuni, sering di dapuk untuk mengikuti lomba menyanyi sampai tingkat nasional. Ia juga vokalis band di sekolahnya. Tak heran jika suaranya sebelas duabelas sama Risky Febian.
"Adeknya Bang Iky gitu," ucap Aldo bangga.
"Untung aja suara lo bagus, jadi masih bisa gue iyain dah." kata Dino.
"Ini tuh fakta, nggak bisa di sangkal. Udah ganteng, pinter, suara bagus, tajir, anak tunggal pula, taat agama, rajin nabung, tidak sombong, . ...,"
"SAYANGNYA JOMBLO!" potong Bendi lalu tertawa.
"Eh anjir! Ngomong di saring!" geram Aldo.
"Ya elah, Bang. Kagak mau ngaku lo? PDKT aja sih, kapan mau di tembak? Jangan gantung cewek lama - lama, bisa di embat orang duluan loh." sindir Bendi.
Aldo tertawa, "Lo jangan buka aib, Ndi! Malu kan gue?"
Semua terkekeh, "Makanya tembak tuh Dina. Kasihan doi di kasihan harapan mulu, kalau kagak mau biar sama gue aja." ucap Samuel.
"Eh lo berani selangkah lebih dekat sama dia. Tinggal nama besok lo, Sam." tegas Aldo.
"Makanya gebetan jangan banyak - banyak, Bang. Jadi bingung kan mau yang mana duluan," ejek Xavier.
"Oh iya Renata apa kabar, Bang?" tanya Diko dengan tertawa.
"Eh a***y! Aku ternistakan di sini, Mak!" seru Aldo.
"Sama perasaan kudu tegas, Do. Kalau A ya A, B ya B. Jangan A sama B di embat semua," komentar Abimanyu lalu terkekeh.
"Lo juga sama, Bang. Cuman Genta nih yang baik sama gue." ucapnya lalu duduk di sebelah Genta.
Genta terkekeh, "Makanya jadi cowok jangan playboy. Jadi bingung sendiri kan," tutur Genta.
Semua anak Elang tertawa, apalagi Bendi, anak itu paling keras sendiri. "Nggak ada yang berpihak sama lo, Bang!"
Aldo mendengus lalu mengerucutkan bibirnya, "Gue marah!"
"Jangan kek anak kecil. Yuk ikut gue, ada sesuatu yang perlu kita bicarakan." ajak Abimanyu.
Aldo mengangguk, mengikuti jalan Abimanyu begitu juga Genta.
###
"Awasi mereka! Semua informasi yang lo dapat, laporin ke gue!" gertak laki - laki bertubuh tegap itu.
"Nggak! Gue nggak mau jadi b***k lo lagi!" Laki - laki itu tersenyum miring.
"Rahasia lo nggak aman di tangan gue. Lo mau temen - temen lo itu ngejauhin lo?"
"b*****t! Ngancem gue lo! Hah?! Ini untuk yang terakhir kali, setelah ini jangan hubungi gue lagi."
Laki - laki itu tersenyum miring, "Semua bakalam musnah!" desisnya.
Lewat tengah malam, taman belakang Villa mewah itu masih ramai. Nyayian, canda tawa dan kepulan asap. Walau sebagian sudah tidur, maklum saja setelah perjalanan jauh mereka pasti capek.
"Gue capek, ngantuk! Emak, Bendi ngantuk!" jerit Bendi. "Sini nak, emak kelonin." ucap Angga.
"Paan sih, Ngga!" Bendi berlalu menuju ruang tengah, tempat sebagian anak - anak tidur. Seperti Remon dan Faizal.
"Yah, mau molor tuh anak." ujar Angga.
Tersisa Angga, Fandi, Xavier, Jery dan Abimanyu. "Kalian tidur aja, besok pagi bisa jalan - jalan." suruh Abimanyu.
"Gue tidur aja lah, Bang." ucap Xavier yang tengah menyeret Angga.
"Nggak tidur, Bang?" tanya Fandi. Abimanyu menggeleng. "Belum ngantuk. Lo duluan aja."
Fandi mengangguk, "Gue duluan, Bang, Jer."
Abimanyu menyesap minuman bersoda, hasil palakan ke Remon. "Nih minum, Jer." Ia memberikan satu kaleng segel minuman bersoda.
"Makasih, Bang."
Abimanyu mengangguk, "Nggak ngantuk lo?" Jery menggeleng.
"Ada masalah?" tanya Abimanyu. "Ng-nggak ada," gagapnya.
"Kalau ada masalah sini bagi - bagi sama gue. Siapa tahu aja gue bisa bantu," tawar Abimanyu.
"Gue nggak ada masalah kok, Bang." kilah Jery.
"Besok pulang jam berapa?" lanjutnya.
"Jam satu," Jery mengangguk.
"Gue ke kamar dulu, Bang. Selamat malam!" Abimanyu mengangguk.
Ting!
Mata 1
Gue udah dapet info, lo hati - hati besok.
Abimanyu tersenyum miring. Lalu menyimpan kembali ponselnya. Tak ada
###