Karena Alan diam saja, Angela segera tertawa untuk mencairkan suasana dan buru-buru menariknya untuk mendekat ke mobil itu.
“Ayo buka! Ini kuncinya! Coba lihat isinya bagaimana?!” bujuk Angela dengan senyum lebar, mata berkaca-kaca berharap suaminya senang dengan apa yang dia berikan.
Bagaimanapun, dia ingin mendukung Alan dalam berbagai bentuk. Tidak peduli jika keluarganya sangat menentang hubungan mereka dan selalu menghinanya. Bagi Angela, Alan Gu adalah pria paling baik dan pengertian di dunia ini.
“Angela,” potong Alan dengan suara datar dan sedikit dingin.
Angela merapatkan bibirnya gugup. Dia mulai menatapnya khawatir.
“Kenapa nada suaramu begitu? Tidak suka, ya, aku memberikanmu hadiah ulang tahun? Aku tidak memberikanmu ini secara percuma, melainkan hadiah ulang tahun. Apakah kamu tidak suka aku membelinya?” tanya Angela tak nyaman, sudah menduga kalau Alan pasti tidak akan senang jika dia menghamburkan uang untuknya lagi.
Melihat wajah sedih istrinya, Alan yang memang tidak senang dengan apa yang istrinya lakukan segera menghela napas berat.
“Aku bukannya tidak suka. Tapi, bukankah uangmu itu sebaiknya diberikan kepada Ayah untuk membayar hutang saja? Kalau dia sampai tahu mobil ini dibeli dari uang pribadimu, bukankah kamu pasti akan dimarahi habis-habisan? Apa yang akan dia katakan kepadaku kelak?”
“Aku sudah bilang kalau akan menjelaskannya kepada ayah, bukan? Atau begini saja, kita bilang kalau kamu mencicil mobil ini! Bagaimana?” ujar Angela dengan wajah penuh harap.
Dia juga tahu kalau keluarganya pasti tidak akan senang jika Angela memanjakan suaminya seperti itu. Bagi keluarga Tanoto, pihak suamilah yang harus memberikan banyak hal kepada istrinya. Bukan sebaliknya. Itu sebabnya Darius Angkasa selalu menjadi menantu kesayangan mereka, karena tidak hanya selalu memberikan banyak hadiah kepada istrinya, tapi juga kepada ibu dan ayah mertuanya. Sangat berbeda dengan Alan Gu yang hanya biasa-biasa saja.
Alan menghela napas berat sekali lagi, menatapnya cemas. “Itu memang ide yang bagus. Tapi, ayahmu adalah pria yang teliti. Dia pasti akan meminta kita untuk menunjukkan surat-suratnya. Sebaiknya kembalikan saja mobil ini dan minta uangnya kembali.”
Angela segera berdiri membelakangi mobil tersebut dengan kedua tangan terentang lebar. “Tidak! Bagaimana bisa aku mengembalikannya? Ini sudah dibayar lunas! Mereka juga pasti tidak akan mau menerimanya kembali!”
Alan menjawabnya datar tanpa ekspresi. “Kalau begitu, kamu jual murah saja. ”
Air mata Angela sudah mau merebak tak terkendali. Bibirnya gemetar luar biasa.
“Kenapa? Kenapa kamu tidak mau menerima pemberianku ini? Apakah sangat memalukan jika istrimu memanjakanmu? Apakah kamu sungguh tidak bisa terima jika aku ingin mendukungmu untuk menjadi lebih baik? Apa salahnya sebenarnyanya? Kenapa kamu memiliki harga diri yang terlalu tinggi, Alan Gu? Jangan dengarkan apa kata keluargaku! Mereka hanya bisa menghinamu tanpa bisa melihat dengan adil seperti apa kamu sebenarnya!”
Alan terdiam serius menatap istrinya yang mulai menangis tergugu. Dia memejamkan mata sesaat sebelum akhirnya maju dan memeluknya erat.
“Terima kasih. Terima kasih karena sudah memberikanku hadiah yang sangat berharga ini, istriku sayang,” ucapnya lembut dengan suara berbisik lirih di telinga Angela.
Bibir wanita itu membentuk senyumam kecil. Merasa puas dengan sikap suaminya.
“Pokoknya kamu harus menggunakannya dengan baik. Kalau keluargaku masih banyak ikut campur dalam pernikahan kita dan juga bisnismu, kita sebaiknya segera mengepak barang-barang kita dan tinggal di rumah sewa saja dalam waktu dekat ini. Aku akan meminta Arisa mencarikan kita rumah kecil di dekat sini.”
Alan tidak menanggapinya dan masih diam mendengarkan ocehan kecil istrinya.
Pergi dari keluarga Tanoto?
Jelas Alan tidak akan pernah setuju. Sekalipun keluarga itu selalu menghina dan meremehkannya, Angela tidak layak memutuskan hubungan keluarga dengan kedua orang tuanya hanya gara-gara dirinya. Itu terlalu egois dan gila.
“Jangan berlebihan. Aku tidak ingin kamu berpisah dari keluargamu. Jika kita melakukannya, maka itu akan semakin memperburuk reputasiku, bukan? Mereka pasti akan mengecapku sebagai pria yang telah merebut putri mereka. Mungkin saja aku akan dilaporkan ke kantor polisi,” balas Alan dengan nada suara yang tetap tenang.
Jantung Angela berdetak kencang, segera melepas pelukannya untuk saling tatap dengannya. “Mereka tidak akan berani! Jika mereka melakukan itu, maka aku akan melaporkan mereka dengan tuduhan kekerasan dalam rumah tangga karena selalu menindasmu!”
Alan terkekeh kecil, mencubit gemas sebelah pipinya sambil berkata, “Kekerasan dalam rumah tangga? Bagaimana orang-orang akan percaya? Apa kita punya bukti? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Bagaimana kalau sebaiknya kamu memperlihatkanku saja isi dari mobil ini?”
Angela segera teralihkan dengan ucapan suaminya. Senyumnya sangat lebar dan segera mengangguk setuju.
Begitu mereka memeriksa isi mobil, wajah Alan segera kembali menggelap suram.
“Tadaaa! Karena ada kelebihan uang, maka aku juga membelikanmu satu set komputer canggih terbaru untukmu! Aku pikir, kamu memang sudah selayaknya mendapat yang lebih bagus! Bagaimana? Kamu suka, kan? Dengan begini, kamu bisa menekuni kembali hobimu sebagai programmer! Aku tahu kalau komputer yang rusak itu adalah kesayanganmu dan tidak bisa tergantikan. Tapi, lambat laun pasti akan menua dan tidak nyaman untuk digunakan. Kalau ada ini, kamu bisa lebih baik dan efisien dalam bekerja, bukan?”
Angela dengan bangga mengatakan isi hatinya sekali lagi. Senyumnya sangat lebar dan cerah sampai membuat hati Alan tertusuk perih.
Jika semua orang tahu bagaimana istrinya memanjakannya, mereka pasti berpikir kalau dia telah memanfaatkan Angela habis-habisan dengan menjual kata-kata cinta kepadanya. Mungkin dia juga akan dicap sebagai gigolo murahan yang menjual diri demi harta dan kekayaan keluarga Tanoto.
Walaupun tampan, Alan Gu sering mendengar hinaan orang gara-gara wajahnya. Itu lagi-lagi karena latar belakangnya tidak jelas dan sangat miskin. Bahkan, dia sempat beberapa kali ditawari untuk menjadi pria simpanan wanita kaya. Untungnya, Alan bukanlah pria yang materialistis. Dia sangat mencintai Angela dan tidak ingin merusak kepercayaannya sedikit pun.
Meskipun begitu, dia masih bersyukur memiliki ketampanan di atas rata-rata. Seperti kata ibu mertuanya, apakah masuk akal dia diterima sebagai menantu jika bukan karena ketampanannya?
Dia tidak ingin sombong, tapi jika orang-orang mengenyampingkan statusnya, siapa pun pasti akan merasa bangga jika mendapatkannya. Ke mana pun kakinya melangkah, semua wanita akan terbius olehnya. Alan sadar betapa hebat pengaruh pesonanya kepada para wanita, dan dia senang Angela bisa terpikat karena itu. Jika tidak, maka dia tidak akan memiliki peluang sama sekali untuk mendapatkannya.
Wajah tampan mungkin satu-satunya kekayaan dan senjata terbesarnya untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan di dunia ini.
Namun, setelah menikah, itu tidak seindah yang dibayangkan olehnya. Seperti sekarang, sejujurnya dia tidak bisa menikmati hadiah dari istrinya meskipun dia terharu dengan segala perhatiannya. Dengan latar belakang dan kemampuannya saat ini, apa yang dilakukan oleh istrinya hanya akan melukai harga dirinya sebagai seorang pria. Rasanya seperti sedang diperlakukan sebagai pria simpanan ketimbang seorang suami.
Alan tidak ingin membuat istrinya kecewa dan sedih, makanya terpaksa hanya bisa menunjukkan sisi senangnya menerima semua pemberiannya selama ini.
Bagi pria miskin dengan harga diri tinggi seperti Alan Gu, itu jelas akan membuatnya merasa sangat malu.
Bukankah pihak suami yang seharusnya memanjakan istrinya dengan banyak hadiah dan kejutan? Kenapa ini malah sebaliknya?
Sadar atau tidak, meskipun niat Angela selalu baik kepadanya, tapi itu perlahan membuat Alan Gu diam-diam merasa terhina dan sangat malu sebagai seorang pria dan suami.
***
Karena tidak ingin ketahuan oleh keluarga Tanoto gara-gara putri mereka membeli mobil baru dan seperangkat komputer canggih untuk Alan, maka pasangan suami istri itu segera menyembunyikan kebenaran yang ada dengan bantuan karyawan toko mereka, Faizal Altan. Sayangnya, pria muda itu tidak nyaman dengan permintaan bosnya meskipun dia tidak bisa menolaknya.
Harga mobil dan satu set komputer milik Alan Gu jika digabungkan akan mencapai lebih dari 500 juta rupiah. Bagaimana Faizal tidak ketar-ketir jika dititipkan kepadanya? Bukan hanya kepikiran dengan para pencuri, tapi bagaimana jika dia tidak sengaja merusak komputer mahal itu?
“Kak Alan, apa Kakak yakin masih ingin menyimpan mobil dan komputer itu di rumahku? Bagaimana kalau ada yang berniat mencurinya? Kakak tahu sendiri kalau keluargaku biasa-biasa saja, bukan? Kalau sampai diketahui oleh orang lain, mereka pasti penasaran. Titipan kakak tidak diragukan lagi akan menjadi pusat perhatian,” terang Faizal yang sibuk menunggu adonan donat selesai diuleni secara otomatis di dalam sebuah mangkuk besar. Dia mengamati pria tampan yang sibuk mencetak donat di meja tengah dapur.
“Jangan berpikir terlalu banyak. Aku yakin tidak akan terjadi apa pun. Angela juga sudah tahu risikonya. Mungkin saja dia lebih suka barang-barang itu hilang daripada ketahuan oleh keluarganya sendiri,” terang Alan datar dan biasa.
Faizal mengerutkan kening dalam. Tidak berani mengomentarinya lagi. Dia tidak terlalu banyak tahu mengenai keluarga bosnya itu, tapi satu hal yang jelas. Keluarga istrinya tidak menyukai bosnya. Bagaimana bisa mereka meremehkan pria dengan kemampuan bisnis seperti Alan Gu?
Jika saja mereka mendukungnya secara penuh, maka toko kue kecil ini pasti bisa menjadi waralaba paling sukses seperti bisnis kue hebat di luar sana.
“Ta-tapi, bagaimana kalau aku tidak sengaja merusak komputer Kakak karena kelalaianku?” tanyanya lagi dengan keringat dingin.
Alan berhenti melakukan kegiatannya. Dia menatap diam tanpa ekspresi lawan bicaranya.
Hening sesaat jatuh di antara keduanya, membuat suasana dapur di toko kecil itu sedikit dingin beberapa derajat.
“Kalau sudah rusak, mau bagaimana lagi?”
“Hah?” Faizal terbengong parah. Merasa salah dengar.