Mendengar ucapan ibu mertuanya, mata Alan Gu memicing kuat. Tanpa sadar dia semakin mengencangkan cengkaramannya di tangan Angela, lalu menariknya kuat ke sisinya.
“Ibu mertua. Haruskah Anda terus mengancam saya seperti ini? Bukankah saya sudah memberikan hampir semua uang milik saya kepada keluarga Tanoto? Angela adalah istri saya. Tidak ada yang bisa memisahkan kami di dunia ini. Jika kalian berani mengancam saya lagi, lihat apa yang akan saya lakukan jika kalian terus menguji kesabaran saya,” terang Alan super dingin dengan wajah tampannya yang menggelap menakutkan.
Sekar Pramulya seketika membeku kaget dengan wajah pucat. Dia tidak menyangka kalau hari ini, Alan Gu yang selalu penurut dan rela diperlakukan sangat rendah akan melawannya dengan sangat bengis dan menakutkan.
“KAMU! KAMU MENANTU KURANG AJAR! INI SEBABNYA AKU TIDAK SUKA KAMU MENIKAH DENGAN ANGELA! YATIM PIATU SEPERTIMU TIDAK PERNAH DIAJARKAN DENGAN BAIK TENTANG TATA KRAMA DAN SOPAN SANTUN! ITU SEBABNYA KAMU GAGAL SEBAGAI SEORANG PRIA!” bentak Sekar sembari menunjuk menantunya penuh kemarahan.
Angela segera maju ke depan untuk melindungi Alan di balik tubuhnya. “Ibu! Hentikan! Alan Gu tidak seperti itu! Selama ini kalian selalu menindasnya! Membuatnya melakukan banyak pekerjaan kasar seperti pembantu dan mengambil uangnya sesuka hati! Jika dia marah karena ancaman ibu barusan, bukankah sudah sangat masuk akal?!”
“Angela!” tegur Alan tidak terima karena istrinya lagi-lagi membelanya, seolah-olah dia benar adalah pria tidak berguna.
Wanita itu berbalik menatapnya khawatir. “Jangan dengarkan ucapan mereka semua! Kita akan tetap bersama! Bulan depan, aku berjanji kita akan segera keluar dari rumah ini! Tolong tahan sebentar lagi.”
Alan terpana mendengar ucapan putus asa istrinya.
Itu membuatnya terdiam dengan raut wajah tak bisa ditebak. Tapi, satu hal yang pasti, dia meradang karena tidak bisa menjadi pria yang bisa diandalkan oleh wanitanya. Malah sebaliknya, dia selalu harus berada di balik punggugnya seperti ini.
Alan mengepalkan kedua tangan menahan rasa sakit di hatinya, menatap kedua wanita di depannya yang entah sedang bertengkar apa, karena pikiran Alan sibuk memikirkan banyak hal sampai tidak bisa mendengar dengan jelas suara-suara di sekitarnya.
Ucapan butler Anderson seketika terngiang-ngiang di dalam kepala Alan Gu.
Pria tua itu memang benar.
Tidak ada satu pun menantu pria di dunia ini yang ingin hidup menderita dan tersiksa di keluarga istrinya. Tapi, apa pilihan Alan Gu saat ini?
Entah berapa lama Alan melamun dengan sorot mata sedih dan menggelap suram, tiba-tiba saja Angela sudah menarik tangannya untuk kembali naik ke lantai dua.
“Angela?” tegur Alan dengan mata dikerjapkan linglung.
Sambil terus menarik suaminya, Angela membalasnya dengan suara menggeram marah, “Aku sudah memutuskannya! Kita benar-benar akan pergi dari rumah terkutuk ini! Aku sudah muak dengan sikap buruk mereka semua!”
Di lantai bawah, Sekar berjalan marah ke depan anak tangga. “Coba saja jika kamu berani pergi dari rumah ini! Kamu pikir, dengan pria miskin seperti itu bisa membuat hidupmu terjamin?! Tanpa bantuan dari ayahmu, kalian berdua tidak akan bisa bertahan hidup di luar sana!”
Angela menggertakkan gigi marah dan semakin mempercepat langkahnya. Dia berkata tanpa berbalik kepada suaminya. “Jangan dengarkan! Pokoknya jangan dengarkan! Memangnya mereka memberimu modal ketika membangun usaha toko kuemu? Tidak, kan? Mereka hanya ingin memanfaatkan dan mengeruk uangmu saja! Juga suka menindasmu tanpa perasaan! Keluarga ini memang gila dan menjengkelkan! Kenapa aku bisa memiliki keluarga seperti ini?!”
Alan yang ditarik olehnya segera menahannya, membuat mereka berhenti di tengah jalan. Dengan hati bergetar kasihan, pria itu segera meraihnya ke dalam pelukannya gara-gara Angela mulai terdengar terisak kecil.
“Jangan menangis. Aku tidak apa-apa, bukan? Aku rasa, apa yang mereka katakan juga tidak semuanya salah. Aku memang tidak berguna. Aku sudah berjanji dengan sombongnya untuk memberikan uang bulanan 100 juta kepadamu setelah menikah, tapi sampai saat ini hanya bisa menghasilkan uang 20-30 juta per bulan. Kamu tidak perlu bertengkar seperti tadi dengan ibumu. Sebagai suami, aku akan bertanggung jawab penuh. Mulai sekarang, aku akan bersungguh-sungguh bekerja lebih keras mencari uang untuk kita semua.”
Angela mendongak menatapnya kesal. Kening bertaut kencang. “Itu bukan solusi, Alan! Kamu juga pasti memiliki batas melakukannya! Kamu hanyalah manusia biasa! Bisa mati kelelahan gara-gara bekerja! Aku tidak mau itu sampai terjadi! Kita berdua tahu jelas kalau mereka hanya membencimu saja! Itu karena kamu tidak memiliki latar belakang hebat seperti yang mereka inginkan! Kalau saja... kalau saja yang dikatakan oleh Anderson di toko itu benar, maka....”
Alan Gu segera menghentikannya dengan telunjuk di bibir. Menggeleng pelan dengan senyum pahit. “Jangan bicara sembarangan, Angela. Orang itu hanyalah orang iseng yang ingin mempermainkan kita. Tidak boleh percaya begitu saja. Jangan terpengaruh oleh kata-kata omong kosongnya itu.”
Wajah istrinya memucat suram. “Tapi, uangnya....”
“Keaslian uang itu akan kita periksa besok pagi. Bukankah sahabatmu bekerja di bank? Dia pasti punya cara untuk memeriksanya, bukan?”
Dia juga berpikir begitu, makanya dengan cepat mengangguk setuju.
“Ayo, kita kembali ke kamar saja,” bujuk Alan lembut, mengecup keningnya bergantian penuh sayang.
Mendapat kelembutan darinya, Angela akhirnya mulai tersenyum kecil meski masih terisak kesal.
Pria tampan bermantel hitam di depannya berkata lagi, “Apakah kamu bersikap paranoid dan histeris seperti ini, karena terus teringat dengan ucapan Anderson?”
Kening Angela mengerut dalam, tidak menjawab sama sekali. Dia hanya menatap rapuh suaminya yang tampak penasaran dengan jawabannya.
Karena tidak menjawab sama sekali, Alan menghela napas berat dengan mata terpejam erat. Ketika dia membuka mata, kedua tangannya mengelus lembut pipi istrinya. “Sayangku, kamu jangan panik seperti ini untuk hal yang belum jelas kebenarannya. Lihat dirimu sendiri jadi apa? Kamu tidak suka dengan ucapan Anderson, tapi di sisi lain malah ingin sebaliknya. Apa yang sebenarnya kamu inginkan?”
Air mata Angela meluruh pelan, bibir gemetar kecil.
“Aku hanya tidak ingin berpisah darimu. Juga tidak ingin kamu terus diperlakukan buruk oleh keluargaku. Tidak bisakah kita hidup seperti keluarga normal lainnya? Kenapa mereka tidak bisa menerimamu apa adanya? Kamu sudah bekerja terlalu keras untuk menyenangkan mereka, Alan! Aku benci melihatmu menderita!”
Melihat ekspresinya, Alan merasakan sengatan perih di hatinya.
Dia juga berharap kalau latar belakangnya dari keluarga kaya raya sehingga keluarga istrinya segan kepadanya. Tapi, jika teringat dengan apa yang dikatakan oleh Anderson dengan segala penjelasan yang tidak disukainya, Alan Gu tidak sudi menerimanya.
Bukankah itu tidak ada bedanya? Malah mungkin bisa lebih buruk lagi.
“Baiklah. Berhentilah menangis sekarang. Kalau kamu seperti ini, aku juga merasa semakin bersalah karena tidak bisa berbuat banyak menghadapi keluargamu.”
Angela masih terisak kesal, lalu segera menghambur masuk ke dalam pelukan suaminya.
“Alan, apa pun yang terjadi, kita tidak boleh berpisah! Memangnya apa salahnya kalau kita tidak seperti pasangan pada umumnya? Apakah kita berbuat kejahatan? Tidak, bukan? Kita hanya saling mencintai! Demi Tuhan! Kenapa mereka menentangnya seperti itu? Aku benar-benar tidak bisa mengerti sama sekali!”
Pria tampan itu hanya diam saja dengan ekspresi misterius sulit ditebak. Dia terus memeluk istrinya sambil mengusap-usap punggungnya sebagai bentuk penghiburan agar membuatnya tenang.
Jauh di dalam lubuk hatinya, Alan Gu sebenarnya lebih takut dibandingkan Angela. Hanya saja tidak ditunjukkan secara terang-terang seperti wanita dalam pelukannya ini.
Dia sangat mencintai Angela melebihi nyawanya sendiri.
Berkat wanita itu, dunianya yang sempat gelap gulita dan sunyi, kini bagaikan surga dunia yang sangat hangat dan penuh cinta karena kehadirannya. Bagaimana bisa dia melepaskannya begitu saja?
Ketidakmampuannya di mata keluarga Tanoto membuat Alan Gu sangat kecewa kepada diri sendiri.
Apakah memang sebaiknya mereka pergi saja dari keluarga Tanoto untuk selamanya? Tapi, bukankah itu akan membuat Angela menjadi putri durhaka dan kehilangan keluarganya?
Alan tidak suka ide itu.
Cukup dia yang tidak memiliki keluarga dan diremehkan oleh orang banyak.
Angela tidak boleh mengalami hal yang sama dengannya!