Pulang Kampung

1258 Kata
"Ehh Maaf, sepertinya saya salah masuk kamar." ucapnya, Rania pun berbalik badan untuk pergi dari kamar tersebut tapi baru saja akan membuka pintu, seseorang menahan pintu dan mengukung tubuhnya. "Kau tidak salah kamar, Aku memang memesan kamar ini atas nama ayahku. Tapi bukan dia yang akan bersenang-senang dengan mu melainkan aku dan beberapa temanku." ucapnya tersenyum menyeringai. Mata Rania membulat, tentu saja dia jadi takut dan beberapa orang kini langsung keluar dari persembunyiannya. Rania menggelengkan kepalanya, dia benar-benar takut sekarang. "Wanita seperti memang sangat menjijikkan." ucapnya, rambut Rania langsung di jambak dan di seret akan masuk ke dalam kamar tersebut. "awww sakit, lepaskan." "Aku akan melepaskan mu setelah kamu memuaskan kami semua." Rania tak menyangka kalau malam yang indah akan menyebabkan malapetaka yang sangat menakutkan untuknya, dia di paksa melayani beberapa orang dalam satu waktu bahkan tak hanya bagian intimnya saja yang harus melayani tapi bagian lubang lainnya ikut merasakan sakit. "Cuihhh, berani kau menganggu keluarga ku lagi. Akan ku habisi ko." ucapnya sambil menendang Rania yang tak berbusana dengan darah dimana-mana. "Terimakasih cantik, semoga kita bertemu lagi." Rania meraung setelah orang-orang itu pergi, dia beringsut mengambil bajunya meskipun sudah rusak di beberapa bagian. Dia mengambil hpnya untuk menghubungi Salsa namun pesan di layar hpnya membuat dia menangis meraung. Dia begitu senang sampai bodoh kalau ternyata sedari tadi sugar Daddy sudah menghubungi dirinya untuk tidak pergi ke hotel. "Arrghhh." *** "Arghhhh tolong hentikan sakit." teriak Rania. "Ran, lo kenapa. Ran bangun Ran." Salsa merasa khawatir dengan temannya, Rania hilang kabar seharian dan dia jadi aneh setelah pulang. Terus berteriak minta tolong, dan menjerit kesakitan. "Sa, salsa." Rania langsung memeluk Salsa, air matanya langsung keluar dari pelupuk matanya. "Ran, lo kenapa?" tanya Salsa lagi. "Aku takut, sakit." "Iya kamu kenapa?" tanya Rania khawatir, apalagi badan Rania begitu panas. Dia jadi tak tega meninggalkan Rania begitu saja. "Aku di perkosa." lirihnya. Salsa terdiam, dia langsung terbahak-bahak. "Hahaha Ran, lo tuh gila kali ya. harusnya lo tuh nangis pas ilang ke perawan bukan sekarang." jawab Salsa masih terbahak merasa konyol dengan ucapan Rania. "Aku di perkosa banyak laki-laki Sa." lirihnya lagi. Salsa yang terbahak pun langsung terdiam. "Maksud kamu apa Ran?" "Aku di perkosa anak pak pejabat, mereka merkosa aku beramai-ramai. Aku takut, meraka kasarin aku." ucapnya lirih sambil terisak. "Mereka sambil tendangin aku," Salsa benar-benar syok mendengar cerita Rania, apalagi sekarang Salsa menyadari kalau psikis Rania mulai terganggu. Salsa hanya mampu menenangkan Rania, dia juga bingung harus menjawab apa. *** "Ya ampun Ran, kenapa jadi panas gini sih." pekik Salsa panik, dia pun meminta tolong penghuni kost lain untuk membawa Rania ke rumah sakit. Rania terus saja mengigil kedinginan dengn mulut yang terus saja mengingau. Salsa benar-benar kasian melihat kondisi Rania yang seperti ini, sesampainya di rumah sakit Rania langsung di tangani. "Dok, bagaimana kondisi teman saya?" tanya Salsa setelah dokter selesai memeriksa Rania. "Apa pasien mengalami kekerasan seksual?" tanya sang dokter, tentu saja bukan tanpa alasan dokter bertanya seperti itu karena Rania terus saja menjerit ketakutan dan terus meminta tolong. Di tanya seperti itu Salsa pun langsung terdiam, dia menunduk merasa bersalah karena dia juga andil dalam ke sakitan Rania. Andai saja dia tak mengenalkan Rania pada dunia malam tak akan mungkin Rania seperti ini. "Iya Dok, teman Saya di perkosa." jawabnya lirih, bahkan Salsa sampai mengusap air matanya. Sang dokter pun menghela nafasnya. "Saya sudah memberikan obat penenang untuk pasien, tolong jangan di tinggalkan." ucap sang dokter sambil berpamitan pergi. Salsa pun masuk ke ruangan Rania, dia melihat Rania yang tidur dengan tenang. Luka lebam di wajahnya sudah mulai terlihat, bahkan tak hanya di wajah tapi juga tangan dan beberapa bagian tubuhnya. "Cepet sembuh ya Ran, gue minta maaf." *** Rania mengeliat dari tidurnya, keningnya mengerut melihat suasana ruangan yang putih. Dia menoleh melihat Salsa yang tertidur di sofa. Tatapan matanya kosong, pikirannya berkenalan mengingat kedua orang tuanya di kampung. Rania memutuskan meneruskan sekolah ke kota dengan dalih sekolah sambil bekerja karena kedua orang tuanya yang tak mampu. Dia memang bekerja sambil kuliah, apalagi dulu mantan kekasihnya yang sangat royal namun Rania tak menyangka akan keterusan dengan kehidupan gelapnya yang sekarang malah membuat dia seperti ini. "Ran, lo udah sadar." ucap Salsa senang, dia pun menghampiri Rania. Rania pun menatap Salsa, mereka memang berjuang bersama saat ke kota tapi Salsa lebih tua dari dirinya sehingga saat dia masih SMA Salsa sudah kuliah. "Gue mau balik ke kampung aja Sa." ucap Rania lirih. Salsa tak bisa menahan Rania, dia pun memeluk Rania. "Nanti setelah lo sehat ya, gue bakalan anter lo ke kampung." *** Beberapa hari Rania di rawat di rumah sakit sampai semua luka fisik dan batinnya sedikit membaik. "Udah boleh pulang?" tanya Salsa. "Iya, kata dokter gue udah boleh pulang." ucap Rania semangat. "Yasudah ayo, gue juga udah sewa mobil buat anter lo ke kampung." ucap Salsa. Rania pun tersenyum dengan senang, dia mengucapakan terima kasih pada Salsa karena mau membantu dan mengantar dirinya untuk kembali ke kampung halaman. Salsa pun mengurus pembayaran rumah sakit Rania. Rania duduk sambil menunggu Salsa, dia merogoh saku celananya. Dimana di sana ada hp dan atmnya. Rania membuang hpnya, lalu dia melihat ke arah Salsa yang berjalan ke arahnya. "Sa, ini buat lo." ucapnya. "Ini apa Ran, kenapa lo kasih ke gue. ini kan punya lo." ucap Salsa menolak pemberian Rania. "Ini buat bayar rumah sakit, lo pake ya. Gue gak mau hutang budi." ucap Rania masih lemah. "Tapi lo kan lebih butuh dari gue Ran." Rania pun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum lalu menarik tangan Salsa untuk menerima ATM tersebut. "Gue mau mulai hidup baru nanti di kampung, doain gue ya biar gue sehat-sehat di sana." ucap Rania. Salsa pun langsung menangis sambil memeluk Rania, baginya Rania sudah seperti adiknya sendiri. "Lo nanti bakalan ke kota lagi kan Ran." "Gue gak tau, kalau jodoh gue bakal ke kota lagi dan pasti gue bakal nemuin lo." Salsa pun mengantarkan Rania ke kampung halamannya di Bogor, Rania begitu rindu saat mobil mereka memasuki perkampungan. Sawah-sawah yang hijau dengan udara yang sejuk. Rania baru sadar kalau dirinya sudah lama tak pulang dan hanya mengirim uang saja untuk kedua orang tuanya. "Kampung lo sejuk banget Ran." "Iya lo bener, ternyata gue udah lama gak pulang." "Gue jadi inget pas pertama kali ketemu lo di stasiun." ucap Salsa. "Iya, gue juga. Gue pasti kangen sama lo Sa." Mobil pun berhenti di depan rumah yang tidak terlalu besar namun cukup kokoh karena beberapa bulan lalu Rania mengirim uang untuk merenovasi rumahnya. "Ini rumah lo?" tanya Salsa. "Iya, ayo turun." ajak Rania. Salsa pun ikut turun, Rania menatap rumahnya yang sekarang sudah bagus padahal dulu rumahnya yang paling jelek bahkan sampai rubuh. Dia yang sudah bosen di hina tetangga memutuskan untuk sekolah ke kota dan ngekost sendiri. Rania menghela nafas sebelum membuka pintu. "Assalamualaikum." "Walaikumsalam, sakedeng." teriaknya. ceklek.. Wanita paruh baya yang memakai daster bolong dengan baju bagian depannya basah pun sedikit terdiam saat melihat tamu yang datang ke rumahnya. "Ra-Rania itu kamu Nak." bughh Rania langsung bersimpuh di bawah kaki ibunya sambil menangis. "Ambu, Rania pulang Ambu. Rania minta maaf." "Masyaallah Rania, Ambu kangen kamu Nak. Jangan seperti ini. Bangun." "Aya saha Ambu?" tanya Laki-laki kurus di belakang Ibu Rania. "Aya Rania Appa." Laki-laki tua itu pun sama seperti Ibu Rania, tangisan pun pecah karena anak pertamanya pulang setelah sekian lama merantau. "Ya Allah Rania, kamu pulang Nak." Tangis pun pecah, bahkan Adik-adik Rania yang ada di dalam pun langsung ke luar. Mereka pun ikut menangis saat kedua orang tuanya menangis sambil memeluk kakak mereka yang sudah lama tak pulang. "Kamu bakalan tinggal di sini kan Nak?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN