"Jangan menantang Erlangga kalau belum siap untuk hidup kacau"
***
"Udah dong Na, tuh pipi lo udah merah banget kasian tau, " ujar Wiwi dia adalah sahabatnya Qiana. Mereka bersahabat selama hampir empat tahun, ketika masih SMP hingga SMA seperti sekarang.
"Lo enggak ngerasain gimana sakitnya gue, terutama hati gue ini ciuman pertama gue Wi." ujar Qiana so dramatis sambil terus menyusut pipinya yang sudah merah hampir iritasi itu sedari tadi. Di tempat di mana bekas ciuman Erlangga tadi.
"Iya gue ngerti tapikan tuh pipi lo kasian banget udah merah gitu, udah deh cuma di cium pipi ini lagian nih yah tuh si Erlangga cowok tertampan and terkeren di sekolah kita harusnya lo bangga dong, " cerosos Wiwi malah membuatnya semakin mual saja.
"Lo sumpah nyebelin banget ngomong gitu sama gue, lo itu sahabat gue atau bukan sih ?" sahut Qiana sebal dan kini hampir menangis.
"Aduduh... Ko nangis sih, ayo dong jangan gini, iya sorry... Jangan nangis dong," Wiwi mengelus pundak sahabatnya yang kini membenamkan wajahnya kedalam lipatan tangannya di atas meja.
"Na... Dih marah sama gue. " Wiwi terus mengelus pundak gadis itu yang kini malah terisak pelan, gimana tidak marah dan sedih cowok itu seenaknya saja menciumnya sementara cowok yang di cintainya pun belum pernah ia berikan ciuman itu.
"Eh na dengerin. Meski tuh cowok dah cium pipi lo tapi tenang aja, wajah lo kecantikannya enggak akan kurang sama sekali ko, percaya deh sama gue." ucap Wiwi berusaha membuat sahabatnya itu tenang kembali.
Dan benar saja kini Qiana bangun lalu di ambilnya kaca dari dalam tasnya.
"Benerkan ya gue masih cantik?" ujar Qiana menatap dirinya dengan begitu polosnya dalam kaca cermin tersebut. Dan Wiwi mengangguk mantap dengan acungan di jempolnya.
"Iya... Lo masih cantik ko, udah deh nangisnya."
"Tapi wi,Huaaaaa...! " Qiana malah semakin histeris dan kini memeluk sahabatnya itu.
"Aduh qiana baju gue basah dong!" protes Wiwi.
"Sebentar Wi... Gue sedih, "
"Sedih kenapa sih lo? Lebay banget, "
Ujar Wiwi tetap mengelus pundak sahabatnya itu meski kesal karena bajunya pasti basah terkena air mata sahabatnya itu.
"Gue meski ngomong apa sama ka Rey, Kalo pipi gue udah enggak perawan lagi?"
Sumpah demi apapun Wiwi ingin meledak menertawakan sahabatnya itu. Tapi ia tahan hanya bisa mengulumnya saja, bisa-bisa sahabatnya itu marah sampai tujuh turunan kalau saat ini ia menertawakannya kembali.
"Udah jangan di pikirin, kak Rey enggak akan tahu kalo lo enggak bilang ok,"
"Bener ya wi?"
"Iya... Udah nangisnya jangan lama- lama nanti mata lo bengkak coba?" dan Qiana mulai menghentikan tangisnya meski masih cegukan.
"Ikhh lo beneran deh lebbay banget," ledek Wiwi lagi.
"Kesel tau, yang cium gue kan bukan cowok yang gue suka." ujar Qiana sebal sehingga bibirnya maju sedikit kedepan.
"Jadi intinya kalo kak Rey yang cium lo, lo suka?" goda Wiwi
"ikhhsss enggak gitu juga kali. " jawab Qiana dengan nada keki tapi senyum malu-malu buat sahabatnya itu gemas dengan tingkahnya.
"Dihh... Ngaku aja lo seneng kan kalo kak rey yang cium lo? "
"He... He... maybe, " sahut Qiana dengan cengiran nakalnya.
Pletakkk!!
"Ikhhh sakit dodol! " protes Qiana karena sahabatnya itu menyentil kening nya.
" Rasain tuh otak udah m***m kalo hubungannya dah sama kak rey."
"Ikhhh m***m apaan coba, lo jadi sahabat suudzon banget, " Qiana mengusap keningnya, lalu merekapun ngobrol entah sampai kapan yang jelas obrolan mereka terhenti saat pelajaran kembali di mulai.
-Erlangga-
"Qiana...! " panggilan dari arah belakangnya membuat gadis itu menghentikan langkahnya menuju koridor, suara pria yang amat ia rindukan siapa lagi kalo bukan sang pacar REYNAN ADITYA, si KETOS dengan sejuta pesona dan segala kelebihannya. Qiana senyum manis menatap cowok yang berjalan ke arahnya itu.
"Hay kak... " sapanya ramah
"Mau pulang? " tanya Rey hangat, Qiana mengangguk pelan.
"Kenapa mata kamu ko merah, dan sebelah pipi kamu kenapa merah begini? " Reynan menyentuh lembut sebelah pipinya, penuh sayang. owh...demi apapun Qiana meleleh saat ini. Betapa manisnya perlakuan Reynan.
Membuat qiana merasa bersalah atas kecerobohannya karena telah memberikan pipi mulusnya pada cowok lain. Selama pacaran dengan Reynan, mereka memang tidak pernah melakukan kontak fisik yang lebih selain pegangan tangan saja. Reynan benar-benar menjaganya dengan tulus, sehingga tentu saja Qiana sangat marah ketika ada cowok lain yang bahkan bukan pacarnya yang berani menciumnya seperti Erlangga, di lapangan tadi.
"Eh... Anu..." bodohnya Qiana kalo sampai ia mengatakan peristiwa tadi, cukup dia tidak ingin bermasalah lagi dengan cowok bernama Erlangga itu.
Bisa jadi perang kalo Rey mengetahuinya.
"Kenapa? " Reynan menatap lembut pada gadisnya itu.
"Enggak apa-apa cuma gatal aja," Qiana menunduk menghindari tatapan cowok di depannya, bisa gawat kalo kebohongannya di ketahui Reynan.
" Ya udah yuu..." Reynan meraih tangannya dan menggenggamnya hangat. Seperti biasa mereka akan pulang bersama dan berpegangan tangan seperti itu sampai di depan mobilnya Reynan.
Qiana melirik tangannya yang di genggam posesif namun tetap lembut oleh pacarnya itu.
Ia tersenyum merona, hatinya terasa hangat bagaimana tidak. Reynan adalah cowok impiannya. Ia baik, lembut, romantis, Pintar dan pastinya ganteng Pokonya cowok sempurna paket komplit di mata Qiana.
Mereka terus berjalan bersisian menuju parkiran. Mengabaikan tatapan iri dari para gadis yang melihatnya di koridor Sekolah. Hingga sampai di sisi parkiran Qiana menghentikan langkahnya, membuat Reynan menatap aneh padanya.
"Kenapa sayang?" tanya Reynan.
"Kak... Mereka ngapain? " Qiana cemas, menatap kelima cowok bermasalah sedang berdiri di depan mobilnya Reynan. Mereka adalah kelima cowok tampan namun sangat bermasalah, siapa lagi kalau bukan gengnya Erlangga.
"Oh, mereka temen-temen aku sayang
mereka masih baru di sini. Maaf, aku belum sempat cerita ke kamu. " Qiana terdiam mendengar penjelasan Reynan. Entah apa yang harus ia lakukan menghadapi kenyataan yang jelas tidak di sukainya ini.
"Kenapa? Ko kaya enggak seneng gitu dengernya?" tanya Reynan lagi.
"E-enggak ko. Enggak apa-apa," jawab Qiana kaku.
"Ya udah yu. Aku kenalin" Reynan menarik pelan tangan gadis itu dan membawanya ke depan lima cowok yang sudah menatap nya sedari tadi.
Mampuss gue... Mampuss...
Qiana terus saja merutuki kesialannya, kenapa ini seperti jebakan untuknya. Padahal ia sudah mati-matian ingin menhindari kelima cowok bermasalah itu, terutama Erlangga. Cowok gila yang paling b******k yang pernah ia kenal.
" halo guy's...Udah lama nunggu nih?" Rey menyapa kelima cowok-cowok tampan itu.
Dan qiana menunduk dalam, menatap lantai parkiran yang sepertinya lebih menarik ketimbang cowok-cowok tampan di depannya.
"Wihh... Pacarnya tuh? " ujar Zio senyum menatap qiana.
"Eh iya kenalin nih," Rey menarik Qiana.
"Gue Jio Mahardika." cowok tampan itu mengulurkan tangannya.
"Qiana," ucap Qiana senyum tipis, menjabat tangan cowok itu dan segera menariknya.
"Gue Sean Alexsi." ucap cowok tampan di sebelah Zio, mengulurkan tangannya.
"Qiana" jawab Qiana menjabatnya dan segera menariknya.
"Gue Dion Pratama "
"Gue Aldo Prajasa" Semuanya Qiana menyalaminya dengan ramah dan dengan cepat menarik tangannya.
Dan terakhir...
"Gue Erlangga Wijaya!" cowok itu mengulurkan tangannya dengan sebuah senyuman misterius, dan Qiana paham betul apa arti senyuman tersebut.
"Qiana Syaqila. " dengan agak ragu Qiana mengulurkan tangannya, dan Erlangga segera meraihnya hingga tangan mungilnya tenggelam dalam tangan kokoh dan besar milik cowok itu. Memberi sensai aneh ketika mereka saling bersentuhan.
Sejenak gadis itu menegang serasa ada sengatan listrik yang menjalar dari tangan cowok tersebut.
"Senang berkenalan denganmu cantik." tambah Erlangga dengan meremas kuat tangan gadis itu, hingga qiana sedikit meringis.
Brengsek sialan...
Qiana merutuki cowok itu sebal dalam hatinya.
Rey sempat menangkap interaksi keduanya, namun ia segera tepis perasaan panas yang tiba-tiba menyerangnya itu. Qiana segera menarik tangannya, meski Erlangga mengeratkan genggamannya.
"Ehemm, ayo sayang" Rey segera menarik gadisnya dari depan Erlangga, ia merasakan ketidak nyamanan gadis itu.
Dan Qiana menarik napas lega, prince charmingnya itu selalu menyelamatkannya.
"Gue duluan ya guys" Rey membukakan pintu mobil untuk kekasihnya itu.
Dan ia pun masuk ke pintu sebelahnya setelah gadis itu masuk dan ia menutupnya.
Erlangga menatap kepergian mobil Reynan dengan wajah dinginnya, namun jelas tatapan itu sangat tajam.
Entah apa yang di pikirkan cowok tampan ini. Yang jelas gadis itu akan selalu ia buat tidak nyaman dengan kehidupannya yang sekarang.
Tunggu saja!