Bab 7 QnA

1011 Kata
Alena saat itu hanya menyunggingkan senyumannya disana. Dimana saat itu ia sudah sempat melihat punggung calon suaminya yang lebar dan gagah tadi. Dan sekelebat bayangan yang sempat ia lihat lagi-lagi membuatnya teringat kemudian tanpa sadar tersungginglah senyumanya. "Bang... kalau di lihat dari ekspresi wajah Alena yang berbunga seperti itu ya bang... tandanya calon suaminya itu pasti tampan. Ya kan bang?" ucap Nayla tiba-tiba pada kakaknya. Dan terlihat Rudi hanya mengangguk saat itu sebagai jawabannya. "Aku... aku tadi sempat berpapasan sesaat dan sudah melihat punggungnya Nay... bang... akh... sudahlah... aku ngantuk... kalian pulang ya..." ucap Alrena pada kedua orang yang ada disana. "Nggak Le! kakak aja biarin yang pulang! aku mau nginep sini nemani kamu. Lagian... aku masih kepo tahu nggak! kamu itu ceritanya separuh-separuh." Ucap Nayla pada sahabatnya itu. "Iya Nay... baiklah... kalau begitu nikmati tempatmu, aku akan pergi ke kamar mandi." Ucap Alena pada keduanya. "Yaudah Nay... abang pulang dulu kalau begitu ya..." ucap Rudi yang berpamitan pada adiknya. Dan Nayla hanya mengantarkan kakak nya sembari mengunci pintu rumah Alena. Usai dengan aktivitas sebelum tidurnya. Alena segera menyusul Nayla yang sudah ada diatas tempat tidurnya saat itu. "Belum ngantuk Nay?" tanya Alena pada sahabatnya itu. Lalu beranjak naik keatas pembaringan dan turut masuk kedalam selimut. "Le... aku tidur disini karena mau menguak semua tentang calon suami kamu itu." Ucap Nayla yang membuat Alena terkikik. "Apaan sih Nay, memangnya kamu mau tanya apaan sih? mau tahu apa?" tanya Alena pada sahabatnya itu. "Emb... oke, aku mulai ya pertanyaannya Le." Ucap Nayla pada sahabatnya itu. Dan Alena pun hanya bisa mengangguk sebagai jawabannya. "Nih kamu harus jawab dengan jujur ya Le..." ucap Nayla lagi pada sahabatnya. "Oke, sebisa aku akan aku jawab dengan jujur." Ucap gadis yang sudah merebahkan tubuhnya disamping Nayla itu. "Emb... Le... apa kamu bahagia jika benar akan menjadi istri dari putra kedua orang tadi?" tanya Nayla pada sahabatnya. "Ya Nay... mau aku bahagia atau tidak... apa bedanya sekarang? aku memang sedang kesulitan. Kesulitan dari ekonomi... kesulitan menempatkan diri di masyarakat tanpa bimbingan orang tua. Entah aku harus bahagia atau bersedih karena akan memiliki keluarga baru." UcapvAlena dengan jujurnya tentang perasaan yang saat itu ia rasakan. Alena pikir kedatangan keluarga Emilio adalah takdir dari tuhan untuk dirinya. "Oke, aku bisa mengerti itu Le... kalau begitu... pertanyaan selanjutnya. Emb... kapan kalian akan menikah?" tanya Nayla yang saat itu membuat Alena beringsut dan menatap sahabat yang ada di sampingnya. "Aku nggak tahu masalah pernikahan Nay... yang aku tahu, tadi aku sudah memberikan semua berkas yang di butuhkan oleh calon mertua aku sebagai syarat pernikahan aku dan kak Emilio." Ucap Alena pada Nayla. "Emb... lalu... ketika kamu sudah menikah nanti bagaimana kamu mengurusnya di sekolah? kamu kan baru kelas dua ini Le! meskipun sudah mau naik kelas sih... sudah usai ujian juga." Ucap Nayla yang merasa ia khawatir akan kehilangan sahabat baiknya itu. "Akh... kalau masalah itu gampang Nay, mama dan papa sudah bilang untuk menyembunyikan pernikahan aku dan kak Emil sampai batas waktu yang kami sepakati... ya pokoknya kami yang atur lah." Ucap Alena pada sahabatnya itu. "Jadi... setelah menikah... kamu bakalan pindah rumah ya Le?" tanya Nayla yang begitu penasaran. "Mestinya sih iya Nay, tapi aku bakalan sering main kesini kok pastinya. Jadi... jangan khawatir ya..." ucap Alena dengan pelukan yang memeluk Nayla. "Trus... kalau kalian tinggal bareng... pastinya... kalian bakalan satu ranjang kan Le?" tanya Nayla yang baru membuat Alena tersentak saat itu. "Astaga Nay! bener juga ya apa yang kamu katakan itu! waduh... gimana dong?" ucap Alena yang terlihat sedikit panik disana. Lalu ia segera ingat jika mama Emilio pernah bilang padanya jika sebelum ia lulus SMA, Emilio tidak akan menyentuhnya. "Akh... ngapain aku khawatir sih! toh kak Emilio juga kelihatan berpendidikan. Pasti dia juga tahu etika lah... kalau aku nggak mau di sentuh masak iya maksa sih Nay!" ucap Alena saat itu yang sedikit lega ia rasakan. "Emb... tapi Le... dia itu bukannya sudah pria dewasa ya? emang kalau lagi khilaf juga bisa ingat etika Le?" tanya Nayla dengan nada ingin tahunya. "Akh... sudah-sudah! aku bisa gila kalau kamu tanyain terus bab dewasa! yaudah akh aku mau tidur. Terserah deh kamu mau tidur sekarang apa nanti!" ucap Alena yang lalu menarik selimutnya disana lalu memunggungi sahabatnya itu. "Kan aku emang pengen tahu Le... dasar kamunya aja yang udah ngebayangin ampe sana!" gerutu pelan Nayla saat itu. Sampai... terdengar suara ponsel Alena yang tengah bergetar. Tanda ada pesan masuk disana. Alena pun yang belum tertidur. Lalu meraih ponsel yang ada di laci samping tempat tidurnya. "Siapa sih malam-malam begini ganggu aja!" ucap Alena dengan gerutunya. "Loh... siapa ya kok nggak ada namanya?" tanya Alena dalam hatinya. Namun saat ia akan bertanya pada Nayla. Rupanya gadis itu sudah tertidur. Alena pun lalu membuka pesan chat tersebut. "Lena... ini aku Emilio... maaf ya belum bisa menyapamu dan mengantarkanmu pulang. Tolong mengerti keadaan ku ya... jika nanti sudah waktunya... aku pasti akan menemuimu." Ucap pesan chat dari lelaki yang mengaku Emilio. Terlihat senyum bahagia Alena tersungging disana. Namun saat ia akan membalasnya. Pesan chat Alena sudah tidak bisa terkirim kepada Emilio. "Hah... kok nggak bisa terkirim ya? apa paket data aku abis?" ucap gerutu Alena saat itu. Ia menatap layar ponselnya dan membaca ulang pesan yang baru ia terima itu hingga tertidur. Alena memasang jam alrm tepat pukul setengah enam pagi. Karena ia mengikuti apa kata calon mama mertuanya yang menginginkan dirinya hanya fokus pada sekolahnya saja tanpa memikirkan yang lainnya. Alena segera membangunkan Nayla. Dan Nayla pun segera bangun. Dengan langkah Gontai gadis itu menuju kearah pintu rumah Alena. Namun ketika ia membuka pintu tersebut dan akan melangkah keluar. Kakinya sudah tersandung beberapa kresek besar yang tertata menghalangi depan pintu Alena. "Astaga Alena! ini apaan Le?" tanya Nayla dengan teriakannya. Dan saat itu Alena segera berlari menuju kearah pintu rumah. Alena pun begitu terkejut saat di depan pintu rumahnya sudah siap semua bahan makanan lengkap ada disana. "Hah... siapa yang naroh sini ya kira-kira?" tanya Alena pada Nayla. "Paketan salah alamat kali!" ucap Nayla pada sahabatnya itu. Namun sebelum keduanya kebingungan, Alena sudah mendapatkan pesan dari calon mama mertuanya disana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN