“Qiana!” Rasa kaget membuat gadis itu lupa menyembunyikan wajah kacaunya yang sedang menangis. Lalu setelah beberapa detik, gadis itu segera menyeimbangkan dirinya yang berada di lengan cowok tersebut. “Eh, kalian?” Qiana segera menunduk kan wajahnya seraya mundur beberapa langkah. “Lo kenapa nangis?” Zio mengintip wajah gadis itu. “Bu-bukan. Bukan nangis kok. Gue kelilipan. Ya, gue kelilipan.” “Kelilipan? Tapi suara lo parau gitu sih Na, jangan bohong deh!” Dion ikut mengintip wajah gadis itu. “Bilang sama kita, siapa yang buat lo kayak gini?” Qiana terdiam. Bisa gawat kalau ia bilang Aldo yang membuatnya menangis dongkol seperti sekarang ini. Bisa-bisa persahabatan mereka benar-benar kacau. “Bener, gue nggak apa-apa. Gue ke kelas dulu.” Qiana segera