"Bukan Erlangga namanya, kalau tidak bisa mengendalikan seseorang yang dia mau"
***
"Ngapain lo?" sergah Rey. Erlangga terpaksa menghentikan langkahnya.
Reynan hari ini ke kantin kelas 10, ia ingin makan siang bersama Qiana. Namun ia kaget, ketika melihat dari jauh, gadis itu menyiram Erlangga dengan es cendol di tangannya.
"Lepasin tangan cewek gue!" tegas Rey. Menatap tajam Erlangga yang mengeratkan pegangannya, dan Qiana lagi-lagi meringis karena pergelangan tangannya serasa mau remuk saja.
"Lang sakit please... " lirih Qiana. Erlangga melirik gadis itu ia melihat ekspresinya, berbohong atau tidak cewek itu padanya, tapi ternyata benar wajah gadis itu merah seperti nahan rasa sakit.
Lalu dilepaskannya tangan gadis itu, tapi sebagai gantinya ia menarik pinggang gadis itu oleh lengan kokohnya dan di gandengnya.
Qiana tersentak, dan Rey membelalakkan kedua matanya. Berani-beraninya Erlangga menggandeng gadis miliknya.
"Eh lo lepasin cewek gue! " bentak Rey lagi. Ia ingin sekali menonjok wajah Erlangga. Tapi tidak bisa, dan tidak boleh. Dia seorang Ketua OSIS, ia harus tetap menjaga imejnya. Kalau masih bisa di tangani dengan kepala dingin. Kenapa tidak, pikirnya.
"Dia udah buat kesalahan jadi dia harus tanggung jawab!" jelas Erlangga semakin merapatkan tubuh gadis itu padanya. Ia ingin tahu sejauh mana, Reynan bisa menjaga amarahnya. Akan sangat menarik, jika ia bisa melihat Reynan melayangkan tonjokannya padanya.
Qiana berusaha melepaskan dirinya dan mendorong lengan cowok itu, tapi siapa dirinya, Erlangga bukanlah lawan dirinya. Tenaga mereka jelas, tidak se-imbang.
Semua para murid yang sedang makan di kantin, pada lari keluar demi bisa melihat pemandangan menarik itu.
Terutama para gadis-gadis. Mereka tenganga dengan kedua mata membulat sempurna, ini tidak bisa di percaya seorang Erlangga menggandeng pacar dari si KETOS.
"Pleas lepasin gue Lang, gue...."
"Diem lo! Berisik!" bentak Erlangga. Qiana meringis suara cowok itu memekakan telinganya.
Sialan... Berengsek...
Qiana lebih meringis lagi, melihat para murid sudah mengerubunginya seperti sedang menonton sirkus saja. Dan menatap dirinya dengan berbagai macam tatapan, bisa di pastikan besok atau satu jam lagi dia akan kena bully para fansnya Erlangga dan Rey.
"Gue ganti baju lo yang kotor dengan yang baru, lepasin cewek gue! " ujar Rey kini mulai memelankan suaranya setelah melihat seragam Erlangga penuh dengan noda es cendol. Dalam hati Reynan mengagumi keberanian gadisnya itu, karena selama yang ia tahu, tidak ada satu-pun yang berani melawan Erlangga. Apalagi sampai memperlakukannya seperti itu.
Erlangga malah senyum sinis, membalas ketulusan Rey. Lalu cowok itu maju satu langkah tepat di depan Reynan. Melepaskan rangkulannya pada pinggang Qiana. Namun tangannya memegang erat tangan gadis itu erat tanpa ampun.
"Gue bisa buat cewek lo tau semua rahasia lo, kalo lo enggak ijinin gue buat bawa nih cewek sekarang" bisik Erlangga ketelinga Reynan. Lalu ia segera meundur setelah berbisik dan kembali meraih pinggang Qiana.
"Dia yang salah, jadi dia yang harus tanggung jawab. Dan lagi nih cewek sudah di tunjuk PAK KEPSEK buat jadi tutor gue, jadi gue mau belajar sekarang, so lo bisa minggir kan! " ucap Erlangga lantang seakan bisikannya barusan tidak pernah terjadi.
Apa, bukannya dia kemarin enggak mau...
Batin Qiana.
"Sayang, bener itu? " tanya Rey lembut,dan Qiana mengangguk pelan.
Sayang... Huh menggelikan..
Batin Erlangga dengan seringaian iblisnya. Entah kenapa, ia sangat benci mendengar kata-kata manis Reynan itu. Karena baginya Reynan tidak lebih dari seorang player. Bermuka dua,
"Ya udah hati-hati sayang! " Rey hendak mengusap lembut puncak kepala gadis itu, tapi dengan sigap Erlangga segera menarik Qiana dan membawanya pergi.
Gue pastiin Qiana akan semakin menjauh dari lo, seperti lo yang udah ngambil segalanya dari gue....
Geming bathin Erlangga, terus melangkah lebar dengan tangan masih menggandeng Qiana begitu erat.
Dan Rey menatap nanar kepergian gadisnya itu, ia tidak bisa melawan Erlangga atau semua rahasia yang selama ini ia tutup rapat dari Qiana akan terbongkar begitu saja. Ini salahnya, seharusnya Reynan sadar mengingat dirinya seorang Ketua OSIS yang pintar. Seharusnya ia bisa lebih pintar, dalam memprediksi. Apa tujuan Erlangga pindah ke Sekolahnya? Sudah jelas, kalau Erlangga akan mengacaukan semua kehidupannya.
_Erlangga_
"Buka baju gue! " tegas Erlangga dengan nada memerintah. Setelah mereka berada di ruang kelas kosong karena semua murid sedang beristirahat.
"Kenapa lo enggak buka sendiri" sahut Qiana sebal.
"Gue enggak mau tangan gue lengket, gara-gara cendol cepat buka! " tegas Erlangga lagi.
"Gue enggak mau tugas gue jadi tutor lo, bukan jadi babu lo! "
"Oh... Jadi lo mau jadi babu gue! " ujar Erlangga senyum manis yang sengaja ia buat se-mempesona mungkin, sehingga Qiana menelan salivanya begitu susah payah, emang sebal pada cowok itu.
Tapi cewek yang mana yang tidak bergetar jantungnya saat melihat senyum dari seorang arjuna yang begitu mempesona dekat di depan matanya.
"Hahaha... Speechles kan lo! " Erlangga senang melihat gadis di depannya gugup dengan pancingannya, ya dia senyum begitu menawan hanya untuk melihat reaksi gadis cantik di depannya, dan dia berhasil.
Brengsek sialan... Idiot...
Sumpah serapah seperti tak cukup untuk menggambarkan betapa Qiana kesal pada cowok di depannya.
"Cepat buka!" perintah nya lagi.
Ok, Qiana tak ada pilihan. Lalu dengan agak ragu ia mulai mengangkat tangannya untuk membuka satu-persatu kancing baju cowok di depannya.
Jantungnya semakin tak karuan, ia menggigit-gigit bibir bawahnya sendiri demi bisa menetralkan perasaan gugupnya dan jantungnya yang menggila.
Dan Erlangga tak sedetikpun tatapannya beralih dari wajah cantik yang kini berubah pucat karenanya.
Sangat menarik...
Bisik hatinya dengan seringaian yang tak lepas dari bibir menawannya.
Lalu tiba-tiba saja ia meraih pinggang gadis itu dan di rapatkan padanya.
Qiana membelalakkan kedua mata cantiknya, kini dirinya begitu rapat dengan cowok itu, bahkan ia mulai merasakan nafas cowok itu di wajahnya.
"Le... Lepasin gue" Qiana mendorong d**a cowok itu sekuat tenaganya. Dan menjauhkan wajahnya.
Erlangga lagi-lagi tersenyum kecil, menatap mengejek pada gadis itu. Dan sungguh ia merasa senang luar biasa gadis itu begitu ketakutan karenanya.
Lalu perlahan ia mendekatkan wajahnya, pada gadis itu dan berhenti tepat di depan bibirnya.
Sejenak ia menatap bibir merah merekah itu, dan ia kembali tersenyum.
Lalu...
"Bisa lebih cepat buka kancingnya enggak, gue pegel"