Waktu sudah semakin dekat, tapi Rania tidak seantusias saat pertama kali bahkan memilih cincin pun Rania memilih yang paling sederhana. Pertanyaan Hamka sebulan yang lalu benar-benar membekas di otaknya, apalagi laki-laki itu benar-benar tak ada kabar. Kalau saja asistennya tak mengontek Rania, mungkin Rania akan berpikir kalau Hamka membatalkan pernikahan mereka . Rania menghela nafas, otaknya berpikir begitu keras. Kenapa laki-laki selalu menginginkan gadis perawan, padahal orang yang merusak keperawanan juga laki-laki tapi kalau sudah seperti ini kenapa hanya perempuan yang di beri beban sangat berat. Bukankan keperawanan itu hanya prihal selaput dara saja. Tapi Prihal pertanyaan itu juga, Rania jadi kurang nafsu makan. Dia begitu ketakutan sekali sekarang, apa dia jujur pada Hamka