Prolog

617 Kata
"MOM! DAD! VARO PULAAAANG!!!" Seorang anak kecil dengan seragam merah putih berlari dengan begitu semangat ketika baru keluar dari dalam mobil untuk masuk ke rumah sambil meneriaki orangtuanya. Namun, sayangnya saat sampai di dalam, netra bocah itu sama sekali tidak dapat menemukan di mana mereka berada. Matanya menyapu sekeliling sembari melangkah pelan. "Mom? Dad?" panggilnya tanpa sahutan. Bahu bocah laki-laki berusia delapan tahun itu merosot, kepalanya mendunduk, ini selalu saja terjadi. Dia lantas melirik kertas piagam serta piala yang ada di tangannya dengan nanar. "Padahal Varo mau pamerin ini ke kalian, tapi kaliannya nggak ada," cicit anak itu merasa sedih. Hingga dari dalam, ketiga pelayan yang ditugaskan untuk menjaga dan merawat Alvaro kecil pun mendekat. Anak itu langsung mengangkat kepalanya dan menatap wanita-wanita itu satu persatu. "Mau apa?" tanyanya sedikit ketus. "Den, mana sih biar Bi Hanum bawakan piala sama tasnya. Aden sama Bi Ayu dulu, mandi habis itu makan siang," tutur wanita yang masih terlihat cukup muda di antara yang lainnya. Yang bernama Ayu mengangguk kala Alvaro menatapnya. "Ayo Den, bersihin badan dulu." "Nggak mau!" pekik Alvaro ketika tangannya akan disentuh. "Aku nggak mau! Aku maunya dimandiin Mommy!" katanya. Ketiga pelayan itu sontak saling melemparkan pandangan. Kejadian ini sudah sangat sering terjadi. Bagaimana anak majikannya itu selalu menolak saat mau diurus. Tidak heran, memang sejak lahir, bahkan satu minggu setelah dilahirkan, Alvaro kecil sudah harus berpisah dengan Ibunya. Alvaro tidak pernah sekalipun dirawat oleh Ibunya. Hanya dengan pelayan-pelayannya ini Alvaro dibesarkan. Jadi jangan kaget, kalau misal mereka yang lebih mengenal Alvaro daripada kedua orangtua kandungnya sendiri. "Pokoknya aku nggak mau mandi kalau nggak sama Mommy!" kukuhnya sambil melipat kedua tangan di depan d**a. Bi Ayu, yang paling tua menghela. Dia kemudian berjongkok menyamakan tingginya dengan Alvaro. "Den, mandi ya? Nanti habis mandi kan bisa ketemu Mommy, sudah harum, nanti bisa peluk Mommy," bujuknya. Alvaro tetap menggeleng. Pipinya menggembung lucu. "Nggak mau! Kalian bohong!" "Kalau habis mandi Bibi belikan es krim gimana? Mau nggak?" tanya Bi Yuni, pelayan yang punya wajah lumayan cantik, lemah lembut, dan sangat kalem. Mendengar kata es krim, Alvaro jadi sedikit tertarik. "Benar?" tanyanya. Bi Yuni segera mengangguk sembari tersenyum lebar. Sepertinya cara ini akan berhasil. "Iya, mau rasa apa? Coklat atau Stroberi?" "Ih! Aku nggak suka stoberi, Bi!" Langsung Bi Yuni tertawa renyah. "Bercanda Aden sayang, iya enggak stoberi, coklat aja ya kalau gitu?" Alvaro mengangguk cepat, matanya melebar seketika. "Oke! Yang ada kacangnya ya?" "Iyaaa ... tapi ayo, mandi dulu. Masa mau beli es krim nggak mandi? Euw, bau!" "Bibiii! Ngeledek terus ih!" Cara Bi Yuni merayu Alvaro berhasil. Bahkan wanita itu sudah bisa membawa Alvaro jalan menuju kamarnya. Sambil menaiki anak tangga, Bi Yuni menoleh ke belakang. Dia berucap tanpa suara kepada dua pelayan lain. "Biar saya yang urus," begitu kelihatannya. Bi Hanum dan Bi Ayu mengangguk bersamaan. Mereka paham, sekarang tugas mereka adalah menyiapkan masakan untuk sang tuan muda yang cerewet. Kadang rasa jengkel ketika Alvaro keras kepala itu sempat ketiganya rasakan, tapi saat mengingat Alvaro kecil yang begitu menyedihkan, mereka langsung merasa kasihan. Apalagi saat tuan muda itu rewel tengah malam dan terus memanggil-manggil Ibunya, satu rumah dibuat kalang kabut kesulitan menenangkan. Pernah sampai Pak Rusdi, tukang kebun rumah harus membawa Alvaro keliling komplek dulu, malam-malam, hanya supaya Alvaro bisa kembali tidur. Macam-macam tingkah Alvaro dalam rumah ini, hanya pelayan-pelayannya saja yang tau. Ibu dan Ayahnya? Jangan ditanyakan, mereka pulang sehari sekali saja sudah syukur. Kadang semua orang dewasa dalam rumah ini berpikir, apakah diluar sana kedua majikannya itu punya rumah lain sampai lupa untuk pulang. Apakah tidak terbesit satu saja pikiran tentang anaknya yang terlantar? Begitulah, kalau menikah hanya karena urusan perusahaan. Yang penting ada status, punya keturunan, selesai. Dunia bisnis lebih menarik ketimbang rumah tangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN