Lyora terus saja berusaha untuk mencari-cari foldernya. Namun nihil ia tak kunjung menemukannya. Saking seriusnya ia mencari, hingga tak ia sadari jika Andy kini tengah berada dihadapannya. Andy mulai menatap iba kearah Lyora yang terlihat begitu kebingungan mengenai apa yang harus ia lakukan saat ini.
"Oh my God! Gue beneran kehilangan semuanya, bagaimana ini ya Allah!" ucap Lyora yang semakin terlihat panik. Sehingga hal itu membuat Andy ragu untuk membicarakan mengenai tawaran Leonard atas sarannya. Bahkan hanya sekedar mengucap salam pun ia ragu. Hingga kini Lyora yang lebih dulu menyadari keberadaan Andy.
"Mas Andy. Ya ampun maaf ya Mas. Mas Andy sudah lama menunggu ya, sebentar ya Mas biar saya siapkan dulu bunga mawarnya," ucap Lyora yang segera bangkit dari posisi duduknya.
"Oh iya Mbak gak apa-apa. Gak usah buru-buru juga gak apa-apa," jawab Andy.
"Jangan terlalu lama disini Mas. Nanti Mas Andy malah kena semprot lagi. Sama bosnya Mas yang kejam itu," celetuk Lyora seraya berlalu mengambil bunganya.
"Pak Leon itu gak kejam kok Mbak. Cuma ya memang sedikit angkuh dan bossy. Ya biasalah Mbak, presdir kan memang kebanyakan seperti itu," jelas Andy yang berusaha untuk menyanjung sikap Leonard. Agar Lyora kembali terkesan kepada bosnya itu.
"Ehehe, percuma Mas Andy mau coba menutupi sifat buruknya itu. Karena saya sudah tahu Mas seperti apa kelakuan dia sama orang lain," ucap Lyora seraya masih merangkaikan bunga untuk Leonard. Sedangkan Andy mulai bingung harus mengatakan hal apalagi agar Lyora kembali respect kepada Leonard.
"Nah ini Mas sudah selesai," ucap Lyora seraya memberikan sebucket bunganya kepada Andy.
"Iya Mbak terimakasih. Oh iya Mbak, Mbak Lyora tadi kenapa ya. Kok seperti sedang kebingungan begitu?" tanya Andy hati-hati.
"Saya itu benci banget sama Pak Leon Mas Andy. Asal Mas tahu ya, Pak Leon itu udah ngancurin hidup saya Mas!" ucap Lyora penuh rasa kesal.
"Maksud Mbak Lyora, menghancurkan hidup Mbak gimana ya Mbak?"
"Ya karena dia sudah lindas flashdisk saya sampai rusak Mas Andy. Jadi sekarang saya kehilangan bahan skripsi saya. Sedangkan itu adalah masa depan saya untuk menuju ke kehidupan yang jauh lebih baik.
"Padahal saya sudah berusaha mati-matian cari uang dan nabung sejak lama untuk kuliah Mas. Apalagi sekarang ditambah sama hutang kuliah yang sedang saya pikirkan. Otak saya benar-benar buntu sekarang. Saya jadi kehilangan ide saya untuk tulis ulang bahan skripsi saya itu," jelas Lyora hingga airmatanya kembali mengalir begitu saja dari kedua pelupuk matanya. Dan lagi-lagi, hal itu membuat Andy tak mampu berkata apalagi memberikan sehelai kertas yang berisi sebuah tawaran untuk Lyora.
"Oh jadi begitu Mbak ceritanya. Mungkin Pak Leon gak sengaja melakukan hal itu Mbak," jawab Andy hati-hati.
"Ya saya tau mungkin memang gak sengaja. Tapi gak seharusnya dia ngeremehin saya dan menganggap jika uang adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Saya benar-benar gak habis pikir sama sikap Pak Leon yang gak punya sopan santun juga sombong itu!" pungkas Lyora yang lagi-lagi tak mampu menahan amarahnya.
Andy yang merasa semakin bingung menghadapi hal ini pun pada akhirnya memilih segera pergi dari hadapan Lyora. Sebab ia tak ingin jika Lyora semakin memngungkapkan rasa bencinya terhadap Leonard.
"Oh gitu ya Mbak. Yasudah Mbak, terimakasih banyak ya Mbak. Saya permisi," pamit Andy.
"Tunggu Mas sebentar," ucap Lyora seraya mengambil flashdisknya dan memberikannya kepada Andy. "Ini flashdisk saya yang rusak. Saya juga belum tahu pasti karena virus atau terlindas. Yang jelas saya minta tolong sama Mas Andy untuk berikan ini sama Pak Leon dan minta dia untuk memperbaikinya. Bisa?" lanjut Lyora lagi.
"Oh gitu ya Mbak. Baik Mbak Lyora bisa kok. Nanti akan saya usahakan untuk saya berikan kepada Pak Leon ya Mbak," jawab Andy seraya menerima flashdisknya.
"Alhamdulillah. Makasih banyak ya Pak Andy," ucap Lyora.
"Baik Mbak sama-sama. Saya permisi ya Mbak, Assalamu'alaikum," salam Andy.
"Oh iya Mas silahkan. Hati-hati," jawab Lyora seraya tersenyum.
Setelah Lyora memberikan flashdisknya kepada Andy membuatnya mulai merasa tenang juga lega. Sebab baginya saat ini ia sudah memiliki harapan baru untuk dapat kembali mendapatkan segala folder yang berisi isi skripsinya dan segera dapat ia susun nantinya. Hingga kini Lyora dapat kembali bekerja dengan tenang juga penuh semangat.
"Semoga aja Pak Leon bisa memperbaiki apa yang telah dia rusak. Dengan begitu gue gak akan kesulitan lagi bikin semuanya dari awal dan gue bisa segera susun skripsi gue dengan baik nantinya," ucap Lyora dengan bersemangat seraya kembali melanjutkan pekerjaannya.
***
Andy baru saja tiba didepan kantor Leonard. Dengan segera Andy memasuki lift menuju ruangan Leonard dan hendak memberikan bunga juga flashdisk kepadanya. Namun sebelum itu ia mendapatkan sebuah pesan dari Leonard jika ia harus menunggu diluar ruangannya juga menyembunyikan bunga mawar itu. Sebab saat ini, Mamanya tengah berada diruangannya. Dan seperti biasa, Mama kembali membicarakan soal calon istri dari Leonard yang harus segera ia nikahi dalam waktu dekat-dekat ini.
Terlebih saat ini Mamanya meminta kepada Leon untuk bersedia menikahi wanita yang telah ia pilihkan. Atau Leonard akan dijodohkan dan dinikahkan dalam waktu dekat-dekat ini.
Dengan keras Leonard menggebrak meja kerjanya seraya menatap Mamanya dengan begitu tajam. "Ma, apa Mama gak bosan setiap hari terus aja kejar-kejar Leon soal pernikahan! Apalagi sekarang Mama pakai mau jodohin Leon sama perempuan pilihan Mama! Leon ini punya taste sendiri Ma! Leon juga bukan boneka yang bisa untuk Mama perintahkan sesuka hati Mama!" bantah Leonard dengan keras.
Mama mendengkus kesal seraya bangkit dari posisi duduknya dan berdiri tepat dihadapan Leonard. "Saya gak akan peduli dengan siapa pun kamu akan menikah dan kapan pun itu jika wasiat dari Papamu gak pernah ada! Kamu pikir Mama memperdulikan kamu? Kalau kamu laki-laki yang becus untuk segera menemukan wanitamu Mama juga gak akan repot mencarikannya untuk kamu!" pungkas Mama sarkas seraya turut menatap tajam kearah Leonard.
Kini Leonard yang bergantian bangkit dari posisi duduknya seraya merengkuh kedua bahu sang Mama. "Mama dengar semua kata Leon baik-baik ya Ma. Leonard akan mengenalkan perempuan pilihan Leon hari Minggu ke Mama. Jadi Mama gak perlu repot-repot lagi mencarikan calon istri untuk Leon. Okkay," jelas Leonard dengan penuh penekanan disetiap katanya. Seraya menyunggingkan senyuman liciknya tepat dihadapan wajah sang Mama.
"Okkay. Mama harap apa yang kamu katakan ini kenyataan! Bukan hanya bualan semata!" desis Mama ditelinga Leonard. Seraya berlalu meninggalkannya begitu saja.
***
To be continue